Liputan6.com, Jakarta Anda mungkin sudah tak asing dengan kata 'toxic relationship'. Sebuah sebutan untuk hubungan tidak sehat, yang salah satunya bisa terjadi dalam ranah percintaan.
Toxic relationship ternyata memang sangat mungkin untuk terjadi. Apalagi jika Anda belum memiliki bekal yang kuat untuk membangun hubungan yang sehat.
Baca Juga
Menurut Ali Drucker, penulis yang berfokus pada bidang kesehatan seksual, hubungan, dan budaya populer sekaligus penulis buku Do As I Say, Not Who I Did, usia 20 dan 30an merupakan fase yang paling memungkinkan untuk seseorang mengalami hubungan tidak sehat.
Advertisement
Hal tersebut lantaran biasanya pada usia tersebut, seseorang belum memiliki bekal yang cukup kuat untuk membangun hubungan percintaan yang sehat.
"Perguruan tinggi adalah era paling bergejolak untuk emosional kita dalam lanskap kencan. Itu momen dimana kebanyakan orang meskipun tidak semua, menghadapi banyak peluang dan hal baru, yang mana sebenarnya membutuhkan bimbingan," ujar Ali dikutip Bustle, Jumat (6/5/2022).
Ali menambahkan, bahkan setelah melewati fase usia di perguruan tinggi pun, masih banyak orang yang perlu mendapatkan bimbingan terkait hubungan yang sehat.
Lalu, seperti apa sih sebenarnya hubungan yang sehat itu? Bagaimanakah cara memulainya? Berikut penjelasannya.
Dimulai dari Kesadaran Diri
Menurut Ali, sesuatu yang menarik atau Anda butuhkan ada kaitannya dengan bagaimana Anda dibesarkan dari keluarga. Maka, penting untuk memulainya dengan kesadaran diri lebih dulu terkait hal ini.
"Misalnya, Anda adalah anak paling kecil dan terbiasa diperlakukan seperti anak kecil, memiliki orang yang merawat Anda, dan sebagainya. Itulah yang kemudian bisa berdampak pada hubungan Anda," kata Ali.
Evaluasi Masa Lalu
Lebih lanjut Ali menuturkan bahwa tempat terbaik untuk memulai hubungan yang sehat adalah dengan mengevaluasi masa lalu, entah dari hubungan Anda dan keluarga di masa kecil maupun dengan hubungan Anda dengan mantan.
"Anda juga bisa berkaca dari hubungan yang sebelumnya. Buat saja daftar soal bagaimana hubungan Anda sebelumnya, dan ketahui apa yang Anda senangi dan tidak," kata Ali.
Dari daftar tersebut, Anda dianggap bisa lebih mengetahui dan mulai mengidentifikasi diri yang nantinya bisa menjadi bekal untuk mempertimbangkan hubungan dengan seseorang.
Anda pun dapat mengomunikasikan hal tersebut dengan pasangan atau calon pasangan Anda. Terlebih, Anda pun bisa melihat bagaimana sikap si dia dalam merespons hal-hal tersebut.
Ingatlah bahwa komunikasi yang sehat merupakan dasar hubungan yang sehat pula. Dalam kesempatan berbeda, psikoterapis dan pakar hubungan Toni Coleman pernah membahas hal satu ini.
"Jika Anda tidak merasa didengarkan atau dihormati karena pemikiran dan pendapat Anda, bahkan Anda tidak nyaman untuk mengutarakan pendapat, itu adalah tanda-tanda bahwa hubungan tidaklah sehat," ujar Toni mengutip Bustle.
Advertisement
Pertengkaran yang Sehat
Selanjutnya, menurut Ali, pertengkaran dan perbedaan pendapat dengan pasangan merupakan hal yang wajar. Pertengkaran juga tidak selalu menjadi pertanda dari kehancuran hubungan.
Sebaliknya, justru bisa jadi pertanda hubungan berjalan dengan sehat. Ali menambahkan, pertengkaran yang sehat harus diliputi oleh kemauan untuk saling menghargai perasaan masing-masing.
"Hal terburuk yang bisa terjadi dalam hubungan adalah ketika kita justru menghakimi diri sendiri ketika pertengkaran itu tiba," ujar Ali.
Jadi jika pasangan justru tidak pernah memvalidasi perasaan Anda, maka itu salah satu pertanda Anda dan si dia belum berada dalam fase hubungan yang sehat.
"Jadi ketika berdebat atau berargumentasi, seharusnya pasangan aktif mendengarkan (begitupun sebaliknya) dan kalian bisa merangkum itu bersama. Bukan hanya saling menunggu giliran untuk berbicara," kata Ali.
"Kedua belah pihak harus benar-benar memproses dan memahami masing-masing poin," tambahnya.
Ada Ruang untuk Memproses Perasaan
Bahkan menurut Ali, tidak apa-apa bila harus ada ruang atau jeda waktu untuk memproses perasaan masing-masing usai bertengkar dengan pasangan.
"Tidak apa-apa jika segala sesuatu tidak bisa langsung segera tertangani. Kita perlu membiarkan diri kita dan pasangan lebih tenang sebagai manusia. Jadi cobalah untuk tidak langsung panik (saat belum ada solusi)," ujar Ali.
Ali mengungkapkan bahwa ketika Anda setuju untuk menjalin hubungan dengan seseorang, maka Anda juga harus paham bahwa apa yang Anda lakukan dan katakan akan mempengaruhi pasangan secara langsung maupun tidak langsung.
Sehingga Anda dan pasangan bisa sama-sama lebih bijaksana terkait ucapan dan tindakan yang dilakukan.
"Jika memang dia tidak bisa melakukan penyesuaian itu, maka itu pertanda bahwa Anda dan dirinya mungkin tidak cocok untuk menjalin hubungan," kata Ali.
Terlebih menurut Ali, jika Anda yakin bahwa sebenarnya dia mengerti, namun tidak ada tindakan yang solutif saat menghadapi masalah, dan Anda masih juga tidak mendapatkan yang Anda butuhkan.
"Maka itu sudah saatnya untuk membuka semuanya. Sampaikan apa yang Anda butuhkan, barometer Anda, dan apa yang tidak bisa Anda toleransi. Jika tidak menemukan perubahan, maka sudah saatnya untuk mengakhiri hubungan," ujarnya.
Advertisement