Liputan6.com, Jakarta Pasien COVID-19 masih saja bertambah di sejumlah negara. Bahkan beberapa melaporkan pasien Corona mengalami masalah pembekuan darah. Salah satunya pasien yang mengalami ereksi selama empat jam karena pembekuan darah terkait infeksi COVID-19.
Dalam sebuah studi kasus yang diterbitkan dalam The American Journal of Emergency Medicine dilaporkan seorang pria berusia 62 tahun yang tidak disebutkan namanya itu dilarikan ke rumah sakit di Prancis karena kesulitan bernapas.
Baca Juga
Ketika ia tiba di rumah sakit karena gagal pernapasan, pasien tersebut segera diintubasi dan dihubungkan ke ventilator. Pria tersebut didiagnosis mengalami sindrom gangguan pernapasan akut yang parah, cairan menumpuk di kantung udara paru-paru sehingga membuatnya lebih sulit untuk mendapatkan oksigen di seluruh tubuh.
Advertisement
Ketika dokter memeriksa fisik pasien, ternyata ia mengalami priapism. Ini merupakan istilah untuk menggambarkan ereksi yang tahan lama dan menyakitkan, tidak terkait dengan gairah atau stimulasi seksual. Namun, petugas kesehatan tidak dapat bertanya apakah dia sakit karena pasien dibius.
Menurut studi kasus yang dilansir Newsweek, kedua corpora cavernosa yakni massa jaringan ereksi dalam keadaan kaku, tetapi glans, atau ujungnya, lembek.
Â
Diduga Terkait Infeksi Virus Corona
Tim medis berusaha mengeluarkan darah berlebih dari penis pria itu untuk mengobati priapisme yang berlangsung selama empat jam itu. Sebuah obat juga disuntikkan ke pangkal penisnya, serta mengompres alat kelaminnya dengan es.
Tim menyimpulkan pasien tersebut mengalami priapisme terkait iskemia, yang disebabkan oleh pasokan darah yang tidak memadai ke penisnya. Tim menduga priapisme ini disebabkan COVID-19, tetapi dokter masih membutuhkan laporan lebih lanjut akan memperkuat bukti.
Para penulis percaya kejadian itu akibat infeksi coronavirus yang menyebabkan darah lebih mudah membeku. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Blood bulan lalu menemukan coronavirus dapat menyebabkan sel-sel yang membantu cairan membeku menjadi "hyperreactive."
Temuan ini berdasarkan sampel darah dari 41 pasien COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit di Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Utah.
Para peneliti menemukan virus itu tampaknya memengaruhi bagaimana bekuan darah pada pasien COVID-19, membuat trombosit "hiperaktif," atau terlalu peka terhadap rangsangan, dan lebih mungkin untuk berkelompok, saling menempel, dan menyebar.
Advertisement