Epidemiolog: Kalau Masyarakat Malas Vaksinasi dan Lalai Prokes, Sulit Keluar dari Pandemi

Bila ingin keluar dari pandemi COVID-19, masyarakat perlu tetap melakukan vaksinasi dan menaati protokol kesehatan.

oleh Diviya Agatha diperbarui 07 Nov 2022, 21:17 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2022, 17:00 WIB
Indonesia Menuju Endemi
Penularan COVID-19 kian menurun, Indonesia kini tengah bersiap menuju Endemi COVID-19. (pexels.com/cottonbro)

Liputan6.com, Jakarta Rencana pelepasan status pandemi COVID-19 telah ditunggu-tunggu banyak pihak. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mencapainya. Indonesia sendiri berencana untuk lepas dari pandemi pada 2023 mendatang.

Berkaitan dengan hal tersebut, ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dr Iwan Ariawan mengungkapkan bahwa untuk lepas status pandemi COVID-19, masyarakat perlu tetap berusaha lewat melakukan vaksinasi dan menaati protokol kesehatan (prokes) yang berlaku.

Menurut Iwan, jikalau masyarakat tetap malas-malasan untuk melakukan vaksinasi dan lalai protokol kesehatannya, maka Indonesia kemungkinan tidak dapat melangkah keluar dari kedaruratan pandemi COVID-19. Padahal, Indonesia sudah punya rencana untuk itu.

"Pandemi ini belum berakhir. Kan sayang, sedikit lagi bisa kita akhiri. Cuma ya kalau kita malas-malasan, terus prokesnya berantakan, cakupan vaksinasinya stagnan, ya kita di sini-sini terus atau semakin jelek," ujar Iwan dalam media briefing SIAP Lanjutkan Prokesnya, SIAP Lengkapi Vaksinasinya, Senin (7/11/2022).

"Sayang kalau kita tidak teruskan supaya keinginan kita bersama, supaya tahun depan ini sudah berakhir, sudah dinyatakan kedaruratannya berakhir."

Sebelumnya, Iwan mengungkapkan bahwa sebenarnya kondisi di Indonesia saat ini sudah jauh lebih baik dari sebelumnya pada gelombang Delta. Namun karena itulah, kesadaran masyarakat untuk vaksinasi COVID-19 ikut menurun.

"Tapi karena kita lebih baik, masyarakat dalam hal vaksinasi merasa kurang terlalu perlu, karena enggak ada fear factor-nya," kata Iwan.

Rasa Takut Masyarakat pada COVID-19 Menurun

Kondisi Terbaru Covid-19
Ilustrasi situasi yang menggambarkan kondisi terbaru Covid-19 di Indonesia, yakni menuju masa transisi pandemi ke endemi. Credit: pexels.com by Anna Shvets

Lebih lanjut Iwan mengungkapkan bahwa bila berkaca pada saat gelombang Delta sebelumnya, masyarakat justru lebih taat pada prokes dan keinginan untuk melakukan vaksinasi tinggi.

"Kalau waktu Delta, mereka melihat banyak di sekitarnya meninggal. Ada faktor ketakutan sehingga mereka mau vaksin," kata Iwan.

"Sekarang itu sudah enggak ada. Relatif yang mereka lihat di sekitarnya semua baik-baik saja. Padahal kondisi sekarang baik-baik saja itu karena dulu kita vaksinasinya bagus dan itu perlu kita teruskan supaya kita makin baik."

Terlebih, saat ini Omicron baru yakni XBB telah masuk ke Indonesia. Menurut Iwan, jika melihat dari negara-negara lain yang sudah terdeteksi XBB, memang akan ada peningkatan kasus.

"Kasusnya meningkat cepat, terus turunnya juga cepat. Mungkin dalam dua sampai empat minggu akan mencapai puncaknya, kemudian setelah itu dia akan turun," ujar Iwan.

"Nah, lalu apakah virus ini akan lebih kebal terhadap vaksin? Itu kalau menurut keterangan WHO (World Health Organization/Organisasi Kesehatan Dunia), ini kan sebenarnya subvarian. Varian utamanya satu Omicron, jadi sifatnya kurang lebih sama."

Efektivitas Vaksin di Tengah Munculnya XBB

COVID-19 Omicron subvarian XBB
ilustrasi COVID-19 Omicron subvarian XBB.

Iwan mengungkapkan bahwa manfaat yang diberikan dari vaksinasi COVID-19 terutama untuk mencegah adanya keparahan hingga kematian tetap sama. Artinya, masih akan tetap efektif meskipun dihadapkan dengan varian baru seperti XBB.

"Jadi manfaat vaksin untuk mencegah keparahan dan kematian masih sama. Vaksin masih tetap sangat berguna," kata Iwan.

"Apakah booster sudah cukup? Nah, kalau varian ini masih tetap varian Omicron, itu sampai saat ini menunjukkan vaksinasi booster itu cukup untuk kita mencegah terjadinya perburukan maupun kematian," tambahnya.

Namun menurut Iwan, terdapat kendala dalam proses percepatan vaksinasi COVID-19. Terutama dalam hal keinginan yang saat ini sudah jauh berkurang dibanding dengan fase gelombang Delta.

"Faktor ketakutannya sudah hilang, sudah minim. Kedua adalah sebetulnya vaksinasi diharuskan, karena kalau masuk mal tidak bisa bila tidak disertakan dengan PeduliLindungi. Nah itu penerapannya kurang, kalau dulu penerapannya ketat waktu Delta," ujar Iwan.

Strategi Mempercepat Vaksinasi

RSUD Tangerang Selatan Laksanakan Vaksinasi Booster untuk Lansia
Tenaga kesehatan menunjukkan botol vaksin saat vaksinasi booster COVID-19 di RSUD Tangerang Selatan, Rabu (12/1/2022). Lebih dari 60 warga lanjut usia (lansia) Tangsel mendapatkan vaksinasi lanjutan (booster) COVID-19 dengan jenis Pfizer. (merdeka.com/Arie Basuki)

Selanjutnya, Iwan mengungkapkan bahwa jikalau ingin mempercepat vaksinasi, maka harus mendorong masyarakat untuk mau divaksin lagi. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi dan memberikan informasi soal manfaat vaksin.

"Karena masyarakat banyak yang enggak tahu. Buat apa divaksin, teman saya divaksin kena COVID-19 kena juga. Betul, yang sudah divaksin bisa terinfeksi COVID-19, cuma perlindungan vaksin sangat besar supaya kita tidak menjadi parah atau meninggal," kata Iwan.

Selain itu, dari segi logistik, ketersediaan vaksin COVID-19 pun harus dipenuhi. Iwan menjelaskan bahwa kemarin Indonesia sempat mengalami kendala dari segi stok vaksin. Namun kini kendala itu sudah tertangani.

"Mungkin diperlukan juga strategi untuk kelompok prioritas. Strategi untuk jemput bola. Seperti lansia, kalau kita tunggu datang, mungkin mereka terkendala untuk datang ke tempatnya. Jadi harus didatangi ke rumahnya," ujar Iwan.

Infografis Indonesia Kemungkinan Lepas Status Pandemi Covid-19 Awal 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Indonesia Kemungkinan Lepas Status Pandemi Covid-19 Awal 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya