Soal Obat COVID-19 Unair, Jusuf Kalla: Yang Tentukan Layak Edar Itu BPOM

Soal obat COVID-19 Unair, Jusuf Kalla sampaikan yang menentukan layak edar itu BPOM.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 23 Agu 2020, 18:28 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2020, 18:27 WIB
Jusuf Kalla
Ketua Umum PMI Jusuf Kalla (JK) meminta semua pihak menunggu keputusan BPOM RI terkait izin edar dan produksi kombinasi obat COVID-19 saat hadiri donor darah di Gelora Bung Karno Jakarta, Minggu (23/8/2020). (Dok Tim Komunikasi Jusuf Kalla)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla (JK) meminta semua pihak menunggu keputusan Badan Pengawas  Obat dan Makanan (BPOM) RI terkait izin edar dan produksi kombinasi obat COVID-19 yang dikembangkan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. 

“Yang menentukan layak edar atau tidaknya suatu produksi obat itu instansi berwenang, dalam hal ini BPOM," ujar JK saat menghadiri acara Donor Darah Ikatan Alumni Universitas Brawijaya di halaman Gedung Parkir A Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (23/8/2020).

Tim peneliti Unair pun bersiap menyempurnakan uji klinis obat COVID-19. Upaya ini merespons hasil inspeksi BPOM pada 28 Juli 2020 yang menemukan proses uji klinis belum valid. Tiga kombinasi obat, yakni Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin; Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline; serta Hydrochloroquine dan Azithromycin.

"Tim peneliti kami akan mengevaluasi dan segera menyempurnakan uji klinis sebagaimana masukan dari BPOM.  Untuk selanjutnya, tim peneliti juga menunggu dan akan mempelajari semua masukan tertulis dari BPOM," ujar Rektor Unair M Nasih dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com, Kamis (20/8/2020).

"Harapannya, supaya hasil dari kombinasi obat COVID-19 segera bisa membantu para pasien yang saat ini sangat membutuhkan penanganan," tambah Nasih.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Vaksin COVID-19

[Bintang] Kenapa Ibu Hamil Tidak Boleh Vaksin MR?
Vaksin COVID-19. (Pexels.com)

Lebih lanjut JK mengatakan, terkait vaksin COVID-19, Indonesia membutuhkan kerja sama dengan pihak lain. Hal ini berkaitan dengan biaya.

"Berhubung biaya riset dan memproduksi sebuah vaksin tidak murah, kita harus berkerja sama secara global," lanjutnya dari keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com.

Saat ini, uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac fase III dilakukan di Bandung, Jawa Barat. Kloter pertama penyuntikan vaksin terhadap 110 relawan sudah dilaksanakan pada 11-15 Agustus 2020. Untuk kloter kedua penyuntikan akan menyasar 150 relawan, yang rencananya pada 28 Agustus 2020.

Koordinator Tim Uji Klinis Vaksin COVID-19 Kusnandi Rusmil menyampaikan, jumlah relawan yang daftar mencapai 2.200 orang. Dari jumlah tersebut akan disaring 1.620 orang.

"Nanti yang daftar akan dipanggil satu persatu buat pemeriksaan kesehatan. Dicek, apakah mereka pernah punya riwayat sakit berat, apakah dulu pernah alami merah-merah dan gatal-gatal karena efek imunisasi," katanya saat dialog virtual.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya