Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Yogya Sehat Tanpa Tembakau, Prof. RA. Yayi Suryo Prabandari, menyampaikan ada beberapa kebiasaan masyarakat saat merokok yang dapat meningkatkan penyebaran COVID-19.
Rokok disebut sebagai faktor peningkat risiko COVID-19 karena dapat menurunkan imunitas dan memicu penyakit komorbid. Di samping itu, kebiasaan orang saat merokok pun dapat menimbulkan bahaya tersendiri terkait penyebaran virus.
Baca Juga
“Saat mau merokok biasanya perokok tidak mencuci tangan terlebih dahulu. Padahal, rokok-rokok yang ada di warung pun itu melalui beberapa tangan,” ujar Yayi dalam konferensi pers BNPB, pada Rabu (12/8/2020).
Advertisement
Tangan yang kotor, memungkinkan tertempel virus SARS-CoV-2. Kondisi ini meningkatkan risiko terhisapnya virus saat mengisap rokok.
Selain itu, kebiasaan saling berbagi rokok, terutama pada remaja juga rentan meningkatkan risiko tertular. Satu rokok dihisap oleh bukan hanya satu orang tapi bisa dua atau tiga orang bahkan lebih.
Menurut Yayi, kebiasaan seperti ini tentunya sangat meningkatkan risiko penularan COVID-19 di samping bahaya yang ditimbulkan oleh rokok itu sendiri.
Simak Video Berikut Ini:
Penanganan Rokok di Yogyakarta
Yayi juga menyampaikan bahwa pihaknya terus bergerak aktif mensosialisasikan bahaya rokok pada masyarakat. Sosialisasi juga dilakukan secara daring melalui sosial media.
“Tapi ada beberapa yang hanya memiliki satu gawai untuk satu rumah atau bahkan satu keluarga tidak memilikinya sama sekali.”
Walau demikian, dialog, komunikasi, dan webinar tetap dilakukan di lingkungan masyarakat. Hasilnya, kini sudah ada 150 kelurahan yang menjalankan gerakan rumah bebas asap rokok.
Ia mengimbau para perokok untuk mengurangi dan berhenti konsumsi rokok. Jika masih merokok setidaknya memisahkan diri dan merokok di luar ruangan.
“Walaupun kita stay at home tetapi saat mau merokok ya keluar. Asap rokok kan menurunkan imunitas, kasihan keluarganya,” pungkasnya.
Advertisement