Kasus COVID-19 Global Turun 12 Persen, WHO Ingatkan Testing yang Terus Menurun

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah kasus baru COVID-19 mingguan terus menurun sejak puncaknya pada Januari 2022.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Jun 2022, 09:56 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2022, 09:56 WIB
FOTO: Shanghai Akan Kembali Dibuka
Karyawan yang mengenakan masker menunggu hasil tes COVID-19 mereka diperiksa untuk memasuki gedung perkantoran di kawasan pusat bisnis di Beijing, China, Selasa (31/5/2022). Otoritas Shanghai mengatakan mereka akan mengambil beberapa langkah besar pada Rabu untuk membuka kembali kota terbesar di China setelah dua bulan penguncian COVID-19. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization/WHO) melaporkan jumlah kasus baru COVID-19 mingguan terus menurun sejak puncaknya pada Januari 2022.

Hal ini tercantum dalam update mingguan yang dirilis 8 Juni 2022. Menurut data tersebut, secara global lebih dari tiga juta kasus dilaporkan dalam periode 30 Mei hingga 5 Juni 2022. Ada penurunan 12 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya.

Jumlah kematian mingguan baru juga terus menurun, dengan lebih dari 7.600 kematian dilaporkan, jumlah ini menandakan adanya penurunan 22 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya.

Di tingkat regional, jumlah kasus mingguan baru meningkat sebanyak 19 persen di Wilayah Mediterania Timur dan Wilayah Asia Tenggara sebanyak 1 persen. Sedangkan di empat wilayah WHO lainnya mengalami penurunan.

Jumlah baru kematian mingguan meningkat di Wilayah Pasifik Barat sebanyak 7 persen, sementara tren penurunan terlihat di lima wilayah lainnya.

Pada 5 Juni 2022, lebih dari 529 juta kasus yang dikonfirmasi dan lebih dari enam juta kematian telah dilaporkan secara global.

WHO mengimbau bahwa tren ini harus ditafsirkan dengan hati-hati. Pasalnya, beberapa negara telah mengubah strategi pengujian COVID-19 secara progresif. Hal ini menyebabkan jumlah keseluruhan pengujian yang dilakukan lebih rendah dan akibatnya jumlah kasus yang terdeteksi pun rendah. Padahal, jumlah kasus positif di lapangan dapat jauh lebih banyak. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kasus Mingguan Baru di Tingkat Negara

FOTO: Vaksinasi COVID-19 untuk Anak-Anak
Pensiunan perawat Jill Rill (kanan) membalut Jackson Stukus, 11, usai dia menerima vaksin COVID-19 Pfizer di Franklin County, Rumah Sakit Anak Nasional, Columbus, Ohio, Amerika Serikat, 3 November 2021. AS gelar vaksinasi COVID-19 untuk anak-anak berusia 5-11 tahun. (AP Photo/Paul Vernon)

Data juga menunjukkan jumlah kasus mingguan baru di tingkat negara. Di mana kasus tertinggi dilaporkan di Amerika Serikat dengan 657.268 kasus baru.

Laporan kasus baru tertinggi disusul Tiongkok dengan 528.432 kasus baru, Australia di peringkat ketiga dengan 221.935 kasus baru, Brasil 216.334 kasus baru, dan Jerman 215.955 kasus baru.

Jumlah kematian mingguan baru tertinggi juga dilaporkan di Amerika Serikat yakni 1.703 kematian baru. Disusul Cina (910 kematian baru), Brasil (652 kematian baru), Federasi Rusia (565 kematian baru), dan Italia (380 kematian baru).

Guna menangani COVID-19, WHO terus bekerja sama dengan otoritas nasional, lembaga dan peneliti. Mereka secara rutin menilai apakah varian SARS CoV-2 mengubah transmisi atau karakteristik penyakit, berdampak pada efektivitas vaksin, terapi, diagnostik atau tindakan kesehatan masyarakat dan sosial (PHSM) yang diterapkan untuk mengendalikan penyebaran penyakit.

Varian potensial yang menjadi perhatian (variant of concern/VOC), varian minat (variant of interest/VOI) atau varian dalam pemantauan (variant under monitoring/VUM) dinilai secara teratur berdasarkan risiko yang timbul pada kesehatan masyarakat global.

Revisi Klasifikasi Varian

AS Perintahkan Semua Staf Konsuler Non-Darurat Tinggalkan Shanghai
Komuter yang mengenakan masker berjalan melintasi persimpangan di kawasan pusat bisnis di Beijing, Selasa (12/4/2022). AS telah memerintahkan semua staf konsuler non-darurat untuk meninggalkan Shanghai, yang dikunci ketat untuk menahan lonjakan COVID-19. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Klasifikasi varian akan direvisi sesuai kebutuhan untuk mencerminkan evolusi berkelanjutan dari varian yang beredar dan perubahan epidemiologi mereka.

Kriteria klasifikasi varian dan daftar varian yang beredar saat ini tersedia di situs web WHO Tracking SARS-CoV-2 variants.

Pihak berwenang sangat dianjurkan untuk menyelidiki dan melaporkan varian baru yang muncul serta dampak yang ditimbulkannya.

Hingga kini, Omicron terus menjadi varian dominan yang beredar secara global. Sedangkan, Delta sekarang dikategorikan oleh WHO sebagai 'VOC yang beredar sebelumnya' sama seperti Alpha, Beta dan Gamma. Namun, ini tidak berarti bahwa VOC yang beredar sebelumnya tidak dapat muncul kembali di masa depan dan WHO akan terus memantau menggunakan data yang tersedia.

Secara global, varian BA.2.12.1, BA.5, dan BA.4 meningkat prevalensinya. Pada minggu ke-20, BA.2.12.1 yang terdeteksi di 53 negara telah mencapai prevalensi 28 persen, prevalensi yang mungkin sebagian besar dikaitkan dengan peningkatan cepat di Wilayah Benua Amerika.

BA.5 yang terdeteksi di 47 negara dan BA.4 yang terdeteksi di 42 negara menyumbang prevalensi 4 persen dan 2 persen.  

Tidak Ada Peningkatan Keparahan

Warga AS yang Sudah Divaksinasi Tak Perlu Kenakan Masker Lagi
Pejalan kaki dengan masker dan tanpa masker berjalan di sepanjang Las Vegas Strip, di Las Vegas Selasa (27/4/2021). Warga Amerika Serikat (AS) yang telah menerima vaksin COVID-19 tidak lagi diwajibkan mengenakan masker saat berada di luar ruangan jika tidak ada kerumuman. (AP Photo/John Locher)

Menurut bukti yang dikumpulkan dari beberapa negara, tidak ada peningkatan keparahan yang teramati terkait dengan BA.5 dan BA.4. Tidak ada pula bukti yang tersedia saat ini tentang tingkat keparahan penyakit yang terkait dengan BA.2.12.1.

Omicron sendiri memiliki karakteristik lebih menular ketimbang Delta. Namun, bukti keseluruhan menunjukkan tingkat keparahan yang lebih rendah dari Delta.

Omicron dikenal sebagai varian yang menyebabkan peningkatan dramatis dalam kasus di seluruh dunia. Kekhawatirannya, Omicron dan sub-variannya dapat menyebabkan orang terinfeksi ulang, yang menyebabkan peningkatan kasus lainnya.

Baru-baru ini, BA.2.12.1 juga menarik perhatian karena telah menyebar dengan cepat di Amerika Serikat dan baru-baru ini terdeteksi dalam air limbah di Australia.

Yang mengkhawatirkan, bahkan jika seseorang telah terinfeksi dengan sub-varian Omicron BA.1, reinfeksi masih mungkin terjadi dengan sub-garis keturunan BA.2, BA.4 dan BA.5 karena kapasitas mereka untuk menghindari respons imun.

Namun, peneliti di Institut Infeksi dan Kekebalan Peter Doherty Universitas Melbourne, Australia, mengatakan penelitian terbaru menunjukkan dosis ketiga vaksin COVID-19 adalah cara paling efektif untuk memperlambat penyebaran Omicron (termasuk sub-variannya).

“Serta efektif mencegah rawat inap terkait COVID-19 di rumah sakit,” mengutip CNA Rabu (8/6/2022).

Infografis Putusan MA Wajibkan Pemerintah Sediakan Vaksin Covid-19 Halal. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Putusan MA Wajibkan Pemerintah Sediakan Vaksin Covid-19 Halal. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya