Long Covid Berarti Virus Corona Masih Ada di Tubuh? Ini Kata Pakar

Yang harus diwaspadai dari Long Covid bukan masih ada Virus Corona atau tidak di dalam tubuh. Lalu apa?

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 29 Apr 2021, 17:36 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2021, 16:25 WIB
Gerakan Senam Pagi Bersama OTG Covid-19 di Rumah Singgah Karantina Covid-19 Kabupaten Tangerang
Tenaga medis lengkap dengan baju APD mengikuti senam pagi bersama pasien orang tanpa gejala (OTG) Covid-19 di halaman Rumah Singgah Karantina Covid-19 Kabupaten Tangerang, Selasa (26/5/2020). Senam pagi diikuti 40 OTG berlangsung sekitar 30 menit mulai pukul 08.00 WIB. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Persahabatan, Dr dr Erlina Burhan MSc SpP (K), menekankan kembali bahwa Long Covid atau Sindroma Pasca COVID-19 bukan berarti di dalam tubuh pasien masih ada virus Corona.

Erlina, mengatakan, virus Corona sama seperti manusia yang juga memiliki usia. Bila rata-rata manusia meninggal di usia 70 atau 80, virus penyebab COVID-19 'tidak hidup' lagi setelah dua minggu.

"Dua minggu dalam tanda kutip tidak hidup, karena virus kan katanya bukan mahluk hidup, tapi hanya susunan materi genetik," kata Erlina dalam webinar Pentingnya Menjaga Imunitas Tubuh Meski Sudah Divaksinasi pada Rabu, 28 April 2021.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa setelah dua minggu sampai satu bulan, virus Corona biasanya tidak aktif lagi atau hanya berupa materi-materi yang sudah tidak aktif lagi atau sisa-sisanya saja.

"Kalau pada Long Covid, terutama satu bulan dari on set atau gejala awal, maka yang tersisa adalah, kalau pakai bahasa awam, bangkai-bangkai virus saja yang tidak lagi menular dan tidak lagi menimbulkan peradangan pada seseorang," kata Erlina.

"Jadi, hanya sisa-sisa atau partikel-partikel dari virus yang tidak membahayakan," dia menambahkan.

Oleh sebab itu, lanjut Erlina Burhan, Long Covid bukan lagi masalah masih adanya Virus Corona atau tidak. Melainkan lebih ke arah dampak yang terjadi akibat tingkah laku virus yang menimbulkan badai sitokin.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini


Badai Sitokin, Kondisi Long COVID-19 yang Harus Diwaspadai

Wisatawan Kepulauan Seribu Harus Tes Swab Antigen
Seorang pria menjalani tes usap atau Swab Antigen di Pelabuhan Kali Adem, Jakarta, Kamis (31/12/2020). Pemeriksaan swab antigen kepada wisatawan yang akan liburan Tahun Baru di Kepulauan Seribu dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Erlina, menjelaskan, badai sitokin menimbulkan kerusakan pada organ-organ lain, yang dikatakan bahwa ternyata badai sitokin juga bisa menginflamasi susunan saraf pusat.

"Makanya, 60 sampai 70 persen pasien Long Covid gejala utamanya adalah lelah (fatigue). Kita dokter paru sampai bingung 'Ini parunya bagus, jantungnya bagus, tapi kok pasiennya lelah terus. Fatigue ini'," kata Erlina.

"Akhirnya, hipotesisnya adalah bahwa inflamasinya juga diteruskan sampai menyerang susunan saraf pusat. Sehingga pasiennya juga mengalami fatigue yang merupakan gejala utama," Erlina menambahkan.

 


Apa Itu Long Covid?

Rapid Test Antigen Acak Diterapkan di Kawasan Puncak Bogor
Petugas kesehatan bersipa melakukan rapid tes antigen di kawasan Pasar Cisarua, Bogor, Jumat (12/2/2021). Tes cepat antigen oleh petugas gabungan Satgas Covid-19 itu dilakukan secara acak untuk antisipasi penyebaran COVID-19 dari wisatawan di kawasan Puncak Bogor. (merdeka.com/Arie Basuki)

Di dalam pemaparan, Erlina Burhan menjelaskan bahwa Long Covid atau Sindroma Pasca COVID-19 adalah gejala dan tanda yang muncul pada saat atau setelah infeksi yang konsisten dengan COVID-19, berlanjut hingga lebih dari 12 minggu, dan tidak dapat dijelaskan oleh diagnosis alternatif.

Biasanya berupa klaster dari gejala-gejala yang dapat saling bertumpang-tindih, dapat berflukasi dan berubah-ubah, serta dapat memengaruhi berbagai sistem di tubuh manusia.

Long Covid

- Sebagian besar pasien tergolong ke dalam gejala yang ringan hingga moderate

- 10 hingga 15 persen berprogresi menjadi gejala yang berat, dan sekitar lima persen menjadi critical illness.

- Pasien COVID-19 seharusnya mengalami recovery setelah dua hingga enam minggu

- Pada beberapa orang, beberapa gejala dapat bertahan atau muncul kembali setelah berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah pulih dari COVID-19.


Infografis Vaksinasi COVID-19

Infografis Orang Tak Divaksin 3 Kali Lebih Berisiko Terpapar Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Orang Tak Divaksin 3 Kali Lebih Berisiko Terpapar Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya