Liputan6.com, Jakarta Naftalia Kusumawardhani psikolog klinis Rumah Sakit Mitra Keluarga Waru, Surabaya menyampaikan bahwa kesehatan jiwa memiliki perbedaan dengan kesehatan mental.
Menurutnya, dalam Undang-Undang nomor 18 tahun 2014, kesehatan jiwa adalah kondisi di mana individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi bagi komunitasnya.
Advertisement
Baca Juga
“Pengertian bekerja produktif ini tidak selalu harus ada uangnya. Ibu rumah tangga juga produktif meskipun tidak ada uangnya. Tapi dia berperan maksimal dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitas. Komunitas di sini bukan hanya dalam skala besar tapi komunitas kecil juga, yang paling kecil ya keluarga,” kata Naftalia dalam webinar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) ditulis pada Senin (5/10/2020).
Advertisement
Jadi, tambahnya, kesehatan jiwa itu setidaknya harus memenuhi 4 dimensi yaitu fisik, mental, spiritual, dan sosial. Untuk dikategorikan sebagai jiwa yang sehat maka keempat dimensi tersebut harus terpenuhi secara seimbang.
“Ibaratnya lingkaran yang dibagi empat, itu gak apa-apa lingkarannya kecil asalkan semua nilainya terpenuhi. Jangan lingkarannya besar tapi tidak utuh karena ada satu aspek yang terpenuhi secara maksimal sedangkan aspek lainnya tidak.”
Simak Video Berikut Ini:
Perbedaan dengan Kesehatan Mental
Kesehatan jiwa berbeda dengan kesehatan mental, tambah Naftalia. Menurutnya kedua istilah ini sering dipakai secara bersamaan.
Pengertian kesehatan mental sendiri adalah kondisi ketika individu merasakan ketenangan batin, tentram, dan nyaman sehingga memungkinkan individu tersebut menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang di sekitarnya. Mereka dapat menggunakan potensi diri secara maksimal dalam menghadapi tantangan kehidupan.
“Kedua istilah ini sering dipakai bersamaan meskipun ada spesifikasi pengertian. Kalau di lapangan mau menggunakan istilahnya ganti-ganti kalau menurut saya sih gak masalah asal tahu prinsipnya kesehatan jiwa apa dan kesehatan mental apa.”
Pengertian kesehatan mental cenderung lebih subjektif dari kesehatan jiwa. Terkait dengan kemampuan seseorang dalam mengerahkan potensi diri untuk menjaga ketenangan batinnya.
“Apa orang-orang yang punya kesehatan mental ini gak punya masalah? Bisa jadi masalahnya lebih banyak dari orang lain, tapi mereka menghadapinya dengan tenang, nyaman, dan tentram,” tutup Naftalia.
Advertisement