Sindrom Patah Hati, Gejalanya Mirip Serangan Jantung

Sindrom patah hati (broken heart syndrome) memiliki gejala yang mirip dengan serangan jantung. Meskipun demikian, cara penangannya tidak sama. Kesalahan dalam menangani sindrom patah hati dapat berakibat fatal.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Okt 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2022, 12:00 WIB
'Broken Heart Syndrome', Putus Cinta Sebabkan Kematian
'Broken Heart Syndrome', Putus Cinta Sebabkan Kematian

Liputan6.com, Jakarta - Orang biasa menggambarkan patah hati secara abstrak. Mungkin gambar yang muncul di benak Anda ketika memikirkan patah hati adalah simbol hati dengan garis retak yang melewatinya. Kata 'patah hati' umumnya digunakan untuk mewakili perasaan sedih, kecewa, bahkan kehilangan. 

Namun, sesungguhnya ketika Anda merasakan kondisi emosional luar biasa, organ jantung yang kerap dikaitkan dengan bentuk hati turut terpengaruh. Laludy, bagaimana hati bisa hancur ketika Anda menderita putus cinta?

Patah hati dapat menyebabkan masalah pada jantung, salah satunya adalah sindrom patah hati yang juga dikenal sebagai kardiomiopati takotsubo.

Menurut situs Bonobology, gangguan ini menyerang dan menghambat kemampuan jantung Anda untuk berfungsi secara normal meskipun untuk sementara sebagai respons terhadap peristiwa yang membuat stres seperti putus cinta.

Melansir dari situs Johns Hopkins Medicine, Direktur program Advanced Heart Failure Fellowship Johns Hopkins Ilan Wittstein, M.D. menjelaskan beberapa hal mengenai sindrom patah hati dan bagaimana cara mengobatinya.

Sindrom patah hati atau broken heart syndrome ialah suatu kondisi yang dapat melemahkan otot jantung dengan cepat dan reversif.

Ada 2 penyebab sindrom patah hati, yaitu stres fisik dan emosional. Namun, meskipun kebanyakan orang dengan kondisi ini mengalami peristiwa yang membuat stres, 30 persen pasien tidak memiliki pemicu yang dapat diidentifikasi pada gejala awal.

1. Stresor Emosional

Stresor emosional meliputi:

-Kesedihan

-Ketakutan

-Kemarahan ekstrem

-Terkejut

2. Stresor Fisik

Kondisi ini meliputi:

-Demam tinggi

-Stroke

-Kejang

-Kesulitan bernapas (seperti serangan asma atau emfisema)

-Pendarahan parah

-Gula darah rendah

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sindrom Patah Hati Berbeda dari Serangan Jantung

Sindrom patah hati
Sindrom Patah Hati Bisa Memicu Serangan Jantung, Kok Bisa?

Gejala sindrom patah hati mirip dengan gejala serangan jantung, yaitu:

-Nyeri dada

-Sesak napas

-Diaforesis (keringat berlebihan yang tidak wajar)

-Pusing

Gejala-gejala ini dapat muncul beberapa menit atau beberapa jam setelah kejadian. Gejala inilah yang memicu stres secara emosional atau fisik.

Meskipun gejalanya mirip, terdapat perbedaan antara sindrom patah hati dengan serangan jantung, yaitu:

Sebagian besar serangan jantung terjadi karena penyumbatan dan gumpalan darah yang terbentuk di arteri koroner, yang memasok darah ke jantung.

Jika gumpalan ini memotong suplai darah ke jantung untuk waktu yang cukup lama, sel-sel otot jantung akan mati, meninggalkan jantung dengan jaringan luka dan kerusakan permanen.

Orang yang mengalami sindrom patah hati biasanya memiliki arteri koroner normal dan seringkali tidak memiliki sumbatan atau gumpalan yang parah. Sel-sel jantung orang yang mengalami sindrom patah hati terpana oleh adrenalin dan hormon stres lainnya.

Untungnya, dalam kebanyakan kasus kondisinya pulih dalam beberapa minggu atau hanya beberapa hari. Hal ini tidak menyebabkan kerusakan atau jaringan luka pada jantung.


Bagaimana stres mendadak melemahkan otot jantung?

kesehatan
ilustrasi serangan jantung/Photo by Giulia Bertelli on Unsplash

Ketika Anda stres, tubuh Anda menghasilkan hormon dan protein seperti adrenalin dan noradrenalin yang berfungsi untuk membantu mengatasi stres.

Otot jantung diliputi adrenalin dalam jumlah besar yang tiba-tiba diproduksi sebagai respons terhadap stres. Kelebihan adrenalin dapat menyebabkan penyempitan arteri kecil yang memasok jantung dengan darah. Ini menyebabkan penurunan sementara aliran darah ke jantung.

Atau, adrenalin mengikat sel-sel jantung secara langsung dan menyebabkan sejumlah besar kalsium memasuki sel. Hal ini mencegah sel-sel jantung berdetak dengan baik.

Meskipun demikian, efek adrenalin pada jantung selama sindrom patah hati bersifat sementara dan benar-benar reversibel. Jantung biasanya pulih sepenuhnya dalam beberapa hari atau minggu.

Meskipun demikian, sindrom patah hati bisa mengancam nyawa. Dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan kelemahan otot jantung parah yang mengakibatkan:

-Gagal jantung kongestif

-Tekanan darah rendah

-Syok

-Kelainan irama jantung yang dapat mengancam jiwa

Kabar baiknya adalah kondisi ini dapat membaik dengan sangat cepat jika pasien berada di bawah perawatan dokter yang akrab dengan sindrom ini. Bahkan orang yang kritis cenderung pulih.

Selain itu, studi menunjukkan bahwa seseorang yang telah mengalami sindrom patah hati kemungkinan besar tidak akan memiliki lebih banyak episode. Mayoritas pasien tidak mengalami episode kedua. Hanya 5 persen yang mengalami episode berulang.


Mungkinkah seseorang terkena sindrom patah hati dan tidak mengetahuinya?

jantung-kezo
ilustrasi makanan mencegah sakit jantung saat bulan puasa/pexels

Sindrom patah hati tampaknya menjadi kondisi yang datang tiba-tiba dan sembuh dengan cepat.

Jika Anda adalah orang yang sering memiliki gejala nyeri dada atau sesak napas ketika berada di bawah tekanan besar, Anda harus diperiksa oleh dokter. Jika gejala Anda kronis, kecil kemungkinan Anda memiliki sindrom patah hati.

Wanita paruh baya berisiko lebih tinggi terkena sindrom patah hati. Risiko meningkat lima kali lipat setelah usia 55 tahun.

Meskipun sindrom ini dapat menyerang wanita yang lebih muda, pria dan anak-anak, sebagian besar pasien adalah wanita pasca-menopause. Alasan pastinya tak diketahui.

Namun, karena hormon estrogen wanita membantu melindungi jantung dari efek berbahaya adrenalin, wanita menjadi sangat rentan terhadap efek stres mendadak seiring bertambahnya usia dan menurunnya kadar estrogen mereka.

Faktor risiko lain yaitu riwayat kecemasan, depresi atau penyakit neurologis.

Prognosis jangka pendek dan panjang sindrom patah hati tergantung pada jenis stresor yang menyebabkan sindrom.

Pasien yang mengalami sindrom patah hati karena pemicu emosional memiliki prognosis lima tahun yang baik.

Pasien dengan stresor fisik memiliki prognosis yang lebih buruk karena peristiwa neurologis, seperti stroke. Sebab otot jantung tidak rusak secara permanen, sebagian besar pasien dengan sindrom patah hati terus hidup sehat.

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis 5 Tips Tetap Sehat di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis 5 Tips Tetap Sehat di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya