BKKBN Ungkap Penyebab Angka Stunting di Indonesia Masih Tinggi

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengungkapkan bahwa enam bulan usai dilahirkan pun, bayi tak lepas dari ancaman stunting

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 28 Jan 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2021, 07:00 WIB
Mencegah Stunting dengan Pemeriksaan Rutin Kehamilan di Puskesmas
Dokter memeriksa kesehatan ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Jakarta, Kamis (26/11/2020). Menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia 2019 oleh Kementerian Kesehatan RI, tercatat satu dari empat anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderita stunting. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan penyebab tingginya angka stunting di Indonesia, yang saat ini mencapai 27,6 persen.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Pra Rapat Koordinasi Nasional pada Rabu (27/1/2021) mengatakan bahwa apabila dalam setahun lahir 5 juta bayi, maka 1,2 juta di antaranya mengalami stunting.

"Memang cukup menyedihkan karena ternyata 29 persen dari 5 juta itu lahir belum waktunya. Ukurannya belum cukup sudah lahir," kata Hasto seperti dikutip dari siaran daring di Youtube BKKBN Official.

Selain itu, 11,7 persen bayi lahir dengan ukuran yang di bawah standar atau under-nutrition, dengan panjang tidak sampai 48 centimeter dan berat tak sampai 2,5 kilogram.

"Ini sudah given, artinya bayi yang lahir di Indonesia 5 juta setahun itu yang 1,2 juta produknya sudah di bawah kualitas. Inilah yang kemudian menjadi stuntingnya 27 persen," kata Hasto.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Ancaman Stunting Usai Bayi Lahir

BKKBN
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo melalui Pertemuan Daring Nasional di Jakarta berbicara soal alat kontrasepsi dan KB saat pandemi COVID-19, Selasa (14/4/2020). (Dok Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional/BKKBN)

Belum usai sampai di situ, Hasto mengatakan bahwa ada yang enam bulan setelah dilahirkan normal, bayi tersebut tetap mengalami stunting. Hal itu karena ia tidak mendapatkan ASI dengan baik dan asupan makanannya tidak cukup.

"Banyak yang sudah mendapat PKH (Program Keluarga Harapan) dapat uang juga, tetapi menu yang diberikan kepada bayinya tidak pas," kata Hasto yang merupakan seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan tersebut.

BKKBN sendiri beberapa waktu lalu mendapatkan tugas untuk mengepalai pelaksanaan penanganan dan penurunan stunting di Indonesia.

"Inilah kerja yang tentu sangat besar tantangan BKKBN ke depan, dengan tugas baru yang diberikan oleh bapak Presiden dan kepercayaan baru yang diberikan oleh bapak Presiden," kata Hasto.

Pemerintah sendiri beberapa waktu lalu menargetkan agar angka stunting di Indonesia dapat diturunkan hingga 14 persen di tahun 2024.


Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi
Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya