Ahli Penyakit Tropis Ungkap Endemisitas Malaria di Indonesia

Dosen Divisi Penyakit Tropis dan Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), dr. Restuti Hidayani Saragih, Sp.PD, mengungkap endemisitas penyakit malaria di Indonesia.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 28 Apr 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2021, 15:00 WIB
Ilustrasi nyamuk malaria
Ilustrasi nyamuk malaria. Foto oleh Laszlo Fatrai dari Pexels.

Liputan6.com, Jakarta Dosen Divisi Penyakit Tropis dan Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), dr. Restuti Hidayani Saragih, Sp.PD, mengungkap endemisitas penyakit malaria di Indonesia.

Menurutnya, endemis adalah istilah yang digunakan untuk penyakit yang tidak mewabah. Penyebarannya biasa saja dan ada dalam keseharian seolah menjadi teman bagi masyarakat di daerah tertentu. Penyakit ini juga bisa diderita oleh seseorang yang masuk ke daerah tersebut untuk berkunjung atau tinggal beberapa saat.

“Kalau endemis, bicara malaria itu ditinjau dari jumlah kasus dan annual parasite incidence (API) atau insidensi parasit malaria tahunan,” ujar Restuti dalam diskusi dari Kementerian Kesehatan, Senin (26/4/2021).

Ia menambahkan, endemisitas atau tingkat endemi di suatu daerah kabupaten/kota itu disebut rendah apabila angka API-nya di bawah satu orang per 1.000 penduduk per tahun. Jika API-nya 1 sampai 5 maka endemisitasnya sedang.

“Tapi kalau API-nya di atas 5 per 1.000 penduduk itu kita sebut endemisitas yang tinggi.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini


24 Kabupaten/Kota dengan Kasus Malaria

Restuti memaparkan, di Indonesia sendiri secara umum hingga 2020 endemisitas malaria menunjukkan perkembangan baik dilihat dari penurunan kasus. Hal ini sejalan dengan harapan dari program global bebas eliminasi malaria 2030.

“Indonesia hingga 2020 dalam program global bebas eliminasi malaria 2030 sudah ada kemajuan dan penurunan dari jumlah kota/kabupaten yang endemis. Namun, masih ada 24 kabupaten/kota yang endemisitasnya perlu perhatian,” katanya.

Ke-24 kabupaten/kota tersebut yakni:

- Kalimantan Timur 1 kabupaten/kota.

-Nusa Tenggara Timur 3 kabupaten/kota.

-Papua 16 kabupaten/kota.

-Papua Barat 4 kabupaten/kota.

“Sayangnya di NTT, Papua, dan Papua Barat belum ada satupun kabupaten/kota yang bebas malaria. Memang gudangnya atau sumber malaria itu banyak ditemukan di daerah Indonesia Timur.”

“Hal ini berkaitan dengan faktor geografis dan populasi nyamuk Anopheles sebagai penular malaria yang banyak ditemukan di daerah tersebut,” tutup Restuti.


infografis beda DBD dan Malaria

infografis beda DBD dan Malaria
Apa bedanya DBD dan Malaria?
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya