Upaya Kemenkes Optimalkan Penggunaan Sumber Daya Hayati RI untuk Bahan Baku Farmasi

Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dr Dra Lucia Rizka Andalusia, Apt, MPharm, MARS mengatakan, kekayaan sumber daya hayati Indonesia selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Diketahui sumber daya tersebut potensial dalam bidang farmasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Agu 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2022, 10:00 WIB
Ilustrasi rempah
Ilistrasi rempah (dok.pexels)

Liputan6.com, Jakarta Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dr Dra Lucia Rizka Andalusia, Apt, MPharm, MARS mengatakan, kekayaan sumber daya hayati Indonesia selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Diketahui sumber daya tersebut potensial dalam bidang farmasi.

Besarnya ketergantungan industri farmasi nasional pada bahan baku impor jadi tantangan tersendiri dalam mencapai ketahanan kesehatan nasional.

Rizka mengatakan, keragaman hayati tanaman, mikroorganisme, dan biota laut berkorelasi langsung dengan keragaman kimia yang berpotensi sangat besar bagi pengembangan obat.

"Hal ini diharapkan dapat menjadi peluang untuk mengurangi impor bahan baku dan menghasilkan substitusinya terutama bagi bahan baku natural asli Indonesia,” ujar Rizka pada pembukaan Business Matching di Bali, Rabu (24/8).

Kementerian Kesehatan telah merintis pengembangan kemandirian bahan baku sediaan farmasi untuk mewujudkan kemandirian bahan baku natural. Rintisan ini dilakukan melalui fasilitasi peralatan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO) sejak tahun 2012 dan Pusat Ekstrak Daerah (PED) kepada 3 daerah.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Kemenkes melaksanakan ‘Business Matching P4TO-PED dengan Industri dan Usaha bidang obat tradisional dan kosmetika’ pada 24 Agustus lalu di Bali. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam mempertemukan lintas sektor meliputi industri sebagai produsen, akademisi sebagai sarana pusat penelitian, dan juga daerah penerima P4TO dan PED sebagai penyedia Bahan Baku Natural (BBN) terstandar agar dapat melakukan kerja sama yang potensial.

Diharapkan pertemuan tersebut pun dapat memberikan manfaat kepada akademisi, peneliti, Industri dan manufaktur bidang obat tradisional dan kosmetika, praktisi di fasilitas pelayanan kesehatan serta Pemangku kepentingan lintas sektor terkait. 

 

Daerah Penerima Fasilitas Peralatan P4TO

Output yang diharapkan yaitu terjadi sinergitas lintas sektor dalam penyediaan bahan baku maupun produk yang terstandar untuk mendukung kemandirian bahan baku natural. Kemudian outcome dari kegiatan ini diharapkan adanya kerja sama antara P4TO dan PED dengan industri dan usaha bidang obat tradisional dan kosmetika dalam penyediaan BBN terstandar.

Peserta yang terlibat dalam business matching ini antara lain :

Daerah Penerima Fasilitasi Peralatan P4TO dan PED

1. P4TO-PED B2P2TOOT Tawangmangu

2. P4TO-PED Kota Pekalongan

3. P4TO Materia Medica Batu

4. P4TO Kabupaten Bondowoso

5. P4TO Bali (Kabupaten Karangasem, Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Bangli)

6. P4TO Kalimantan Tengah

7. P4TO Kabupaten Bandung

8. P4TO Kabupaten Karanganyar

Perwakilan Industri

Pimpinan Industri (masing-masing perwakilan 1 orang)

1. PT. Bintang Toedjoe

2. PT. Dexa Medica

3. PT. Karya Oles Pak Tokcer

4. UD. Sariputra Abdi Makmur

5. Industri Kosmetika Pak Tokcer

6. UD. Padma Medikal Husada

7. CV. Tirta Usada

8. CV. Nadis Herbal

9. PT. Varash Indonesia Jaya

10. PT. Tamba Sanjiwani

11. PT. Kommit Sejahtera

12. PT. Vision Bali

13. UD. Kerta Bumi Herbal

14. PT. Mulia Ayurvedic Sanjiwani

15. UD. Sariputra Abdi Makmur

16. UD. Belog Tiwas

17. CV. Bulhar Bugar

18. PT. Nekhawa

19. PT. Bali Tangi

20. PT. Alam Puri

21. CV. Taru Bali

22. PT. Urban Asia Industri

23. PT. Supa Dupa Spice

24. PT. Mogie Taksu Sejahtera

25. CV. Boreh Bali

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya