Liputan6.com, Jakarta - Pemain sepak bola legendaris Indonesia, Ricky Yacobi, dikabarkan meninggal dunia akibat serangan jantung saat bermain bola di Lapangan A Senayan, Jakarta, pada Sabtu pagi, 21 November 2020.
Kabar ini membawa luka mendalam bagi Timnas Indonesia dan pecinta sepak bola.
Berbicara tentang meninggalnya atlet saat olahraga seperti yang terjadi pada Ricky Yacobi tampaknya bukan hal baru. Serangan jantung sering disebut sebagai faktor meninggalnya orang ketika berolahraga.
Advertisement
Baca Juga
Serangan jantung berbeda dengan henti jantung. Menurut dokter spesialis jantung di Siloam Hospitals Lippo Village, Vito Anggarino Damay, henti jantung disebabkan oleh berbagai hal salah satunya serangan jantung. Dengan kata lain, serangan jantung bisa berakibat henti jantung.
“Henti jantung ketika jantung berhenti memompa jantung. Serangan jantung ketika terjadi sumbatan mendadak pada pembuluh darah koroner yang seharusnya memberi makan otot jantung agar kuat memompa jantung,” ujar Vito kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat.
Vito, menambahkan, serangan jantung belum tentu henti jantung. Kadang, walau pasien selamat dari henti jantung tapi setelah serangan jantung pasien jadi lemah jantung atau mengalami jantung bengkak.
Simak Video Berikut Ini:
Pertolongan Pertama
Dilihat dari gambar yang diterima Liputan6.com, Ricky Yacobi tampak tak sadarkan diri sambil siberi pertolongan CPR.
Menurut Vito, CPR perlu dilakukan saat terjadi henti jantung atau saat terjadi serangan jantung yang menyebabkan henti jantung.
Sedang, pertolongan yang paling tepat dalam kondisi Ricky Yacob di tempat kejadian perkara adalah pemberian CPR dan panggil ambulans.
“Jadi tidak terputus terlalu lama CPR-nya ketika sedang dibawa ke RS.”
Faktor yang dapat menyebabkan kondisi serupa adalah penyakit jantung yang mendasari dan tidak diketahui atau tidak diduga oleh pasien.
“Kadang pasien merasa fit dan bugar jadi tidak mau periksa atau takut ketahuan sakitnya apa, jadi tidak mau periksa.”
Advertisement
Saran dari Vito
Bagi masyarakat usia di atas 35 tahun, henti jantung kebanyakan dikarenakan jantung koroner atau serangan jantung.
Maka dari itu, “perhatikan kapasitas jantung yang jadi modal awal kita. Seperti mobil dan motor yang kalau mau ke luar kota pastinya dicek dulu kelengkapannya.”
“Apalagi usia di atas 40 tahun di mana lebih sering terjadi kasus henti jantung pada atlet dan diakibatkan jantung koroner yang sebenarnya bisa dicegah atau setidaknya diketahui lebih awal.”
Pemeriksaan elektrokardiografi dan pemeriksaan fisik menggunakan stetoskop merupakan standar pemeriksaan rutin, tambahnya. Setelah itu dapat dilakukan pemeriksaan tambahan treadmill test dan echocardiography (USG) jantung jika dianggap perlu guna menjaga kesehatan jantung.