Liputan6.com, Jakarta Bila tidak diatasi, burnout atau kelelahan kronis bisa memicu gangguan pada kesehatan mental. Maka dari itu, penting bagi diri sendiri untuk mencoba mengatasi hal itu terlebih dahulu, apabila muncul gejala-gejalanya.
Dalam sebuah diskusi virtual dari Graha BNPB beberapa waktu lalu, Liza Marielly Djaprie, psikolog klinis dan hipnoterapis mengungkapkan bahwa kelelahan kronis bisa muncul dari sisi fisik, emosi, dan perilaku.
Baca Juga
Pada fisik, gejala burnout seperti mudah sakit-sakitan atau daya tahan tubuh menurun. Liza mengatakan, masalah yang sering dikeluhkan mulai dari sakit kepala, sakit perut, hingga nyeri tulang.
Advertisement
Masalah fisik lain yang juga kerap dikeluhkan saat burnout adalah sakit pada tengkuk yang mengeras. Hal ini disebabkan oleh otot yang tertarik saat seseorang berpikir keras terus menerus.
"Dari sisi emosi, biasanya jadi meledak-ledak. Tidak hanya marah tetapi juga bisa menangis tiba-tiba, sensitif, atau tiba-tiba takut tetapi tidak jelas takutnya kenapa," kata Liza, seperti dikutip dari Youtube BNPB Indonesia pada Rabu (24/2/2021).
Sementara dari sisi perilaku, masalah burnout dapat membuat seseorang menjadi menarik atau mengisolasi diri dari orang lain, serta kehilangan minat pada hobinya.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Meminta Tolong
Liza mengatakan, apabila seseorang mulai menyadari hal-hal seperti yang disebutkan sebelumnya pada dirinya, yang pertama bisa dilakukan adalah dengan meminta tolong pada orang lain.
"Minta tolongnya tidak perlu 'tolong dong hilangkan ini (burnout)' karena tidak mungkin. Ini adalah sesuatu yang ada di dalam kita dan harus kita sendiri yang mengolah," kata Liza.
Meminta tolong yang dimaksud Liza adalah, meminta bantuan pada orang lain untuk menggantikannya melakukan pekerjaan atau tanggung jawabnya sementara waktu, sembari dirinya beristirahat.
"Kadang-kadang orang minta itu saja berpikirnya panjang sekali, ragu, takut, lalu bagaimana tanggung jawab saya. Semakin ditunda semakin terjadi penumpukan," kata Liza.
Saat jeda dari tanggung jawab tersebut, dedikasikanlah diri untuk beristirahat.
"Beristirahat itu bisa sendiri, tergantung setiap orang berbeda-beda, karena kita bicara kondisi psikologis yang sangat personal dan subyektif," kata Liza.
Di sini, seseorang juga harus sadar apa yang ia butuhkan ketika sedang berada dalam kondisi psikologis yang kurang baik. Liza mengatakan, seseorang mungkin saja butuh sendiri, didengarkan orang lain, atau bahkan olahraga.
"Itu kita harus punya kesadaran itu. Seringkali kita tidak punya self awareness tersebut."
Advertisement