Pendapat Epidemiolog Soal Efektivitas PeduliLindungi dalam Penanganan COVID-19

Hingga kini, penggunaan aplikasi PeduliLindungi belum sepenuhnya efektif.

oleh Diviya Agatha diperbarui 18 Feb 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2022, 15:00 WIB
mal
Pengunjung ataupun pegawai Mal Summarecon Serpong wajib scan barcode Pedulilindungi sebagai syarat masuk ke dalam mal di tiap pintu masuk. (Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Liputan6.com, Jakarta - Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkapkan bahwa hingga kini, penggunaan aplikasi PeduliLindungi masih belum sepenuhnya efektif, terutama dalam hal tracing dan testing.

Hingga kini, aplikasi PeduliLindungi memang masih digunakan sebagai salah satu patokan dalam melakukan tracing dan testing kasus COVID-19. Serta, untuk mengetahui status vaksinasi seseorang.

"Kita juga harus memastikan apakah aplikasi PeduliLindungi itu sudah memadai untuk dipakai dalam intervensi tracing tracking," ujar Dicky melalui keterangan pada Health Liputan6.com ditulis Jumat, (18/2/2022).

"Karena sejauh ini saya melihat itu tidak memadai. Tidak efektif, nah ini yang harus dipastikan. Itu yang dari dulu saya sampaikan," tambahnya.

Menurut Dicky, aplikasi PeduliLindungi sebenarnya dapat digunakan untuk hal lain. Tak hanya untuk keterangan vaksin, melainkan bisa digunakan untuk status kontak erat dan sebagainya.

"Aplikasi itu jangan hanya untuk vaksin ataupun dia tidak dalam gejala lewat status merah atau hitamnya. Tapi juga dia ini dalam waktu 24 jam terakhir ada kontak enggak dari klaster yang aktif dan lain sebagainya. Ini penting sekali," kata Dicky.

Sejauh ini, ada empat arti dari status warna dalam PeduliLindungi. Hijau untuk yang telah melakukan vaksinasi dosis primer (pertama dan kedua) dan bukan merupakan pasien COVID-19.

Kuning untuk yang telah menerima vaksinasi dosis pertama. Merah untuk yang belum menerima vaksinasi sama sekali.

Sedangkan hitam untuk mereka yang tengah dinyatakan positif COVID-19 lewat PCR atau antigen, dan baru saja tiba dari luar negeri.

Bisa berkontribusi dalam PPKM

Dicky menjelaskan, penggunaan aplikasi terkait COVID-19 seperti PeduliLindungi juga telah digunakan di banyak negara maju.

Terlebih, aturan terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) juga sebenarnya dapat melihat dari seberapa efektif aplikasi PeduliLindungi.

"Tentu kalau bicara soal efektivitas (PPKM) akan bergantung pada seberapa efektif aplikasi itu, seberapa konsisten juga, dan seberapa konsisten kita memastikan bahwa yang beraktivitas itu memiliki imunitas yang kuat," kata Dicky.

Mengingat bukan hanya status bahwa seseorang sudah divaksin dua kali yang menjadi penentu kesehatan seseorang. Melainkan usai tujuh bulan dari dosis kedua, vaksinasi pun bisa berkurang efektivitasnya.

"Karena bukan hanya bahwa status sudah dua kali divaksin. Tapi kalau sudah lebih dari tujuh bulan ya beresiko gitu, less effective, kurang efektif," ujar Dicky.

Infografis

Infografis Kenali Fungsi Skrining Aplikasi PeduliLindungi untuk 6 Aktivitas. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Kenali Fungsi Skrining Aplikasi PeduliLindungi untuk 6 Aktivitas. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya