Mengenal Komorbid untuk Mencegah Dampak Fatal COVID-19

Belum banyak yang mengetahui kalau obesitas dan lanjut usia (lansia) juga bagian dari komorbiditas Covid-19.

oleh Mina Megawati diperbarui 07 Agu 2021, 13:00 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2021, 13:00 WIB
Covid-19 Bantul
Ilustrasi : Warga terpapar Covid usai sembelih hewan Qurban

Liputan6.com, Jakarta - Pasien positif Covid-19 dengan komorbid tidak disarankan melakukan isolasi mandiri (isoman) atas keputusannya sendiri. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan memburuknya kondisi pasien secara mendadak yang bisa berujung kematian.

Beberapa komorbid seperti hipertensi dan diabetes seringkali datang tanpa gejala. Kondisi inilah yang kerap dialami pasien. Mereka tidak mengetahui adanya penyakit tersebut dan baru tersadar setelah kondisi diperburuk dengan masuknya virus corona.

Komorbid adalah penyakit penyerta yang dapat memperburuk outcome atau perjalanan kondisi virus corona dalam tubuh penderita. Berbagai macam komorbid yang umum diketahui seperti hipertensi, diabetes tipe 1 dan 2, kanker, dimensia penyakit ginjal, hati dan paru-paru kronis.

 

Simak Video Berikut Ini:

Obesitas

Belum banyak yang mengetahui kalau obesitas dan lanjut usia (lansia) juga bagian dari komorbiditas tersebut. Keduanya berdampak pada daya tahan tubuh, memperlambat respon imun, melemahnya sistem organ.

“Seringkali pasien dengan komorbid datang ke rumah sakit dengan kondisi berat, saturasi oksigen di bawah standar, akibat ketidaktepatan penanganan selama isoman,”kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam, I Made Siswadi Semadi, di RS Kasih Ibu, Denpasar, ditulis Jumat (06/08/2021). Keengganan masyarakat untuk memeriksakan kondisi ke rumah sakit dapat berakibat fatal. Ketakutan pasien memeriksakan diri karena terpengaruh berita hoaks seputar penanganan Covid-19.

Padahal rumah sakit adalah tempat yang aman untuk para pasien. Mereka tidak perlu takut untuk datang memeriksakan dirinya. Kondisi steril, screening awal sebelum memutuskan langkah pengobatan, penanganan tepat, harusnya menjadi bahan pertimbangan bijak.

Pengetahuan ini amat penting dimiliki oleh pasien dan keluarga demi menurunkan tingkat morbiditas (kesakitan), dan mortalitas (tingkat kematian) pada pasien yang jumlahnya kian meningkat.

Jangan putuskan sendiri

Menanggapi realitas tersebut, pemerintah menghadirkan solusi pemeriksaan kesehatan awal sebagai langkah preventif. Masyarakat dapat memastikan kondisinya dengan cara telemedicine melalui situs resmi pemerintah https://isoman.kemkes.go.id/index.html

“Intinya, keputusan isolasi mandiri atau pun dirawat di rumah sakit tidak diputuskan sepihak dari pasien atau keluarganya. Melainkan harus mengikuti rujukan dari tenaga kesehatan yang kompeten,” kata Siswadi.

Pasien dengan komorbid seperti obesitas yang melakukan isoman dan tidak cukup hanya berbekal obat-obatan, tabung oksigen dan oximeter saja. Pemberian oksigen dan positioning tidaklah cukup untuk menghentikan peradangan di area paru-paru akibat menurunnya saturasi oksigen secara mendadak.

Dokter Siswadi amat mewanti-wanti perihal obesitas ini. Pasien dengan obesitas harus lebih waspada dalam memerhatikan kesehatannya.

Lemak yang terdapat dalam tubuh penderita obesitas bukanlah sel mati, melainkan senyawa aktif menghasilkan zat kimia disebut sitokin. Inilah yang dapat meracuni sistem organ dan dapat memperburuk kondisi pasien.

Padahal obesitas adalah biang dari munculnya beberapa penyakit seperti hipertensi, diabetes, jantung hingga berujung stroke.

INFOGRAFIS Persentase komorbid pasien-pasien COVID-19 di Indonesia

INFOGRAFIS Persentase komorbid pasien-pasien COVID-19 di Indonesia
INFOGRAFIS Persentase komorbid yang sering ditemui pada pasien-pasien COVID-19 di Indonesia (Ilustrasi Abdillah/Liputan6)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya