Terbukti Progresif, Demam Berdarah Dengue Naik dari 45 Ribu Jadi 52 Ribu Kasus dalam Sebulan

Ketua Komunitas Dengue Indonesia Prof Dr dr Sri Rezeki S Hadinegoro Sp.A(K) menjelaskan soal perkembangan Demam Berdarah Dengue (DBD/Dengue) di Indonesia.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Des 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 14 Des 2022, 07:00 WIB
Ketua Komunitas Dengue Indonesia Prof Sri Rezeki S Hadinegoro
Ketua Komunitas Dengue Indonesia Prof Dr dr Sri Rezeki S Hadinegoro Sp.A(K) dalam wawancara eksklusif Takeda di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (13/12/2022). Foto: Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komunitas Dengue Indonesia Prof Dr dr Sri Rezeki S Hadinegoro Sp.A(K) menjelaskan soal perkembangan Demam Berdarah Dengue (DBD/Dengue) di Indonesia.

Menurutnya, kasus DBD pertama di Indonesia dilaporkan di Surabaya pada 1968. Sejak pertama kali ditemukan, kasus ini terus menunjukkan peningkatan setiap tahun.

Pada 17 Juni 2022, kasus DBD di Indonesia tembus 45 ribu dengan kematian 432 jiwa. Selang sekitar satu bulan, yakni pada 9 Juli 2022, kasusnya tembus 52 ribu dengan kematian sebanyak 448 orang.

“Apa artinya? Ini enggak boleh didiamkan, jadi ini benar-benar satu bukti bahwa dengue ini satu penyakit yang progresif, bisa naik turun, naik turun," kata Sri dalam wawancara eksklusif Takeda di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (13/12/2022).

Ia pun menyampaikan data DBD pada tahun sebelumnya. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pada 2021 terdapat 73.518 kasus DBD dengan jumlah kematian sebanyak 705 kasus.

Pada tahun yang sama, Provinsi Kepulauan Riau memiliki Incidence Rate (IR/angka kesakitan) DBD tertinggi sebesar 80,9 per 100.000 penduduk. Diikuti oleh Kalimantan Timur dan Bali masing-masing sebesar 78,1 dan 59,8 per 100.000 penduduk.

Secara Nasional Incidence Rate DBD 2021 sebesar 27 per 100.000 penduduk, angka ini masih lebih rendah dibandingkan dengan target nasional sebesar ≤ 49 per 100.000 penduduk.

Kasus DBD yang terlambat mendapatkan perawatan dapat menyebabkan fatalitas seperti kematian.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Proporsi Kematian Akibat DBD

Proporsi kematian terhadap seluruh kasus DBD atau yang dikenal dengan Case Fatality Rate (CFR) juga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan pengendalian DBD.

Secara nasional CFR DBD tahun 2021 mencapai 0,96 persen. CFR ini melebihi batas 0,7 persen yang telah ditetapkan pada target Strategi Nasional Penanggulangan Dengue.

Meskipun CFR pada tahun 2021 meningkat dibandingkan periode sebelumnya, besarannya berada di bawah 1 persen yang artinya masih berada pada kategori rendah. CFR dinilai tinggi jika melampaui angka 1 persen.

Sri juga menyampaikan, Indonesia adalah salah satu negara paling terdampak oleh demam berdarah dengue.

DBD merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan disebarkan oleh vektor. Virus yang menyebabkan penyakit ini pun disebut Dengue. Vektor penular penyakit ini berasal dari jenis nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.


Karakteristik Vektor DBD

Karakteristik vektor penular menentukan persebaran dan waktu kejadian infeksi. Habitat nyamuk Aedes pada umumnya berada di wilayah dengan iklim tropis, curah hujan tinggi, serta suhu panas dan lembab.

Nyamuk Aedes menyukai genangan atau tempat penampungan air seperti selokan, vas atau pot tanaman, tempat minum hewan peliharaan, kolam renang, atau tempat sampah sebagai tempat perindukan.

Karakteristik dan perilaku vektor tersebut dapat menjelaskan adanya kecenderungan peningkatan kasus DBD pada musim penghujan seiring dengan bermunculannya tempat perindukan. Kasus Demam berdarah ini akan mengalami peningkatan saat musim pancaroba dan/atau peralihan musim kemarau ke musim hujan.


Pencegahan

Adapun pencegahan demam berdarah yang telah digencarkan sejak lama adalah 3M plus yakni menguras, menutup, mendaur ulang barang bekas. Plus mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk.

“Sinergi dengan berbagai kalangan masyarakat sangat diperlukan agar kita dapat menurunkan kasus demam berdarah di Indonesia.”

Hal tersebut dapat dilakukan dengan terus meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai bahaya serta pencegahan demam berdarah.

Setiap anggota keluarga perlu mengenali jenis nyamuk Aedes aegypti yang menularkan demam berdarah dengue. Terlebih lagi upaya pencegahan demam berdarah tidak hanya 3M plus. Namun, juga inovasi pencegahan lain seperti dengan vaksinasi serta upaya untuk mendorong seluruh kalangan masyarakat untuk lebih waspada dan lebih pintar dalam mencegah demam berdarah.

Pencegahan dengan vaksin dilakukan guna mencegah infeksi virus dengue. Vaksin dengue tetravalen menjadi opsi untuk pencegahan dengue yang optimal bagi keluarga dan masyarakat.

Baru-baru ini vaksin dengue tetravalen mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk indikasi usía 6-45 tahun, tanpa perlu skrining atau melihat infeksi dengue sebelumnya.

Infografis Virus Corona Berbahaya Vs DBD Mematikan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Virus Corona Berbahaya Vs DBD Mematikan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya