Liputan6.com, Amerika Serikat - Pria tua asal New Jersey, Amerika Serikat, Matthew Facendo kini memiliki antibodi yang sangat tinggi setelah terpapar COVID-19, menurut para profesional medis.
Satu minggu sebelum New Jersey lockdown, pria yang berprofesi sebagai tukang pos terserang demam. Kira-kira pada 10 Maret 2020, suhu tubuhnya mendadak tinggi, yang membuat Matthew menduga-duga bahwa dia tengah terinfeksi COVID-19.
Memiliki firasat yang tak enak, Matthew tak masuk kerja dan memilih pergi ke rumah sakit. Dia lalu menjalani serangkaian tes, termasuk tes COVID-19.
Advertisement
"Saya punya firasat buruk karena saya memiliki triple bypass dengan penggantian katup aorta pada September 2018," ujar Facendo kepada New York Post, Jumat, 31 Juli 2020.
Baca Juga
Mengutip dari situs Klik Dokter pada Senin, 3 Agustus 2020, penyakit katup aorta merupakan kondisi saat katup yang terdapat di antara bilik pompa utama jantung, yakni ventrikel kiri, dan pembuluh darah utama pada tubuh, yakni aorta, tidak berfungsi dengan sempurna.
Dalam kasus Matthew, dia mengalami tiga kali operasi untuk penggantian katup aorta di jantung. Penyakit katup aorta dapat terjadi pada saat lahir atau dapat juga terjadi akibat penyebab lainnya.
Simak Video Berikut Ini:
Kaya Akan Antibodi
Sebelas hari setelah tes COVID-19, Matthew bergulat dengan demam yang berlangsung sampai 99 hingga 103 derajat. Dia pun sempat kehilangan nafsu makan, indera perasa, indera penciuman, dan merasa sangat lelah.
Untungnya, dia tidak pernah mengalami masalah pernapasan dan rajin memantau tekanan darah serta mengawasi kadar oksigennya dengan oksimeter. Dia yakin dia telah menginfeksi istri dan putranya yang berusia 29, dan keduanya memiliki kasus ringan.
“Gejala-gejalanya terus datang dan pergi, dan saya tidak mendapatkan hasil tes positif sampai tanggal 23 Maret. Dan pada saat itu, saya demam tinggi. Dokter mengatakan kepada saya untuk tinggal di rumah selama 14 hari," katanya.
Pada awal April, dia sudah kembali bekerja dan mendapatkan kabar baik bahwa antibodinya telah terbentuk.
“Setelah pengujian, saya diberi kabar luar biasa. Saya adalah seorang superdonor. Antibodi saya sangat tinggi sehingga saya jarang menjadi donor Tingkat 4. Titer antibodi saya lebih dari 10.000. Mereka mengatakan itu tidak biasa dan meminta saya terlibat dalam studi antibodi jangka panjang."
Facendo kemudian mendaftar untuk menyumbangkan plasma pemulihan di Pusat Medis Universitas Hackensack, yang akan digunakan untuk membantu pasien COVID-19 lain.
“Saya hanya ingin melakukan sesuatu untuk membantu. Orang-orang merasa tidak berdaya pada saat itu,” katanya.
David Perlin, kepala petugas ilmiah di Pusat Penemuan dan Inovasi di Hackensack Meridian Health, yang mengawasi penelitian ini, mengatakan hanya sekitar 20% dari donor memiliki jumlah yang sangat tinggi seperti Facendo.
“Kami telah membuat profil di bawah 1.000 donor potensial penyintas COVID-19. Banyak yang menunjukkan titer antibodi dari satu hingga 100 atau satu ke 500. Itu adalah kisaran standar dan akan mewakili sekitar 75 hingga 80 persen dari populasi. Seseorang seperti Facendo akan menunjukkan setidaknya 10 kali respon antibodi,” kata Perlin.
Ia menambahkan, mereka secara khusus sedang mencari antibodi penetral yang membunuh virus atau mencegah virus menginfeksi sel tambahan.
Advertisement