Epidemiolog UI Sebut Manfaat Vaksin COVID-19 AstraZeneca Lebih Besar dari Kasus Pembekuan Darah

Terkait kejadian pembekuan darah yang diindikasikan sebagai efek vaksin AstraZeneca, Prof.Hasbullah menyoroti bahwa kasusnya sangat kecil.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 21 Mar 2021, 11:36 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2021, 11:36 WIB
Melihat Petugas Medis di Korea Selatan Latihan Suntik Vaksin COVID-19
Botol kosong vaksin COVID-19 AstraZeneca terlihat selama sesi pelatihan cara memberikan suntikan vaksin COVID-19 di Asosiasi Perawat Korea di Seoul, Korea Selatan (17/2/2021). Korsel berencana memulai inokulasi virus COVID-19 dengan vaksin AstraZeneca pada 26 Februari. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca yang didapat Indonesia melalui fasilitas COVAX sempat memunculkan keraguan soal penggunaan vaksin tersebut dalam program vaksinasi nasional. Hal itu terkait kasus pembekuan darah di beberapa negara Eropa serta kehalalan vaksin.

Namun, keraguan yang muncul itu terjawab dengan keluarnya izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) maupun Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kementerian Kesehatan selaku leading sector dalam vaksinasi nasional COVID-19 segera mengimplementasikan keputusan tersebut dengan mengirim vaksin AstraZeneca ke seluruh Indonesia.

Menanggapi kondisi ini, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia sekaligus Epidemiolog Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr.PH menegaskan bahwa acuan utamanya adalah menyelamatkan nyawa orang dan masyarakat luas.

Terkait kejadian pembekuan darah yang diindikasikan sebagai efek vaksin AstraZeneca, Prof.Hasbullah menyoroti bahwa kasusnya sangat kecil.

“Kejadian yang tidak diharapkan bisa saja terjadi. Yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar manfaat keseluruhan untuk masyarakat. Tunggulah kata ahlinya seperti WHO terkait efektivitas dan keamanan vaksin. Jangan kita mengambil kesimpulan sendiri dan langsung menolak karena menolak vaksin efeknya bisa membahayakan orang lain,” paparnya melalui keterangan resmi yang diterima Liputan6.com.

 

Simak Juga Video Berikut Ini

Tak Perlu Khawatir Soal Masa Simpan

Pemerintah, tambahnya, sudah semestinya mengambil kebijakan yang mengedepankan kepentingan orang banyak dan tidak menjadikan satu dua kasus menjadi pedoman atau pegangan dalam mengambil kebijakan.

“WHO mengatakan AstraZeneca bisa diteruskan. Manfaatnya jauh lebih besar. Kejadian itu juga belum terbukti efek dari vaksin,” katanya.

Sementara mengenai vaksin AstraZeneca yang sebentar lagi berakhir masa simpan atau shelf life-nya, Prof. Hasbullah mengimbau untuk tidak terlalu mengkhawatirkannya. Dalam perhitungannya sebagai ahli dibidang kesehatan masyarakat, dengan stok sekitar satu juta vaksin dan kemampuan rata-rata vaksinasi 300-400 ribu per hari, maka dalam 3-4 hari vaksin COVID-19 AstraZeneca ini akan habis.

Prof. Hasbullah juga berbagi pengalaman bahwa meskipun dirinya sudah mendapatkan vaksin dua kali dan kekebalan tubuh terhadap COVID-19 sudah terbentuk, dalam kesehariannya tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan. Dari pengalaman dan keilmuan yang telah dipelajarinya, prokes 3M efektif untuk mencegah virus apapun masuk ke tubuh.

Infografis

Infografis Yuk, Waspadai 7 Gejala Ringan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Yuk, Waspadai 7 Gejala Ringan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya