Liputan6.com, Jakarta Seiring dengan dimulainya Pekan Menyusui Sedunia (World Breastfeeding Week) yang jatuh setiap 1 - 7 Agustus, pemberian Air Susu Ibu (ASI) menjadi pembahasan utama. Apalagi dampak pandemi COVID-19 telah membebani sistem kesehatan di Indonesia.
Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Indonesia, Dr. N. Paranietharan mengungkapkan pentingnya menyusui untuk menurunkan angka stunting. Di sisi lain, terdapat kendala layanan konseling menyusui selama pandemi COVID-19 menjadi jauh lebih sulit diakses.
Baca Juga
Berdasarkan survei nasional yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan dukungan UNICEF tahun 2021, kurang dari 50 persen ibu dan pengasuh anak di bawah 2 tahun yang menerima layanan konseling menyusui selama pandemi. Situasi ini diperparah oleh tingginya pelanggaran terhadap Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI di Indonesia.
Advertisement
“Praktik menyusui yang optimal adalah kunci untuk menurunkan stunting pada anak di bawah usia 5 tahun, demi mencapai target global dan nasional untuk mengurangi stunting hingga 40 persen. Inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan memberikan perlindungan terhadap infeksi saluran cerna dan kandungan gizi yang diperlukan untuk mencegah stunting," jelas Paranietharan melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com, Senin (1/8/2022).
“Meneruskan menyusui setelah 6 bulan hingga 2 tahun bersama dengan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) adalah cara yang paling memadai dan paling aman untuk mencegah gangguan pertumbuhan dan memastikan perkembangan kognitif dalam fase kritis kehidupan ini."
Dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes 2021, sebanyak 52,5 persen – atau hanya setengah dari 2,3 juta bayi berusia kurang dari 6 bulan- yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia atau menurun 12 persen dari angka di tahun 2019. Angka inisiasi menyusui dini (IMD) juga turun dari 58,2 persen pada tahun 2019, menjadi 48,6 persen pada tahun 2021.
UNICEF dan WHO pun menyerukan pemerintah dan para mitra di Indonesia untuk mendukung semua ibu agar dapat menyusui sejak dini, secara eksklusif, dan berkesinambungan di tengah menurunnya angka pemberian ASI selama pandemi COVID-19.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Promosikan Pemberian ASI
Sejalan dengan tema Pekan Menyusui Dunia tahun 2022, Set Up for Breastfeeding: Educate and Support, WHO dan UNICEF menyerukan pemerintah, mitra, dan anggota masyarakat untuk mendukung ibu agar melanjutkan praktik menyusui yang optimal.
Seruan juga untuk memperluas investasi yang dibutuhkan untuk mempromosikan pemberian ASI, termasuk:
- Memastikan ketersediaan layanan konseling menyusui untuk semua ibu dan pengasuh bagi anak berusia di bawah 2 tahun, baik secara tatap muka maupun melalui platform digital
- Memperbarui dan memperluas implementasi 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui di seluruh bagian sistem kesehatan yang menyediakan layanan persalinan
- Memperkuat implementasi dan pemantauan kepatuhan terhadap Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI
UNICEF dan WHO terus mendukung pemerintah dalam melindungi, mempromosikan dan mendukung praktik-praktik menyusui secara optimum dengan berbagi alat dan sumber daya untuk membantu penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, memperkuat kapasitas pemerintah untuk dapat menyediakan layanan konseling menyusui yang berkualitas, dan mengumpulkan bukti untuk mendorong tindakan yang lebih tegas terhadap pemasaran produk pengganti ASI yang tidak tepat.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
Pemerintah pusat dan daerah telah berupaya dengan memberikan dukungan berupa implementasi kebijakan untuk keberhasilan pencapaian ASI Eksklusif yang didasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No. 3 Tahun 2010 tentang Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 LMKM).
Kesepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, antara lain:
- Kebijakan faskes untuk mendukung Ibu menyusui. Fasilitas Kesehatan (faskes) wajib memberikan dukungan pada ibu untuk menyusui dengan tidak mempromosikan pengganti ASI, seperti susu formula, botol dot maupun empeng
- Pentingnya peningkatan kompetensi di kalangan nakes dengan melatih staf faskes agar kompeten untuk mendukung Ibu menyusui
- Perlunya diskusi antara ibu hamil dan keluarga bersama nakes tentang pentingnya manajemen menyusui
- Memfasilitasi kontak kulit dini antara Ibu dan bayi selama minimal 1 jam, serta mendorong Ibu untuk memulai menyusui dini segera setelah melahirkan pada usia bayi kurang dari 1 jam. Tujuannya, untuk meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dengan bayi. Selain itu, kontak kulit dengan bayi juga dilakukan untuk menjaga suhu tubuh bayi
- Dukung Ibu untuk memulai menyusui dini dan mempertahankan menyusui dan mengatasi masalah menyusui yang umum
- Berikan bayi ASI saja tanpa diikuti tambahan makanan atau minuman lain kecuali atas indikasi medis
- Memungkinkan Ibu dan bayi tetap dirawat bersama selama 24 jam setelah melahirkan
- Dukung Ibu mengenali dan merespon apabila bayi menunjukkan tanda lapar
- Tenaga kesehatan memberi konseling pada ibu tentang penggunaan, bahaya dan resiko pemberian botol, dot dan kompeng pada bayi
- Melakukan Care after discharge. Tenaga kesehatan hendaknya berkoordinasi saat ibu pulang terkait ke mana dan di mana ibu bisa mendapat bantuan dukungan menyusui saat sudah di rumah
Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini
Mengutip informasi resmi UNICEF berjudul, World Breastfeeding Day 2022 yang dipublikasikan 31 Juli 2022,, UNICEF juga memberikan pemahaman soal pentingnya menyusui.
Bahwa pemberian ASI memberikan perlindungan anak dari penyakit. Secara rinci, berikut ini yang perlu diketahui dari menyusui:
- Menyusui memberikan anak-anak awal terbaik dalam hidup. Ini adalah sumber nutrisi terbaik bagi bayi, memperkuat perkembangan otak dengan manfaat seumur hidup bagi ibu dan bayi
- Inisiasi menyusu dini (pada jam pertama kelahiran), pemberian ASI eksklusif (antara nol - 5 bulan) dan menyusui lanjutan (6 - 23 bulan) menawarkan garis pertahanan yang kuat terhadap infeksi dan malnutrisi. Sebaliknya, bayi yang tidak disusui secara penuh atau sebagian memiliki risiko lebih tinggi terkena diare dan lebih mungkin meninggal karena gizi buruk jika tidak mendapatkan perawatan yang menyelamatkan jiwa
- ASI memberikan semua nutrisi yang dibutuhkan bayi sampai sekitar enam bulan
- Pengganti ASI menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan bagi bayi yang rentan dan hanya boleh diberikan ketika semua pilihan lain telah dieksplorasi.
UNICEF dan WHO telah mengeluarkan pedoman yang jelas bagi orangtua, pengasuh dan profesional kesehatan untuk memastikan penggunaan susu formula yang aman dan tepat
Advertisement