Ahli: Delta Plus Mungkin Sudah Ada di Indonesia, Hanya Belum Terdeteksi

COVID-19 varian Delta Plus atau AY.4.2. telah ditemukan di Malaysia dan Singapura. Berbagai pertanyaan pun muncul terkait keberadaan Delta Plus di Indonesia.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 11 Nov 2021, 22:15 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2021, 17:28 WIB
Banner Covid-19 Varian Delta Plus
Banner Covid-19 Varian Delta Plus (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta COVID-19 varian Delta Plus atau AY.4.2. telah ditemukan di Malaysia dan Singapura. Berbagai pertanyaan pun muncul terkait keberadaan Delta Plus di Indonesia.

Menanggapi hal itu, ahli mikrobiologi sekaligus Staf Pengajar Biologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Dr Mia Miranti menyampaikan bahwa COVID-19 varian Delta Plus kemungkinan sudah ada di Indonesia hanya belum terdeteksi.

Hal ini dikarenakan coronavirus di indonesia menurut data terakhir hanya berkisar 1500-1800 tes per bulan. Ini juga tidak jelas di kota mana atau di daerah mana, lanjut Mia.

“Apalagi sejauh ini indonesia sudah mulai membuka pintu untuk turis asing. Apakah turis asing ini dipantau persinggahannya di mana saja sebelum ke Indonesia? Ini juga dapat menjadi penyebab masuknya virus varian Delta Plus,” kata Mia kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks Kamis (11/11/2021).

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Antisipasinya?

Mengingat perkiraan tersebut, maka Mia menyarankan untuk tetap memperketat masuknya turis asing maupun warga negara Indonesia (WNI) yang hendak masuk ke Indonesia sebagai bentuk antisipasi.

“Antisipasi yang dapat dilakukan sebaiknya tetap memperketat masuknya turis asing maupun WNI yang baru pulang dari luar negeri.”

Ia menambahkan, walau sudah divaksinasi lengkap, virus varian Delta Plus dapat menular tanpa menimbulkan gejala penyakit, tapi tetap bisa menularkan pada orang lain.

Lebih Bahaya dari Varian Delta?

Mia juga mengatakan bahwa Delta Plus lebih berbahaya dari varian Delta karena 10 persen lebih cepat menular daripada varian Delta yang masih mewabah sekarang. Kasus gelombang COVID-19 yang sedang berlangsung di dunia 90 persennya akibat varian Delta.

“Virus varian delta plus mengalami mutasi K41N di protein spike, mengakibatkan ikatan antara spike virus dengan ACE2 menjadi lebih cepat. Delta Plus juga dapat meningkatkan risiko rawat inap pada pasien.”

Dari sisi efektivitas vaksin, menurut Mia, vaksin adalah antigen yang dimasukan dalam tubuh dengan tujuan agar tubuh membentuk antibodi. Sedang, varian Delta Plus akan melemahkan kemampuan mengikat antibodi, artinya ikatan antibodi dengan protein yang mengikat virus menjadi lemah sehingga virus dapat tetap menginfeksi.

“Adapun obat molnupiravir menurut riset Kabinger et al (2021) dari jurnal nature structural & molecular biology, diketahui meningkatkan frekuensi mutasi RNA virus dan mengganggu replikasi SARS-CoV-2 pada model hewan dan manusia.”

Mia mengimbau untuk tetap menggunakan masker guna mencegah penularan baik pada orang yang telah divaksinasi maupun yang tidak divaksinasi. Dalam beberapa kasus, untuk tenaga medis dan orang dengan imunokompromising (orang yang antibodinya tidak terbentuk walaupun sudah mendapat 2 dosis vaksin) perlu ditambahkan booster vaksin, pungkasnya.

 

Infografis Covid-19 Delta Plus Terdeteksi di Indonesia

Infografis COVID-19 Delta Plus Terdeteksi di Indonesia
Infografis Covid-19 Delta Plus Terdeteksi di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya