Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Penanganan COVID-19 dr Reisa Broto Asmoro mengingatkan bahwa pandemi COVID-19 masih terjadi. Ia juga menyampaikan agar jangan sampai mengulangi kesalahan negara lain yang malah mencatat kenaikan drastis kasus positif karena kelonggaran peraturan.
“Jangan lengah, jangan karena berpikir sudah divaksin, kasus sudah turun, peraturan kantor dan pariwisata sudah mulai dilonggarkan kita malah jadi takabur,” tegas Reisa dalam konferensi pers virtual pada Senin (26/4/2021).
Baca Juga
Untuk mencegah penularan dan kematian tinggi akibat pandemi COVID-19, pemerintah pun kembali mengeluarkan kebijakan larangan mudik. Pasalnya, peningkatan kasus positif selalu terjadi saat liburan panjang dan ketika mobilitas masyarakat tinggi.
Advertisement
“Selalu terjadi kenaikan kasus setelah empat kali libur panjang di tahun lalu dan awal tahun ini,” kata Reisa.
“Sudah empat kali kita diberi pelajaran pahit, kita berduka terhadap sanak saudara, kolega, tetangga kita yang dirawat dan bahkan ada yang sampai meninggalkan kita karena COVID-19. Tentunya tidak perlu terjadi pelajaran yang kelima, bukan?” tambahnya.
Simak Juga Video Berikut
Masker Bukan Formalitas
Reisa juga mengungkapkan agar masyarakat dapat tetap menerapkan protokol kesehatan. Ia menyinggung penggunaan masker bukan sekadar formalitas.
“Masker merupakan alat pelindung diri bukan formalitas agar tidak disanksi oleh petugas. Sudah banyak kisah berkerumun berubah menjadi klaster, sudah banyak cerita orang-orang yang sudah lama mempraktikkan 3M lalu lengah saat berkerumun dan akhirnya terjangkit virus SARS CoV-2,” ujarnya.
Untuk melawan pandemi COVID-19, Reisa mengimbau agar masyarakat memakai masker dengan benar, yakni menutupi hidung dan mulut, mencuci tangan sebelum dan sesudah memakainya. Lalu, jangan menggantung masker di dagu dan sediakan wadah khusus ketika melepas masker untuk sementara. Masker perlu diganti setelah pemakaian maksimal empat jam.
Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi
Advertisement