Saraf Terjepit Tak Kenal Usia, Ketahui Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Kini pasien saraf terjepit tidak harus menjalani operasi untuk menghilangkan rasa nyeri

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 22 Jul 2021, 13:35 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2021, 13:35 WIB
HNP Cervical Terapi atau Operasi?
Ilustrasi gejala saraf terjepit di leher. (Shutterstock)

Liputan6.com, Jakarta - Saraf terjepit atau dalam istilah medis dikenal dengan Hernia nukleus pulposus (HNP) merupakan suatu kondisi yang diakibatkan menonjolnya bantalan tulang belakang sehingga menjepit saraf tulang belakang.

Menurut Ketua Indonesia Neurosurgical Pain Society, DR dr Wawan Mulyawan SpBS SpKP, saraf terjepit dapat terjadi pada semua ruas tulang belakang, tetapi yang paling sering terjadi yaitu pada segmen lumbal atau pinggang yang sebagian besar pada segmen L4-L5, L5-S1. Bisa juga terjadi pada ruas leher C5-C6 atau C6-C7.

Wawan, mengingatkan, saraf terjepit bisa menimpa segala usia, baik muda maupun tua. Pada usia muda umumnya disebabkan cedera dan beban berat pada tulang belakang sehingga menyebabkan penonjolan bantalan tulang atau diskus intervertebrali. Sedangkan pada usia tua disebabkan proses degenerasi, dan hilangnya elastisitas batalan tulang.

Faktor risiko saraf terjepit ini cukup banyak, antara lain usia, cedera (baik jatuh akibat kecelakaan atau olahraga), aktivitas dan pekerjaan.

Duduk terlalu lama, mengangkat atau menarik beban yang berat, sering memutar punggung atau membungkuk, latihan fisik terlalu berat dan berlebihan, terpapar getaran yang konstan, merokok, berat badan berlebihan, bahkan batuk dalam waktu yang lama pun bisa menyebabkan terjadinya HNP.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa saraf terjepit dapat menimbulkan beragam gejala bergantung pada lokasi jepitan saraf itu terjadi. Namun, pada umumnya dapat dikatakan mengalami saraf kejepit apabila mengalami salah satu dari tiga gejala, seperti di bawah ini:

- Komponen sensorik (rasa), misalnya kesemutan, kebas, baal yang terasa di tangan atau kaki.

- Komponen motorik (gerakan), misalnya anggota gerak melemah.

- Komponen otonom, misalnya gangguan buang air kecil, dan buang air besar.

 

Simak Video Berikut Ini

Nyeri karena Saraf Terjepit

Nyeri akibat saraf terjepit dapat mengganggu aktivitas harian penderitanya. Biasanya, saat nyeri ini sudah berlangsung lama, penderitanya mulai mencari solusi untuk mengatasi rasa nyeri tersebut.

“Kini dunia medis sudah berkembang semakin maju dengan adanya Interventional Pain Management (IPM) yang menerapkan teknik-teknik intervensi untuk menangani nyeri subakut, kronik, persisten, dan nyeri yang sulit diatasi, baik secara independen maupun bersama dengan modalitas terapi lainnya,” kata Wawan dalam sebuah webinar Solusi Terkini Tanpa Operasi Saraf Terjepit, Kateter RACZ dan DiscFX’belum lama ini.

Teknologi IPM, jelas Wawan, dapat berupa injeksi kortikosteroid, radiofrekuensi ablasi, laser, kateter RACZ, endoskopi tulang belakang, dan yang paling terbaru adalah DiscFX.

“Semua teknologi ini akan membantu menangani nyeri tulang belakang yang menjadi salah satu keluhan utama penderitanya saat berkonsultasi dengan dokter,” katanya.

Hal senada diungkap dr Mustaqim Prasetya SpBS bahwa penanganan saraf terjepit di era modern dan maju kayak sekarang, tidak lagi seperti dulu yang perlu ditangani dengan operasi terbuka dengan banyaknya risiko dan pemulihan yang cukup lama. 

"Kini seiring dengan majunya teknologi kedokteran, saraf terjepit sudah dapat diatasi dengan teknologi invasif minimal tanpa bedah terbuka dengan risiko yang lebih minimal,” kata Mustaqim.

 

Penanganan Saraf Terjepit

Lebih lanjut dr Danu Rolian SpBS menjelaskan tentang teknik IPM untuk mengatasi nyeri karena saraf terjepit tanpa operasi.

Salah satunya dengankateter RACZ yang berukuran mikro dan akan dimasukkan ke dalam rongga epidural di tulang belakang.

“Kateter RACZ ini juga disebut dengan neuroplasty epidural ini akan menghantarkan obat-obatan tertentu untuk membantu mengurangi peradangan atau iritasi saraf sehingga nyeri menjadi berkurang atau mereda. Prosedur kateter RACZ ini hanya membutuhkan waktu 30-45 menit, sehingga tidak perlu rawat inap sehingga pasien bisa langsung pulang,” katanya.

Teknologi IPM terbaru lainnya adalah teknologi DiscFX yang dapat mengatasi jepitan saraf tulang belakang sehingga nyeri bisa tuntas. Danu lalu menjelaskan berbagai keunggulan DiscFX, seperti tindakan ini hanya memerlukan sayatan kecil sehingga biusnya cukup lokal saja dan tanpa rawat inap.

“Proses tindakan juga cepat dan dapat dilakukan pada beberapa bantalan tulang yang menonjol sekaligus," Danu menambahkan.

Saat ini, Klinik Nyeri DR Indrajana merupakan salah satu tempat yang dapat menangani nyeri akibat saraf terjepit tanpa operasi. Klinik nyeri ini akan berfokus pada penanganan nyeri tulang belakang dengan teknologi terkini yang lebih terjangkau biayanya.

“Klinik Nyeri DR. Indrajana akan berkomitmen untuk memberikan layanan medis untuk penanganan nyeri tulang belakang secara komprehensif karena kami memiliki beragam teknologi IPM guna menjawab kebutuhan penderita nyeri yang sedang mencari kesembuhan tanpa operasi,” kata Direktur Utama Klinik Utama DR Indrajana, dr Mustapa Widjaja.

Selain itu, kateter RACZ dan DiscFX telah melengkapi fasilitas di Klinik Nyeri kami selain endoskopi tulang belakang, laser, dan radiofrekuensi ablasi.

Infografis Cedera Tulang Belakang Neymar

Infografis Cedera Tulang Belakang Neymar
Infografis Cedera Tulang Belakang Neymar (Liputan6.com/Yoshiro)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya