Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini sebuah riset mengembangkan metode baru tes COVID-19 dengan menggunakan usap kulit (skin swab). Tes ini menganalisis sebum yang merupakan zat berminyak yang diproduksi oleh kelenjar sebaceous.
Mengutip Medical News Today, tes COVID-19 dengan metode skin swab merupakan prosedur non-invasif, tidak seperti tes molekuler atau antigen yang menggunakan lendir atau sampel darah untuk menguji virus. Metode tes yang dikembangkan sekelompok peneliti yang dipimpin oleh para peneliti dari University of Surrey di Guildford, Inggris ini cukup menyeka kulit untuk menguji sekresi sebum.
Baca Juga
Menurut riset yang terbit di The Lancet-EClinicalMedicine ini, tes usap sebum bekerja dengan menganalisis kemungkinan perubahan yang disebabkan virus dalam tubuh. Ini memungkinkan kita untuk melihat apa yang virus lakukan terhadap kita, daripada mencari virus itu sendiri.
Advertisement
“COVID-19 merusak banyak area metabolisme. Dalam penelitian ini, kami menunjukkan bahwa lipidom kulit dapat ditambahkan ke daftar, yang dapat berimplikasi pada fungsi pelindung kulit, serta menjadi gejala penyakit itu sendiri yang dapat dideteksi," kata ketua peneliti, Matt Spick.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Juga Video Berikut
Bisa Digunakan di Masa Mendatang
Salah satu anggota tim, Dr. Melanie Bailey menyebut profesional kesehatan dapat menggunakan bentuk pengujian ini dalam situasi serupa di masa mendatang.
“Studi kami menunjukkan bahwa kami mungkin dapat menggunakan cara non-invasif untuk menguji penyakit seperti COVID-19 di masa depan. Suatu perkembangan yang saya yakin akan disambut oleh semua orang.,” ungkap Bailey.
Hal serupa juga disampaikan oleh Dr. George Evetts yang tergabung dalam tim. Menurutnya, penelitian metode diagnosis dan pengawasan baru pada penyakit baru seperti COVID-19 sangat penting.
“Pengambilan sampel sebum adalah metode non-invasif sederhana yang menjanjikan baik untuk diagnostik dan pemantauan penyakit baik dalam pengaturan perawatan kesehatan dan non-perawatan kesehatan,” ujar Evetts.
Kendati demikian, penelitian metode baru tes COVID-19 ini masih menggunakan sampel yang kecil, yakni 67 pasien yang dirawat di rumah sakit yang terdiri dari 30 pasien positif COVID-19 dan 37 negatif.
Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi
Advertisement