Liputan6.com, Jakarta Dampak negatif atau kerusakan yang diakibatkan oleh perselingkuhan begitu nyata bagi pernikahan maupun pasangan yang terlibat dalam pernikahan itu. Hal itu diungkap oleh terapis pernikahan sekaligus terapis seks bersertifikat R Scott Gornto dalam tulisannya untuk Psychology Today.
Gornto mengatakan sulit untuk mendapatkan jumlah pasti perselingkuhan yang terjadi, namun beberapa riset menunjukkan bahwa pada 60 persen pasangan, salah seorang dari pasangan melakukan perselingkuhan. Jadi tak sulit membayangkan banyak perceraian terjadi karena satu di antara pasangan menjauh dari hubungan atau selingkuh.
Baca Juga
Gornto menemukan bahwa banyak pria menikah atau dalam hubungan jangka panjang merasa tak mendapatkan perhatian yang diinginkan dari pasangan resmi mereka. Sebagai gantinya, mereka mendapatkan perhatian itu dari selingkuhan.
Advertisement
"Wanita-wanita yang kutemui sekarang, mereka mengerti aku. Aku bisa ngobrol dengan mereka. Aku bisa benar-benar berbagi dengan mereka, dan aku tak akan dihakimi atau diomeli atau didikte harus melakukan apa. Aku bisa jadi diri sendiri. Dan aku tak tahan jika menjadi diri sendiri ternyata membuat mereka tertarik padaku." Demikian curhat salah seorang klien Gornto.
Dari riset yang dilakukan selama 15 tahun, Gornto menemukan tiga alasan utama yang seringkali membuat orang selingkuh, melansir laman Psychology Today.
Â
Â
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Awalnya Tak Jatuh Cinta pada Selingkuhan
1. Pada awal perselingkuhan, seseorang biasanya tidak jatuh cinta pada orang yang menjadi selingkuhannya.
Mereka akhirnya menjadi jatuh cinta pada fantasi (di benak mereka sendiri) mengenai sosok selingkuhan itu. Dengan kata lain, mereka jatuh cinta pada imej selingkuhan yang mereka ciptakan sendiri di dalam benak.
Sosok pasangan selingkuh mereka semata-mata hanyalah imej yang mereka proyeksikan sendiri, bayangan akan sosok yang akan memenuhi kebutuhan mereka.
Advertisement
Butuh Pengakuan
2. Pada dasarnya perselingkuhan adalah mengenai kebutuhan mendalam akan pengakuan dari luar.
Siapa yang tak suka jika ada seseorang yang memuji, memuja bahkan tertarik pada dirinya? Siapa yang tak suka merasa dihargai dan dibutuhkan?
Sekali lagi, banyak individu yang terlibat dalam perselingkuhan yang tidak "jatuh cinta" pada selingkuhannya. Mereka "jatuh cinta" dengan imej diri yang baru dan menyenangkan, imej yang menerima pujian dan pengakuan dari luar.
Mabuk Sensasi dari Hubungan Baru
3. Banyak orang, pada awal perselingkuhan, menjadi mabuk akan sensasi yang mereka rasakan dari hubungan yang baru.
Ketika hubungan asmara yang baru itu mulai memberi mereka umpan balik eksternal yang baik, pelaku selingkuh bisa terjerat--bukan pada selingkuhannya, melainkan pada perasaan (atau pada zat kimia yang dilepaskan otak) ketika mereka bersama selingkuhan.
Tiga zat kimia utama yang dilepaskan tubuh pada tahap awal perselingkuhan adalah dopamin (yang juga bisa muncul karena pengaruh kokain atau nikotin), norepinephrine atau dikenal sebagai adrenalin, dan serotonin (salah satu hormon cinta yang paling penting).
Advertisement
Pertimbangkan Kembali Sebelum Selingkuh
Seringkali, perselingkuhan sedikit sekali mengenai sosok yang menjadi selingkuhan. Sebaliknya, perselingkuhan justru mengungkap kebutuhan mendalam akan pengakuan dan penghargaan. Menurut Gornto, perselingkuhan memiliki semacam jebakan yang membuat pelaku selingkuh berpikir bahwa orang baru dalam hidup mereka adalah "the one" atau "belahan jiwa". Padahal yang sebenarnya mereka jatuh cinta pada kondisi yang terjadi pada diri mereka sendiri.
Karenanya, sebelum mulai berselingkuh, Gornto menyarankan untuk memikirkan ulang dan merefleksikan keinginan atau kebutuhan terbesar di dalam diri.
"Pertimbangkan untuk melihat kebutuhan atau keinginan di dalam diri secara sehat, ketimbang cara yang tidak sehat. Jika Anda selingkuh, atau berusaha memperbaiki pernikahan setelah perselingkuhan, pertimbangkan mencari bantuan profesional dari terapis pernikahan," tutupnya.
Â