Liputan6.com, Jakarta - Abu Nawas, sosok yang dikenal cerdas dan penuh hikmah, selalu memiliki cara unik untuk menyampaikan pesan moral. Kisah tentang jubah yang "disuruh makan" menjadi salah satu cerita menarik yang sarat pelajaran.
Kisah ini bermula ketika Abu Nawas menerima undangan makan malam dari Raja Harun Al-Rasyid di istana. Sebagai sosok sederhana, ia datang dengan pakaian seadanya, tanpa kemewahan yang mencolok.
Advertisement
Dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @s.tasbiha, ketika tiba di istana, Abu Nawas mendapati dirinya dihalangi oleh para penjaga.
Advertisement
Penampilan sederhananya membuat mereka mengira ia hanyalah orang miskin yang ingin mengemis. Penjaga istana pun menolak untuk mengizinkannya masuk.
Merasa diperlakukan tidak adil, Abu Nawas pulang dan memutuskan untuk mengganti pakaiannya. Ia mengenakan jubah mewah yang tampak mahal dan kembali menuju istana.
Begitu tiba di istana dengan pakaian barunya, para penjaga langsung mempersilakannya masuk tanpa ragu. Mereka bahkan menunjukkan rasa hormat yang sebelumnya tidak diberikan.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Jubah Abu Nawas Disuruh Makan
Ketika Abu Nawas duduk di meja makan bersama tamu-tamu lainnya, hidangan mulai disajikan. Namun, di sinilah kejadian yang mengejutkan terjadi.
Abu Nawas mengambil makanan dari piringnya dan memasukkannya ke dalam lengan jubahnya. Ia berkata, "Makanlah wahai jubahku, karena engkaulah yang diundang."
Para tamu yang melihat tindakan ini merasa bingung. Mereka saling berbisik, mencoba memahami apa yang sebenarnya dilakukan Abu Nawas.
Tidak lama kemudian, Raja Harun Al-Rasyid yang menyaksikan kejadian itu bertanya, "Abu Nawas, mengapa kau memberi makan jubahmu?"
Dengan tenang, Abu Nawas menjawab, "Raja, para penjaga hanya mengizinkan saya masuk karena pakaian ini. Jadi, jubah inilah yang seharusnya menikmati makanan."
Jawaban ini membuat semua tamu tertawa. Namun, di balik tawa itu, terdapat pesan moral yang dalam tentang bagaimana manusia sering kali dinilai berdasarkan penampilan luar.
Raja Harun Al-Rasyid tersenyum dan mengakui kebijaksanaan Abu Nawas. Ia memahami bahwa cerita ini mengajarkan pentingnya melihat seseorang dari sisi yang lebih dalam, bukan hanya dari penampilan.
Â
Advertisement
Tindakan Abu Nawas Menjadi Bahan Renungan
Para tamu pun mulai merenungkan pelajaran yang baru saja mereka dapatkan. Banyak dari mereka yang tersadar bahwa perlakuan terhadap sesama manusia tidak boleh didasarkan pada status atau kekayaan.
Abu Nawas, dengan caranya yang cerdas, berhasil menyampaikan pesan penting ini tanpa harus memberi ceramah panjang. Ia menggunakan kejadian sederhana untuk mengingatkan semua orang tentang nilai keadilan dan kesetaraan.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa kehidupan tidak boleh hanya berorientasi pada hal-hal materiil. Sikap dan karakter seseorang jauh lebih penting daripada penampilan luar.
Abu Nawas dikenal sebagai sosok yang sering menyampaikan pelajaran melalui humor dan kejadian sehari-hari. Keunikan ini membuat ceritanya terus dikenang hingga saat ini.
Pesan moral dari cerita ini sangat relevan, terutama di zaman modern, di mana penampilan sering kali menjadi tolak ukur pertama dalam menilai seseorang.
Melalui kisahnya, Abu Nawas mengajarkan bahwa manusia seharusnya diperlakukan dengan adil tanpa memandang status sosial atau penampilan mereka.
Hikmah yang terkandung dalam cerita ini juga mengingatkan kita untuk selalu melihat kebaikan dalam diri seseorang, bukan hanya kulit luarnya.
Abu Nawas menunjukkan bahwa kebijaksanaan bisa disampaikan melalui cara yang sederhana dan menyenangkan. Tindakannya yang kreatif membuktikan bahwa pesan moral dapat disampaikan tanpa harus menggurui.
Cerita tentang Abu Nawas dan jubahnya yang "disuruh makan" akan selalu menjadi salah satu kisah yang penuh inspirasi. Dengan pendekatan yang cerdas, ia berhasil menyampaikan pelajaran hidup yang abadi.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul