Liputan6.com, Jakarta - Sudah berapa piring ketupat sayur dengan opor ayam yang sudah Anda habiskan? Hidangan Lebaran pastinya menggugah selera, beragam makanan besar hingga kue kering tersaji di meja. Kira-kira kalori yang masuk seimbangkah dengan yang dibakar?
Berbicara tentang kalori, sejumlah orang yang sedang menjalani diet biasanya begitu memperhatikan kalori yang masuk ke tubuh. Dogma dalam diet itu, kalau makan lebih banyak dari yang Anda bakar, maka berat badan akan bertambah. Sebaliknya, makan lebih sedikit maka berat badan Anda akan turun. Tapi, menemukan cara memantau keseimbangan kalori ini tidak mudah.
Baca Juga
Konsisten memantau diet dapat membantu beberapa orang menurunkan berat badan, tapi pelacakan kalori sebenarnya tidak seakurat kelihatannya. Faktanya, menghitung konsumsi kalori harian tidak selalu berkorelasi dengan jumlah energi yang dikonsumsi dan dibakar tubuh kita.
Advertisement
“Orang tidak boleh mengandalkan ini sebagai panduan tentang asupan dan pengeluaran makanan,” kata Susanne Votruba, seorang ahli diet penelitian di Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal (NIDDK) dikutip dari Pop Sci.
Brooke Tompkins Nezami, seorang ilmuwan nutrisi perilaku di University of North Carolina di Chapel Hill menjelaskan, sebenarnya memantau apa yang Anda makan itu menjadi langkah penting dalam mengembangkan kebiasaan makan yang sehat dan bahkan menurunkan berat badan.
Sebuah studi tahun 2013, yang diterbitkan dalam International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, menemukan bahwa ketika orang hanya melacak pola makan mereka selama delapan minggu, mereka makan dua porsi lebih banyak sayuran sehari daripada yang mereka lakukan di awal penelitian.
"Konsistensi menjadi prediktor kesuksesan yang lebih baik daripada akurasi," tambah Nezami.
Dengan kata lain, orang-orang yang mendapat manfaat dari aplikasi pelacak diet tidak menghabiskan banyak kalori setiap hari, mereka hanya memperhatikan.
Simak Juga Video Berikut Ini
Melacak Kalori
Melacak kalori itu sendiri mungkin tidak masalah. Kata Nezami, orang bisa mendapat manfaat dari hanya menuliskan apa yang mereka makan, tanpa kalori itu sendiri. Dan bagi sebagian orang, sistem ini bahkan mungkin lebih bermanfaat.
"Pelacakan kalori memakan waktu. Ini bisa memberatkan bagi sebagian orang. Dan itulah salah satu alasan kami mulai mencari metode pelacakan alternatif yang berpotensi lebih disederhanakan, "kata Nezami.
Salah satu metode tersebut termasuk menyortir makanan ke dalam tiga kategori: hijau, kuning, dan merah, berdasarkan kandungan kalorinya, dan hanya memantau berapa banyak makanan "merah" atau berkalori tinggi yang Anda makan.
Apabila pelacakan kalori berhasil, lakukanlah. Tetapi Anda tidak perlu terobsesi untuk mencapai tujuan setiap harinya.
Advertisement
Jenis Makanan dan Tubuh
Peter Ellis, ahli biokimia di King’s College London, mengatakan bahwa ia sudah lama mengetahui kalori untuk setiap makanan tidak sama. Begitu juga dengan tubuh orang. Ada banyak variasi dalam cara mencerna makanan
"Jadi gagasan bahwa semua makanan dicerna dengan cara yang sama tentu tidak benar,” kata Ellis.
Ellis telah menemukan bahwa tubuh kita tidak begitu baik dalam mengakses pati dan gula di dalam kacang-kacangan.
Begitu pula dengan energi yang diperoleh dari makanan yang dimasak, seringkali lebih besar. Pemrosesan dapat membuat makronutrien dalam makanan seperti pati, lemak, dan protein lebih mudah diakses oleh tubuh kita. Terakhir, ada variabilitas antar individu yakni setiap orang tidak sama efisiennya dalam memanen energi dari makanan yang dikonsumsi. Perbedaan tersebut sebagian besar disebabkan mikrobiota usus kita.
Kathleen Melanson, seorang profesor nutrisi di Universitas Rhode Island mengatakan beberapa mikroba membantu kita mendapatkan lebih banyak energi dari makanan kita, sementara yang lain mencuri energi untuk diri mereka sendiri.
"Keseimbangan mikroba usus kita membantu menentukan banyak kalori yang sebenarnya kita konsumsi," ujarnya.
Infografis
Advertisement