Liputan6.com, Jakarta - Satgas COVID-19 mengingatkan masyarakat bahwa vaksin bukanlah obat COVID-19 yang digunakan untuk menyembuhkan infeksi akibat virus Corona, melainkan salah satu bentuk pencegahan.
"Fungsi dari vaksin COVID-19 adalah untuk melakukan pencegahan terhadap penularan COVID-19 ataupun mencegah seseorang yang tertular untuk tidak mengalami gejala yang buruk akibat terinfeksi," kata Wiku Adisasmito, Juru Bicara Satgas COVID-19.
Baca Juga
"Vaksin COVID-19 bukan diperuntukkan melakukan pengobatan," kata Ketua Tim Pakar Satgas itu menegaskan dalam konferensi persnya pada Selasa awal pekan ini, ditulis Minggu (6/6/2021).
Advertisement
Wiku mengatakan bahwa hingga saat ini, pengobatan untuk COVID-19 masih dalam tahap pengembangan.
"Upaya terbaik dalam menghindari COVID-19 adalah melakukan pencegahan, melalui disiplin protokol kesehatan, dan melakukan kegiatan vaksinasi apabila dimungkinkan," ujarnya.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Pengaruh Varian Baru untuk Vaksin
Pada kesempatan tersebut, Wiku juga mengatakan empat varian dari virus SARS-CoV-2 yang menjadi perhatian saat ini, juga berpengaruh pada efektivitas vaksin COVID-19 tertentu.
"WHO berdasarkan berbagai studi yang dilakukan beberapa peneliti menyatakan bahwa beberapa varian memiliki besaran pengaruh yang sedikit hingga sedang, terhadap efikasi tiap vaksin pada kasus positif pada varian tertentu," ujarnya.
Wiku mengatakan, varian B117 mempengaruhi efikasi vaksin AstraZeneca, sementara varian B1351 berpengaruh pada efikasi vaksin Moderna, Pfizer, AstraZeneca, dan Novavax.
"Sedangkan varian P1 mempengaruhi efikasi Moderna dan Pfizer, dan untuk varian B1617 mempengaruhi efikasi Moderna dan Pfizer," kata Wiku menambahkan.
Advertisement
Bersifat Sementara
Namun, Wiku mengatakan bahwa pengaruh varian terhadap efikasi vaksin ini masih bersifat sementara dan dapat berubah, tergantung dari hasil studi lanjutan yang tengah dilakukan.
"Pada prinsipnya, perubahan efikasi beberapa jenis vaksin terjadi karena seluruh vaksin yang dikembangkan dan digunakan saat ini, masih menggunakan virus yang belum bermutasi atau original variant dari Wuhan," katanya.
"Perlu diketahui bahwa efikasi vaksin atau kemampuan vaksin dalam mencegah penyakit pada penerima vaksin, tidak membuat efikasinya turun di bawah 50 persen, yang menjadi ambang batas minimal efikasi yang ditolerir WHO."
Wiku pun mengatakan bahwa menyelesaikan COVID-19 tidak hanya dapat dilakukan dengan vaksinasi saja. Menurutnya, berbagai solusi harus dilakukan secara paralel dan kolektif.
Solusi tersebut adalah dengan menegakkan testing dan karantina pelaku perjalanan internasional untuk menekan bertambahnya varian baru yang masuk, menggiatkan whole genome sequencing, tetap disiplin protokol kesehatan, serta melanjutkan vaksinasi.
Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19? Jangan Kendor 5M!
Advertisement