Cegah Happy Hypoxia, Pasien COVID-19 Isolasi Mandiri Harus Segera ke RS Saat Muncul Gejala

PDPI mengimbau agar pasien COVID-19 yang diisolasi mandiri harus segera dibawa ke RS demi mencegah kejadian happy hypoxia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 10 Sep 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2020, 15:00 WIB
Kerja Keras Pekerja Medis Rawat Pasien Virus Corona
Pekerja medis memompa oksigen kepada pasien virus corona atau COVID-19 di sebuah rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Minggu (16/2/2020). Sebanyak 1.770 orang dilaporkan meninggal akibat virus corona. (Chinatopix via AP)

Liputan6.com, Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyarankan agar pasien yang dinyatakan positif COVID-19 yang diisolasi mandiri untuk segera dibawa ke rumah sakit apabila mulai mengalami gejala.

Dalam sebuah konferensi pers virtual beberapa waktu lalu, PDPI menyatakan bahwa hal ini demi mencegah masalah kesehatan lain seperti happy hypoxia.

"Kalau ada pasien COVID-19 yang isolasi mandiri dengan gejala, semakin lemah misalnya tetapi tidak sesak, barangkali bisa dilihat bibir atau jari-jarinya kebiruan, segera dibawa ke rumah sakit," kata Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat PDPI Erlina Burhan, ditulis Kamis (10/9/2020).

Erlina mengatakan, pasien nantinya akan mendapatkan pertolongan berupa terapi oksigen. "Jangan menunggu sesak, karena pada happy hypoxia, sesak ini tidak nyata, tidak jelas," katanya menambahkan.

"Silent hypoxemia" atau lebih populer disebut happy hypoxia merupakan kasus berkurangnya kadar oksigen dalam tubuh namun tanpa menunjukkan pertanda sesak napas.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Bentuk Keterlibatan Paru-Paru

Sesak napas
Ilustrasi Sesak Napas Credit: unsplash.com/Laura

Sementara itu, Profesor Menaldi Rasmin, Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan bahwa happy hypoxia merupakan pertanda keterlibatan paru dalam kasus COVID-19.

"Jadi kalau COVID-nya masih di daerah saluran napas atas sekali, di atas sekali seperti hidung atau tenggorokan, tidak mudah terjadi happy hypoxia, tetapi kalau sudah melibatkan paru, ada kemungkinan dia terlibat," kata Menaldi dalam konferensi pers yang sama.

"Jadi bagi orang-orang yang OTG (orang tanpa gejala) tapi batuknya menetap, maka mulailah berpikir dan bergerak ke rumah sakit untuk menanyakan apakah paru-paru saya terlibat," ujarnya.

Menaldi mengatakan, keterlibatan paru dalam kasus COVID-19 bisa dilihat dari batuk yang menetap. Sehingga, ia mengimbau agar agar pasien yang mengalami gejala tersebut untuk segera berobat dan mencegah happy hypoxia menjadi fatal.

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker
Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya