Jangan Terlalu Lama Hanyut dalam Lamunan

Maladaptive daydreaming merupakan salah satu mekanisme koping trauma yang tidak sehat. Ini membuat orang yang terkena gangguan ini hanyut dalam fantasinya selama berjam-jam.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Nov 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2022, 21:00 WIB
Melamun
Ilustrasi Maladaptive Daydreaming Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Maladaptive daydreaming lebih dari sekadar lamunan biasa. Ini melibatkan fantasi berlebihan dan jelas yang dapat menghalangi kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, dan pada akhirnya menyebabkan kecemasan.

"Maladaptive" berarti jenis melamun ini adalah upaya yang tidak sehat atau negatif untuk mengatasi atau beradaptasi dengan suatu masalah, menurut situs Cleveland Clinic.

Penelitian juga menunjukkan lamunan semacam ini mungkin kompulsif. Itu berarti sulit untuk mengontrol bahwa Anda melakukannya.

Masalah ini juga tumpang tindih dengan beberapa kondisi kesehatan mental dan neurologis lainnya. Namun, ada bukti bahwa maladaptive daydreaming berbeda dari kondisi lain ini dan harus dinyatakan sebagai gangguan terpisah.

Terkadang, fantasi ini bisa menjadi begitu kompleks dan mengasyikkan bagi seseorang sehingga ia bisa menghabiskan berjam-jam tenggelam di dalamnya, sampai pada titik mengganti kontak dengan manusia.

Dalam maladaptive daydreaming, seseorang menciptakan karakter fiksi atau versi ideal dari dirinya sendiri.

Melansir dari situs Verywell Health, meskipun kondisi ini belum diakui dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) sebagai gangguan kejiwaan, penelitian menunjukkan bahwa faktor disosiatif dan obsesif kompulsif berperan, menunjukkan diagnosis klinis yang lebih serius.

Peneliti lain melihat fantasi yang menghabiskan waktu ini sebagai bentuk perilaku kecanduan.

Meskipun demikian, dokter atau terapis tidak dapat secara resmi mendiagnosis Anda dengan gangguan maladaptive daydreaming.

Seseorang akan dapat mengikuti tes penilaian diri menggunakan 14 item skala maladaptive daydreaming untuk membantu dokter menentukan tingkat keparahan gejala dan mengidentifikasi kemungkinan pilihan koping dan pengobatan.

Penyebab Maladaptive Daydreaming

Ilustrasi Maladaptive Daydreaming
Ilustrasi Maladaptive Daydreaming Credit: pexels.com/pixabay

Penelitian belum menemukan penyebab jelas maladaptive daydreaming. Meskipun demikian, ini dianggap sebagai mekanisme koping untuk mengatasi trauma sebelumnya atau kecemasan sosial.

Maladaptive daydreaming paling sering terjadi pada orang dengan kondisi yang mempengaruhi kesehatan mentalnya atau jenis fungsi otak tertentu, menurut situs Cleveland Clinic. Beberapa kondisi kesehatan yang biasanya mengalami maladaptive daydreaming antara lain:

-Gangguan perhatian defisit hiperaktif (ADHD)

-Gangguan kecemasan

-Jenis depresi tertentu

-Gangguan disosiatif

-Gangguan obsesif kompulsif (OCD).

Usia juga bisa menjadi faktor yang memengaruhi maladaptive daydreaming. Beberapa penelitian menunjukkan kondisi ini lebih sering terjadi pada orang yang lebih muda, terutama orang dewasa muda dan remaja. Kondisi ini juga bisa terjadi pada anak-anak.

Selain itu, banyak orang yang mengalami maladaptive daydreaming memiliki riwayat trauma atau hidup di lingkungan yang kasar, terutama selama masa kanak-kanak meski ini bukanlah sesuatu yang dimiliki semua orang dengan maladaptive daydreaming.

Gejala Maladaptive Daydreaming

Melamun
Ilustrasi Maladaptive Daydreaming Credit: pexels.com/Ekaterina

Beberapa ciri dan gejala umum maladaptive daydreaming menurut situs Verywell Health meliputi:

-Penyerapan ekstensif, terkadang kompulsif, dalam fantasi selama beberapa jam per hari

-Ketidakmampuan untuk berhenti melamun

-Memiliki fantasi yang sangat detail, termasuk alur cerita dan karakter

-Memiliki reaksi kehidupan nyata terhadap fantasi, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, atau verbalisasi

-Kesulitan berkonsentrasi atau fokus pada hal-hal lain

-Masalah tidur

-Menggantikan interaksi manusia

-Dorongan untuk terus berfantasi ketika terganggu

Dalam beberapa kasus, maladaptive daydreaming juga dapat ditandai dengan perlunya stimulasi tambahan, yang dapat diekspresikan melalui membaca buku secara ekstensif, menonton film, atau bermain game.

Cara Mengatasi Maladaptive Daydreaming

Meskipun tidak ada pengobatan resmi untuk kondisi ini, ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengatasinya, antara lain:

-Latihan mindfulness dan meditasi

-Membuat jurnal, mencatat keadaan—termasuk pikiran dan perasaan—yang menyebabkan maladaptive daydreaming

-Menggunakan pernyataan koping yang meyakinkan dan bermanfaat

-Memuji diri sendiri ketika berhasil menghentikan maladaptive daydreaming.

Hubungan Maladaptive Daydreaming dengan OCD?

Seputar Maladaptive Daydreaming yang Perlu Diketahui
Ilustrasi Maladaptive Daydreaming Credit: pexels.com/Svetlana

Sementara beberapa penelitian telah menemukan bahwa maladaptive daydreaming terjadi bersamaan dengan gejala OCD, hubungan antara keduanya saat ini tidak sepenuhnya dipahami.

Salah satu hal utama yang masih belum diketahui adalah apakah maladaptive daydreaming merupakan suatu gangguan kejiwaan sendiri atau malah bagian dari gejala gangguan lain, seperti disosiasi, OCD, atau lainnya.

Sebuah studi menemukan bahwa sementara maladaptive daydreaming menyerupai jenis obsesi atau dorongan mental, obsesi OCD biasanya terkait dengan perasaan cemas, sedangkan bagi sebagian orang, maladaptive daydreaming cenderung bersifat lebih sukarela dan menyenangkan.

Perawatan Maladaptive Daydreaming

Karena begitu banyak yang masih belum diketahui atau tidak sepenuhnya dipahami tentang maladaptive daydreaming—dan karena itu tidak secara resmi diakui sebagai gangguan tidak ada perawatan standar untuk kondisi tersebut.

Dalam sebuah studi kasus, para peneliti menemukan bahwa fluvoxamine, obat yang digunakan untuk mengobati gangguan obsesif kompulsif (OCD), dapat membantu meringankan gejala maladaptive daydreaming.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Penyebab Seseorang Mengalami Maladaptive Daydreaming
Penyebab Seseorang Mengalami Maladaptive Daydreaming Credit: pexels.com/George
Infografis Cuci Tangan Pakai Sabun Bunuh Virus Penyebab Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Cuci Tangan Pakai Sabun Bunuh Virus Penyebab Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya