Liputan6.com, Jakarta - Polusi udara menjadi ancaman besar bagi kesehatan anak-anak di Asia Timur dan Pasifik. Menurut laporan terbaru dari Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), lebih dari 100 anak di bawah usia lima tahun meninggal setiap hari akibat dampak buruk polusi udara di wilayah ini.
Laporan tersebut mengungkap bahwa angka kematian akibat polusi mencapai hampir satu dari empat kematian secara keseluruhan. Dampaknya tidak hanya dirasakan di masa kanak-kanak, tetapi juga berlanjut hingga usia dewasa, menyebabkan berbagai masalah kesehatan kronis.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip Bangkok Post, Minggu (9/2/2025), UNICEF menyatakan bahwa seluruh 500 juta anak di Asia Timur dan Pasifik terpapar tingkat polusi udara yang tidak sehat. Sumber utama polusi dalam rumah tangga berasal dari bahan bakar yang digunakan untuk memasak dan pemanasan, yang menjadi penyebab utama kematian anak di bawah lima tahun.
Advertisement
Selain itu, sekitar 325 juta anak tinggal di negara-negara dengan tingkat rata-rata tahunan partikel halus (PM2.5) yang melebihi pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga lima kali lipat. Sumber utama polusi ini berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, biomassa, dan limbah pertanian.
Paparan jangka panjang terhadap polutan udara dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak. UNICEF memperingatkan bahwa dampak polusi udara dapat menyebabkan penyakit seperti asma, kerusakan paru-paru, keterlambatan perkembangan, diabetes, hingga penyakit jantung di kemudian hari.
Polusi Udara: Pembunuh Anak Nomor Dua di Dunia
Menurut edisi kelima laporan "State of Global Air" yang dirilis oleh Health Effects Institute dan UNICEF pada 2024, polusi udara menyebabkan 700.000 kematian anak di bawah lima tahun secara global pada 2021.
Angka tersebut setara dengan hampir 2.000 kematian per hari, menjadikannya faktor risiko kematian tertinggi kedua bagi anak-anak setelah malnutrisi. Partikel halus PM2.5 disebut sebagai indikator paling akurat dalam memprediksi dampak kesehatan buruk akibat polusi udara di seluruh dunia.
"Setiap napas sangat berarti, tetapi bagi terlalu banyak anak, setiap napas justru membawa bahaya," ujar Direktur Regional UNICEF untuk Asia Timur dan Pasifik June Kunugi.
"Udara yang mereka hirup, pada masa di mana tubuh dan otak mereka masih berkembang, terlalu sering mengandung tingkat polusi yang membahayakan pertumbuhan, kesehatan paru-paru, dan perkembangan kognitif mereka."
Advertisement
Krisis Polusi di Kota-Kota Besar Asia
Beberapa kota di Asia seperti New Delhi, Dhaka, dan Bangkok saat ini tengah berjuang melawan polusi udara yang semakin parah akibat pembakaran musiman tanaman pertanian, polusi kendaraan, serta fenomena cuaca yang menjebak partikel debu di atmosfer.
Pemerintah Bangkok telah mengimbau masyarakat untuk bekerja dari rumah serta menutup lebih dari selusin sekolah guna mengurangi paparan polusi udara. Selain itu, pemerintah juga menggratiskan layanan kereta listrik selama seminggu sebagai langkah untuk mengurangi emisi kendaraan bermotor.
Laporan terbaru dari Bank Dunia menunjukkan bahwa pada 2019, polusi udara menyebabkan kerugian ekonomi sebesar USD 2,5 triliun di Asia Timur dan Pasifik. Jumlah ini setara dengan 9,3 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) di kawasan tersebut.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)