Liputan6.com, Jakarta Banyak cara dilakukan seseorang untuk mendapatkan asupan vitamin bagi tubuh. Mengonsumsi vitamin menjadi salah satu cara agar meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah penularan virus Covid-19.
Ada pula, anggapan seseorang dengan berjemur di bawah sinar matahari bisa menjaga daya tahan tubuh. Dengan begitu, berjemur mampu meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin D. Jadi, sebenarnya apakah manfaat dari kedua vitamin tersebut selama pandemi? Dan apa saja cara untuk mendapatkan vitamin tersebut.
Baca Juga
Upaya Berkelanjutan BRI Mendukung Kelompok Usaha Tanah Miring di Merauke Lewat Pemasar Mikro
Cerita Mantri BRI Agustina Etwiory Dedikasikan Hidupnya untuk Majukan Ekonomi Desa di Merauke
Konsisten Berdayakan Peternak Sapi Perah Rakyat, PT Nestlé Indonesia Raih Indonesia Corporate Sustainability Award 2024
Melihat itu, Nicolaas Budhiparama MD., PhD., SpOT (K), FICS dan dr. Shannen Karsten mencoba menjelaskan.
Advertisement
Perlu diketahui, Nicolaas mengatakan bahwa vitamin D sudah dikenal sebagai vitamin yang berperan untuk kesehatan tulang dan mengatur keseimbangan kalsium dalam tubuh. Namun, sebenarnya vitamin D juga sudah terbukti memiliki peran pada perlindungan tubuh terhadap infeksi, terutama infeksi saluran napas dan dapat menurunkan reaksi radang.
“Saat ini, belum ada uji klinis yang menunjukkan hubungan langsung vitamin D dengan Covid-19, namun ada beberapa penelitian yang menemukan bahwa mayoritas pasien Covid-19 dengan gejala sedang dan berat memiliki kadar vitamin D yang kurang,” tutur Nicolaas.
Lebih lanjut, Nicolaas menjelaskan bahwa Vitamin D dapat diproduksi oleh tubuh seseorang, namun memerlukan sinar matahari untuk mengaktifkan proses produksinya. Jadi disarankan untuk berjemur dengan matahari pagi (sebelum jam 10) selama 30-60 menit.
Mengonsumsi makanan kaya akan vitamin D
Sebagai alternatif, lanjut Nicolaas jika jarang terpapar sinar matahari atau sedang mengalami musim dingin, disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D seperti susu, produk sereal, kuning telur, jamur shiitake, hati, salmon, tuna, sarden, atau minyak ikan.
“Dosis konsumsi vitamin D yang disarankan untuk saat ini adalah 600 IU per hari untuk dewasa dan 800 IU per hari untuk yang berusia diatas 70 tahun. Pada kondisi kekurangan vitamin D dan berisiko tinggi terinfeksi COVID19 dapat diberikan dengan dosis lebih tinggi hingga 10.000IU per hari, namun pemberian dengan dosis tinggi ini harus dibawah pengawasan dokter,” tutur Nicolaas.
Sementara itu, dr. Shannen mengatakan Vitamin C dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan berperan sebagai antioksidan. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan adanya gangguan kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko mengalami infeksi.
“Sama halnya dengan vitamin D, sampai saat ini belum ada uji klinis terkait peran langsung vitamin C terhadap COVID19, namun sudah ada penelitian yang menunjukkan penurunan risiko perburukan gejala atau komplikasi pada pasien COVID19. Selain itu, vitamin C juga telah terbukti berperan sebagai pencegahan untuk penularan infeksi, termasuk infeksi saluran napas,” ujar dr. Shannen.
Berbeda dengan vitamin D, lanjut dr. Shannen, vitamin C tidak dapat diproduksi oleh tubuh dan harus diperoleh dari makanan dan minuman yang dikonsumsi. Vitamin C banyak terkandung pada buah-buahan dan sayur-sayuran, seperti jeruk, lemon, cabai, paprika, stroberi, kiwi, pepaya, labu, kentang, kubis, kol, tomat, dan brokoli.
“Kebutuhan harian vitamin C untuk tubuh dewasa adalah 75-90mg, namun sebagai pencegahan terhadap Covid-19, dosis vitamin C yang disarankan adalah 1000-2000mg per hari. Jika memiliki alergi pada vitamin C atau bahan tidak aktif dalam suplemen, riwayat gangguan ginjal, kelainan zat besi dan gangguan enzim G6PD, sebaiknya berhati-hati dalam mengonsumsi vitamin C,” imbuh dr. Shannen.
Artikel ini bekerja sama dengan Nicolaas Budhiparama, MD., PhD., SpOT(K) dari Nicolaas Institute of Constructive Orthopedic Research & Education Foundation for Arthroplasty & Sports Medicine. www.dokternicolaas.com, instagram : @dokternicolaas
(*)
Advertisement