Liputan6.com, Jakarta Berinvestasi adalah langkah penting dalam mencapai kebebasan finansial. Dengan investasi yang tepat, seseorang bisa menumbuhkan kekayaan secara signifikan.
Namun, banyak investor pemula yang terjebak dalam kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari. Kesalahan-kesalahan ini sering kali menyebabkan kerugian besar dan membuat banyak orang kapok berinvestasi.
Advertisement
Baca Juga
Melansir dari Investopedia, Senin (17/2/2025), berikut adalah lima kesalahan umum yang sering dilakukan oleh investor pemula serta cara menghindarinya.
Advertisement
Tidak Memahami Instrumen Investasi yang Dipilih
Salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan oleh investor pemula adalah berinvestasi tanpa memahami instrumen yang mereka pilih. Banyak orang tertarik membeli saham, reksa dana, atau aset kripto hanya karena sedang tren atau mendapatkan rekomendasi dari teman. Padahal, setiap jenis investasi memiliki risiko dan karakteristik yang berbeda.
Sebagai contoh, banyak orang membeli saham hanya berdasarkan feeling atau rekomendasi influencer tanpa memahami analisis fundamental dan teknikal. Akibatnya, mereka sering kali panik ketika harga turun dan buru-buru menjual saham dalam kondisi rugi.
Untuk menghindari kesalahan ini, penting bagi calon investor untuk mempelajari terlebih dahulu bagaimana cara kerja instrumen investasi tersebut. Gunakan sumber terpercaya seperti mengikuti seminar atau kursus investasi juga dapat membantu memahami strategi yang tepat sebelum terjun ke pasar.
Tidak Melakukan Diversifikasi Portofolio
Prinsip dasar dalam investasi adalah jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang. Artinya, menaruh seluruh modal dalam satu jenis investasi sangat berisiko. Jika investasi tersebut mengalami kerugian, seluruh dana bisa ikut tergerus.
Seorang investor pemula yang hanya menaruh uangnya di saham perusahaan teknologi misalnya, mungkin akan mengalami kerugian besar jika industri tersebut mengalami krisis.
Oleh karena itu, penting untuk menyebar investasi ke berbagai aset seperti saham, obligasi, emas, dan reksa dana.
Memilih instrumen yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi akan membantu mengurangi potensi kerugian. Selain itu, jangan hanya mengandalkan satu sektor atau industri, carilah variasi yang sehat agar risiko lebih terkelola dengan baik.
Terlalu Emosional dalam Mengambil Keputusan
Pasar investasi selalu mengalami naik turun. Banyak investor pemula yang mudah panik ketika harga turun sedikit dan langsung menjual asetnya. Sebaliknya, ada juga yang terlalu serakah ketika harga naik dan terus membeli tanpa pertimbangan yang matang.
Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) sering kali membuat seseorang membeli saham atau aset kripto hanya karena takut ketinggalan tren, tanpa melakukan riset terlebih dahulu. Akibatnya, mereka sering masuk saat harga sudah tinggi dan berakhir mengalami kerugian.
Untuk menghindari kesalahan ini, penting untuk tetap berpegang pada rencana investasi dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Jangan terlalu sering memantau pergerakan harga jika investasi ditujukan untuk jangka panjang. Menggunakan pendekatan berbasis data, bukan emosi, akan membantu menentukan kapan harus membeli atau menjual aset dengan lebih bijak.
Advertisement
Tidak Memiliki Tujuan Investasi yang Jelas
Investasi tanpa tujuan yang jelas seperti naik kendaraan tanpa tahu arah. Banyak orang berinvestasi hanya karena ikut-ikutan tanpa tahu mengapa mereka melakukannya. Akibatnya, mereka bisa salah memilih instrumen investasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan keuangan mereka.
Misalnya, seseorang yang ingin membeli rumah dalam lima tahun justru berinvestasi di saham perusahaan rintisan yang sangat fluktuatif. Padahal, instrumen seperti reksa dana pendapatan tetap atau obligasi bisa menjadi pilihan yang lebih aman untuk tujuan tersebut.
Untuk menghindari kesalahan ini, tentukan tujuan investasi sejak awal, misalnya untuk dana pensiun, biaya pendidikan anak, atau membeli rumah.
Dengan tujuan yang jelas, lebih mudah memilih instrumen investasi yang sesuai dengan jangka waktu dan tingkat risiko yang dapat diterima. Selain itu, buat perencanaan keuangan yang matang dan sesuaikan strategi investasi berdasarkan tujuan tersebut.
Mengabaikan Risiko dan Hanya Fokus pada Keuntungan
Banyak investor pemula hanya melihat potensi keuntungan tanpa mempertimbangkan risiko. Akibatnya, mereka bisa tertipu oleh skema investasi bodong yang menawarkan keuntungan tinggi tanpa risiko.
Contoh nyata adalah kasus investasi bodong yang menjanjikan imbal hasil 30% per bulan. Banyak orang tergiur dan menginvestasikan uangnya tanpa menyadari bahwa skema tersebut adalah ponzi scheme.
Untuk menghindari jebakan seperti ini, jangan mudah percaya pada investasi yang menjanjikan keuntungan besar tanpa risiko. Selalu lakukan analisis risiko sebelum berinvestasi dan pastikan perusahaan atau platform investasi memiliki izin resmi dari OJK atau lembaga berwenang lainnya.
Advertisement
