Liputan6.com, Jakarta Seorang wanita Belgia berusia 90 tahun meninggal lima hari setelah ia dirawat di rumah sakit, dengan hasil tes positif untuk dua jenis COVID-19 yang berbeda.
Dilansir dari Health, wanita tersebut dirawat di rumah sakit sejak Maret 2021, tetapi ia tidak memiliki tanda-tanda gangguan pernapasan. Adapun hasil tes SARS-CoV-2 positif dan gejala pernapasannya memburuk selama dirawat di rumah sakit.
Baca Juga
Statistik Menarik Timnas Indonesia vs Arab Saudi di Babak Pertama: Panen Peluang Meski Ball Possesion Kalah Jauh
Jam Berapa Pertandingan Timnas Indonesia Lawan Arab Saudi? Tonton di RCTI dan GTV Live Streaming
Timnas Indonesia Wajib Menang Lawan Arab Saudi untuk Peluang ke Piala Dunia 2026, Tak Bisa Ditawar Lagi!
Menurut sebuah makalah penelitian yang baru-baru ini dirilis di European Congress of Clinical Microbiology & Infectious Diseases, dalam hasil tes lanjutan ditemukan bahwa ia terdeteksi memiliki dua jenis virus corona, B.1.1.7 (Alpha), yang berasal dari Inggris, dan B.1.351 (Beta) yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan. Kedua varian telah terdeteksi di Belgia.
Advertisement
Simak Video Berikut Ini:
Belum pernah divaksinasi
Wanita itu tinggal sendirian dan menerima perawatan di rumah. Ia juga belum pernah divaksinasi COVID-19. Sehingga ia diyakini tertular varian terpisah dari dua orang yang berbeda.
“Ini adalah salah satu kasus koinfeksi pertama yang terdokumentasi dengan dua varian SARS-CoV-2 yang menjadi perhatian,” tulis peneliti sekaligus ahli biologi molekuler Dr. Anne Vankeerberghen dari OLV Hospital di Aalst, Belgia, dikutip dari Health.
"Kedua varian ini beredar di Belgia pada saat itu, jadi kemungkinan wanita itu terinfeksi virus yang berbeda dari dua orang yang berbeda. Sayangnya, kami tidak tahu bagaimana ia terinfeksi," jelasnya.
Advertisement
kasus serupa
Para peneliti juga mencatat bahwa kasus serupa telah ditemukan, termasuk dua orang yang terinfeksi secara bersamaan dengan dua varian di Brasil awal tahun ini. Studi itu belum dipublikasikan. Namun ada juga laporan orang yang terinfeksi dengan dua jenis influenza pada saat yang bersamaan.
"Apakah koinfeksi dari dua varian yang menjadi perhatian memainkan peran dalam perburukan cepat pasien, masih sulit untuk dipastikan. Hingga saat ini, belum ada kasus lain yang dipublikasikan," kata Vankeerberghen. Ia juga mengatakan jumlah kasus kemungkinan lebih sedikit dari kenyataannya karena pengujian terbatas untuk varian dan kesulitan mengidentifikasi koinfeksi.
Sementara di Amerika Serikat, varian Delta (B.1.617.2) baru-baru ini melampaui Alpha untuk menjadi jenis COVID-19 yang paling umum. Sehingga menjadi "alasan penting lainnya mengapa kita perlu divaksinasi, sebab virus tidak bermutasi jika mereka tidak bereplikasi. Jika Anda memberi mereka kesempatan untuk bereplikasi dengan membiarkan mereka menyebar dari orang ke orang, Anda memberi mereka kesempatan sempurna untuk bermutasi lebih banyak dan mungkin menghindari vaksin," jelas Dr. Anthony Fauci, pakar penyakit menular terkemuka di negara itu, dikutip dari Health.
Infografis Waspada Mutasi Covid-19 Kombinasi Varian Inggris-India
Advertisement