Liputan6.com, Jakarta Indonesia mewaspadai adanya kemunculan varian Omicron yang merebak di sejumlah negara. Hal ini seiring dengan saran dari Technical Advisory Group on Virus Evolution (TAG-VE) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menetapkan Omicron menjadi kewaspadaan bersama.
Perihal efek keparahan varian Omicron, menurut Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito, masih membutuhkan studi lebih lanjut. Para peneliti dunia terus mendalami varian COVID-19 yang dideteksi awal di Afrika Selatan ini.
Advertisement
Baca Juga
"WHO menyatakan bahwa terkait efek transmisibilitas dan keparahan gejala yang ditimbulkan oleh varian Omicron masih belum pasti dan perlu diperdalam dengan studi lanjutan," tegas Wiku menjawab pertanyaan Health Liputan6.com di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Selasa, 30 November 2021.
"Sementara itu, berdasarkan bukti awalan, disinyalir varian ini dapat menimbulkan reinfeksi pada penyintas COVID-19."
Masyarakat pun diminta tidak panik terhadap kabar penyebaran varian Omicron. Walau di Indonesia belum terdeteksi varian COVID-19 tersebut, masyarakat terus berhati-hati dengan menjalankan protokol kesehatan.
"Mohon untuk seluruh masyarakat dan awak media agar dapat menunggu hasil studi lanjutannya (varian Omicron) dengan tetap tenang, namun harus berhati-hati," pesan Wiku.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Informasi Awal Varian Omicron Perlu Diteliti Lebih Lanjut
Sebagaimana pembaruan informasi WHO tertanggal 28 November 2021, para peneliti di Afrika Selatan dan seluruh dunia sedang melakukan penelitian untuk lebih memahami banyak aspek Omicron dan akan terus membagikan temuan penelitian.
Mengutip pernyataan WHO dalam keterangan resmi tertulis, "Belum jelas apakah Omicron lebih mudah menular (misalnya, lebih mudah menyebar dari orang ke orang) dibandingkan dengan varian lain, termasuk Delta.
Jumlah orang yang dites positif telah meningkat di wilayah Afrika Selatan yang terkena varian ini, tetapi studi epidemiologi sedang dilakukan untuk memahami, apakah itu karena Omicron atau faktor lainnya."
Adapun tingkat keparahan penyakit juga belum jelas, apakah infeksi Omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan infeksi dengan varian lain, termasuk Delta. Data awal menunjukkan bahwa ada peningkatan tingkat rawat inap di Afrika Selatan, tetapi ini mungkin karena meningkatnya jumlah orang yang terinfeksi, bukan akibat infeksi spesifik dengan Omicron.
"Saat ini, tidak ada informasi yang menunjukkan bahwa gejala yang terkait dengan Omicron berbeda dari varian lainnya. Infeksi awal yang dilaporkan terjadi di kalangan mahasiswa—individu yang lebih muda cenderung memiliki penyakit yang lebih ringan—tetapi memahami tingkat keparahan varian Omicron akan memakan waktu berhari-hari hingga beberapa minggu.
Semua varian COVID-19, termasuk varian Delta yang dominan di seluruh dunia, dapat menyebabkan penyakit parah atau kematian, khususnya bagi orang-orang yang paling rentan, sehingga pencegahan selalu menjadi kunci," demikian tulis WHO.
Advertisement