Liputan6.com, Jakarta Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), dr Siti Nadia Tarmizi, menanggapi prediksi ancaman kembar varian Omicron dan Delta.
Prediksi yang diumumkan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) ini terkait potensi varian Omicron dan Delta dalam memicu tsunami COVID-19 yang berdampak pada tekanan layanan kesehatan.
Baca Juga
Menurut Nadia, antisipasi yang dapat dilakukan di Indonesia tidak jauh berbeda dengan upaya-upaya pencegahan yang selama ini telah diterapkan.
Advertisement
“Apapun variannya, protokol kesehatan (prokes), batasi mobilitas, 3T (treatment, tracing, testing) dan segera vaksinasi,” ujar Nadia kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks.
Selain itu, upaya pencegahan juga perlu dilakukan di hilir, mulai dari mempersiapkan fasilitas kesehatan (faskes) hingga Sumber Daya Manusia (SDM).
“Di hilir kita siapkan faskes, dengan obat, ventilator oksigen, dan SDM.”
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Simak Video Berikut Ini
Kesetaraan Vaksin di Indonesia
Sebelumnya, Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan capaian vaksinasi 92 dari 194 negara anggota WHO akan meleset dari target 40 persen di 2021.
Padahal, WHO menginginkan 40 persen populasi di setiap negara melakukan vaksinasi penuh pada akhir tahun, dan memiliki target 70 persen cakupan pada pertengahan 2022.
“Populisme, nasionalisme yang sempit, dan penimbunan alat kesehatan, termasuk masker, terapi, diagnostik, dan vaksin, oleh sejumlah kecil negara merusak kesetaraan dan menciptakan kondisi ideal untuk munculnya varian baru,” kata Tedros mengutip laman straitstime.
Jika menurut Tedros vaksin global belum setara, maka Nadia memberi gambaran kesetaraan vaksin secara khusus di Indonesia.
“Cakupan kita dosis ke-1 78,5 persen kan dan dosis ke-2 54 persen, dan kita punya stok vaksin sampai dengan 70 juta dosis.”
Advertisement
Ancaman Kembar
Kesetaraan vaksin pada akhirnya berkaitan dengan ancaman kembar yang dibahas oleh WHO. Menurut WHO, ancaman ini dapat menimbulkan “tsunami” yang menyebabkan tekanan pada sistem kesehatan akibat lonjakan rawat inap dan kematian.
Sejauh ini, kasus global baru telah meningkat 11 persen pekan lalu, sementara Amerika Serikat dan Prancis mencatat rekor jumlah kasus harian pada Rabu.
"Saya sangat prihatin bahwa Omicron, yang lebih menular, beredar pada saat yang sama dengan Delta, menyebabkan tsunami kasus," kata Tedros.
"Dan ini akan terus memberikan tekanan besar pada petugas kesehatan yang kelelahan dan sistem kesehatan di ambang kehancuran."
Tekanan pada sistem kesehatan tidak hanya karena pasien virus corona baru, tetapi juga sejumlah besar tenaga kesehatan yang jatuh sakit akibat COVID-19.
WHO merefleksikan perang melawan COVID-19 pada 2021 dan berharap tahun depan tahap akut pandemi akan berakhir. Namun, ini bertumpu pada kesetaraan vaksin yang lebih besar.
Infografis Libur Natal dan Tahun Baru, Ini 5 Langkah Cegah Lonjakan COVID-19
Advertisement