Satgas COVID-19 Mohon Komitmen Masyarakat Tetap Pakai Masker Ketika Sakit dan Berkerumun

Kemenkes RI menyarankan untuk tetap menggunakan masker terutama ketika sakit dan berkerumun.

oleh Diviya Agatha diperbarui 05 Jul 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2022, 13:00 WIB
FOTO: Jumlah Kasus Aktif COVID-19 di Indonesia Melonjak
Para pekerja yang mengenakan masker berjalan kaki setelah meninggalkan perkantorannya di Jakarta, Rabu (2/2/2022). Satgas Penanganan COVID-19 turut mencatat sebanyak 25 orang meninggal dunia, membuat total angka kematian mencapai 144.373 orang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia saat ini tengah mengalami kenaikan kasus COVID-19 akibat varian Omicron BA.4 dan BA.5. Diperkirakan, puncaknya akan terjadi pada minggu kedua atau ketiga bulan Juli.

Kenaikan kasus tersebut juga bisa terlihat dari penambahan kasus harian COVID-19 yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Berdasarkan data terakhir yang dihimpun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada Senin, 4 Juli 2022, penambahan kasus harian COVID-19 ada sebanyak 1.434 kasus.

Sedangkan dalam tiga minggu terakhir, kasus harian COVID-19 di Indonesia pun sempat berkali-kali melewati angka dua ribu per harinya. Tepatnya pada tanggal 24 hingga 30 Juni dan 1 Juli 2022.

Namun seperti yang diketahui, aturan yang memperbolehkan masyarakat untuk lepas masker di luar ruangan juga masih berlaku. Hal ini pun telah dikonfirmasi lebih lanjut oleh Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 RI, Prof Wiku Adisasmito.

"Sejauh ini tidak ada perubahan aturan namun kami tetap mengimbau masyarakat untuk terus berhati-hati. Dimohon komitmennya juga untuk saling menjaga yaitu memakai masker saat sakit dan saat berkerumun," ujar Wiku melalui keterangan pada Health Liputan6.com, Selasa (5/7/2022).

Wiku menjelaskan bahwa saat ini Indonesia masih terus untuk berupaya mengendalikan kasus COVID-19. Ia pun berharap kenaikan kasus yang diprediksikan akibat Omicron BA.4 dan BA.5 tidak terjadi secara signifikan.

"Indonesia saat ini masih terus berupaya mengendalikan kondisi kasus COVID-19. Kita berharap bersama, tren kenaikan kasus tidak terjadi signifikan," kata Wiku.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Perbedaan Suara Soal Aturan Lepas Masker

FOTO: Peralihan Pandemi Menuju Endemi
Warga mengenakan masker duduk di kawasan Blok-M, Jakarta, Senin (14/3/2022). Menurut Jubir Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro, peralihan pandemi ke endemi tak bisa lepas dari jumlah kasus harian dan angka kematian rendah serta tingkat keterisian RS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dalam kesempatan berbeda, Wakil Presiden RI, Ma'aruf Amin mengungkapkan bahwa aturan penggunaan masker di luar ruangan harus diperketat kembali, termasuk saat masyarakat berada di luar ruangan.

Ma'aruf Amin mengungkapkan, ketika ada kenaikan kasus, maka kelonggaran penggunaan masker pun akan ditarik kembali hingga situasinya memungkinkan.

"Kalau masker, protokol kesehatan tetap kita ketatkan, masker terutama ya, ada kenaikan terpaksa masker harus dipakai lagi. Jadi kelonggaran itu kita tarik dulu sampai nanti situasinya memungkinkan baru kita buka lagi," ujar Ma'ruf Amin dalam pertemuan di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Jumat, 1 Juni 2022.

Sedangkan dalam Rapat Terbatas Evaluasi PPKM di Jakarta pada Senin, 4 Juli 2022 kemarin, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa sejauh ini memang belum ada perubahan kebijakan mengenai masker.

"Belum ada perubahan dari kebijakan mengenai masker dari yang terakhir disampaikan oleh pemerintah," ujar pria yang akrab disapa BGS tersebut.

"Jadi di luar diizinkan untuk tidak menggunakan masker, sedangkan di dalam ruangan diharapkan, diimbau untuk memakai masker," tambahnya.


Epidemiolog Sayangkan Ada Perbedaan Suara

FOTO: Pemerintah Umumkan Pelonggaran Pemakaian Masker di Luar Ruangan
Sejumlah warga bersantai di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, Selasa (17/5/2022). Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, masyarakat diperbolehkan tidak menggunakan masker jika sedang beraktivitas di luar ruangan atau area terbuka yang tidak padat orang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Perbedaan suara soal aturan penggunaan masker yang disampaikan dalam jangka waktu berdekatan tersebut pun memang tak luput membuat masyarakat jadi kebingungan.

Terkait hal tersebut, Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman juga menjelaskan bahwa hal tersebut membingungkan rakyat.

"Pemerintah justru sekarang berbeda suara soal aturan pelonggaran masker di luar ruangan. Wapres Ma'ruf Amin bilang ditarik sementara, sedangkan Menkes Budi Gunadi malah bilang tidak ada perubahan. Ini Jadi membingungkan rakyat," ujar Dicky melalui keterangan pada Health Liputan6.com pada Senin, 4 Juli 2022.

Dicky menjelaskan, perbedaan tersebut menjadi hal yang begitu disayangkan. Menurutnya, dalam hal strategi komunikasi risiko, konsistensi, kejelasan pesan, dan kesinergian antar pihak atau sektor di pemerintah merupakan hal yang penting.

"Ini membangun kepercayaan dan akan berpengaruh pada program lainnya. Seperti misalnya bicara masker atau bicara pandemi terkendali kemudian memburuk, bukan berarti tidak berpengaruh pada cakupan vaksinasi booster, itu berpengaruh," kata Dicky.


Alur Informasi yang Seharusnya Selaras

Ketika Warga Kali Pasir Perangi Virus Corona dengan Pesan Mural
Seorang anak kenakan masker dengan latar belakang mural Indonesia Bisa Stop Corona di Lapangan Bulutangkis, Kampung Kali Pasir, Jakarta, Selasa (7/4/2020). Pesan mural mengajak warga untuk memutus rantai penyebaran Corona Covid-19 dengan diam di rumah. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Menurut Dicky, dengan adanya perbedaan informasi atau pemberian informasi yang terlalu optimis dapat membawa dampak lain. Hal tersebut dapat bukan berujung pada meningkatnya kewaspadaan masyarakat.

"Sekali masyarakat menerima informasi yang terlalu optimis atau yang hanya membawa positif-positif, yang terbangun bukan kewaspadaan. Selain mereka berharap ini selesai, sebagian juga di sisi lain akan menurun kepercayaannya dan itu berbahaya," ujar Dicky.

"Walaupun saat ini memang tahun kedua, tahun ketiga jauh lebih baik komunikasi resikonya dibanding tahun pertama. Tetap harus dijaga terus," Dicky menjelaskan.

Terlebih menurutnya, di negara-negara lain biasanya alur informasi yang diberikan oleh pimpinan dan pejabatnya akan selaras. Pejabat biasanya juga akan mengikuti aturan dari pimpinan atas, bukan sebaliknya.

"Kalau ini berbeda himbauannya, ini yang salah. Harus diperbaiki," kata Dicky.

Infografis Ragam Tanggapan Syarat Boleh Lepas Masker di Luar Ruangan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ragam Tanggapan Syarat Boleh Lepas Masker di Luar Ruangan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya