Liputan6.com, Massachusetts - Perusahaan bioteknologi berbasis di Cambridge, Moderna, melaporkan bahwa vaksin COVID-19 buatan mereka 94,1 persen efektif melawan Corona.
Hasil itu diperoleh dari uji klinis tahap akhir di Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat (AS).
Moderna mengatakan bahwa hasil tersebut sama di semua kategori usia, ras, dan jenis kelamin. Dan, sejauh ini, tidak ada masalah keamanan yang serius dari vaksin COVID-19 kepunyaan mereka.
Advertisement
Paling efek samping yang dirasakan para relawan vaksin COVID-19 Moderna sebatas kelelahan, sakit kepala, serta nyeri otot dan sendi.
Moderna juga mengatakan bahwa vaksin tersebut 100 persen efektif mencegah kasus-kasus yang parah.
Baca Juga
Mengetahui hasil yang memuaskan, perusahaan berencana mengajukan permohonan agar vaksin COVID-19 Moderna memeroleh persetujuan Food and Drug Administration (FDA) sebagai penggunaan darurat.
Moderna mengatakan bahwa pihaknya mengharapkan Komite Penasihat Vaksin FDA dan Produk Biologi Terkait dapat membahas permohonan mereka pada 17 Desember 2020.
Satu minggu sebelum tanggal tersebut diketahui bahwa FDA direncanakan akan membahas kandidat vaksin COVID-19 lainnya, yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Pfizer dan mitranya di Jerman, BioNTech.
Pfizer dan BioNTech juga telah mengajukan permohonan guna memeroleh persetujuan regulasi setelah hasil akhir uji coba vaksin COVID-19 buatan mereka memiliki tingkat kemanjuran yang kurang lebih sama.
Â
Simak Video Berikut Ini
Baik Vaksin COVID-19 Moderna Maupun Vaksin Corona Lainnya Menggunakan Kode mRNA
Dikutip dari situs NBC News pada Selasa, 1 Desember 2020, baik Moderna dan Pfizer-BioNTech, menyisipkan kode khusus yang disebut mRNA ke dalam tubuh guna mengetahui respons kekebalan. Tidak ada obat berbasis mRNA yang pernah mendapat persetujuan sebelumnya.
Profesor di Institut Leibniz untuk Penelitian Pencegahan dan Epidemiologi Jerman, Hajo Zeeb mengaku gembira bahwa dari dua studi terpisah sama-sama menemukan tingkat keberhasilan yang tinggi.
"Saya pikir kemungkinan besar vaksin COVID-19 ini akan disetujui FDA," kata dia.
Zeeb memang optimis, tapi dia juga mengingatkan bahwa persentase yang tepat dapat berubah ketika ratusan juta orang mulai menggunakan vaksin.
"Ini masih angka kecil secara keseluruhan," katanya tentang sampel uji coba,"tetapi pengurangan pada kasus yang parah, persis seperti yang ingin kami lihat. Jika itu hanya virus ringan, kami dapat menerimanya.".
Â
Advertisement
Uji Coba Vaksin COVID-19 Moderna
Uji coba vaksin COVID-19 Moderna melibatkan 30.000 orang. Setengah dari mereka diberi kandidat vaksin dan setengah lainnya diberi plasebo.
Dari kelompok ini, para ilmuwan mencatat 196 kasus COVID-19, hanya 11 di antaranya yang berasal dari kelompok yang telah diberikan vaksin Corona.
Ada 30 kasus penyakit serius, semuanya dalam kelompok plasebo.
Jadi, dari 15.000 orang yang diberi vaksin, tidak ada yang sakit parah terkait COVID-19 selama masa percobaan, kata Moderna.
Minggu lalu, AstraZeneca dan Universitas Oxford pun telah mengeluarkan pernyataan terkait hasil uji coba tahap akhir vaksin COVID-19 mereka yang begitu menjajikan.
Namun, beberapa hari kemudian, keduanya mengakui bahwa telah terjadi kesalahan teknis selama uji coba dan berencana melakukan beberapa pengujian tambahan.
Infografis Vaksin COVID-19
Advertisement