Liputan6.com, Jakarta - Siapa sangka bahwa ternyata terdapat hubungan antara tidur dan kanker paru-paru. Seperti jenis kanker lainnya, efek samping dari perawatan seperti kemoterapi dapat membuat seseorang kesulitan tidur atau mendapatkan tidur yang berkualitas.
Tidur malam yang nyenyak tidak hanya membantu mengatasi kanker dan efek samping pengobatan tetapi juga membuat Anda tetap sehat. Faktanya, masalah tidur, termasuk kurang tidur atau terlalu banyak tidur ternyata dapat menimbulkan risiko kanker paru.
Baca Juga
Ada beberapa hubungan antara tidur dan kanker paru. Hubungan ini berjalan dua arah, yaitu tidur berdampak pada kanker paru dan kanker paru berdampak pada tidur.
Advertisement
Secara umum, tidur yang lebih baik mengarah pada hasil kesehatan yang lebih baik. Meskipun demikian, kanker paru dapat membuat seseorang kesulitan tidur nyenyak karena gejala dan efek samping pengobatan yang diterimanya.
Dilansir dari situs Verywell Health, terdapat lebih dari 15 persen orang dengan kanker paru yang mengalami insomnia. Jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan orang dengan jenis kanker lain.
Gejala kanker paru dan efek samping dari perawatan tertentu dapat membuat sulit tidur nyenyak. Gejala kanker paru yang mengganggu tidur termasuk rasa sakit, sulit bernapas, dan masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan.
Selain itu, insomnia juga dapat menjadi efek samping obat dan perawatan kanker seperti kemoterapi.
Orang dengan kanker paru mungkin kesulitan untuk:
-Tertidur
-Tetap tertidur (tidak terbangun di malam hari atau terlalu pagi)
-Kembali tidur
-Tidur yang cukup
-Tidur yang berkualitas.
Apakah Tidur Memiliki Efek Terkait Kanker Paru?
Tidur memiliki efek pada kanker paru melalui berbagai cara. Jumlah rata-rata tidur yang didapat seseorang per malam dapat memengaruhi risikonya terkena kanker paru.
Sementara itu, orang yang tidur kurang dari tujuh jam atau lebih dari delapan jam per malam berada pada peningkatan risiko kanker paru. Ini mungkin terkait dengan kadar melatonin, hormon yang mengatur tidur.
Selain itu, orang yang memiliki gangguan pernapasan yang disebut apnea tidur obstruktif (obstructive sleep apnea/OSA) mengalami penurunan kadar oksigen yang dapat menyebabkan pertumbuhan tumor.
Meski telah didiagnosis menderita kanker paru dan memulai pengobatan, tidur masih dapat berdampak pada orang tersebut. Tidur penting bagi Anda yang sedang berusaha mengatasi kanker dan menjalani perawatan. Mendapatkan jumlah tidur berkualitas yang cukup dapat membantu meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
Tidur yang cukup dapat memberi manfaat, yaitu dalam hal:
-Tingkat energi
-Suasana hati
-Tingkat stres
-Fungsi tubuh sehari-hari.
Advertisement
Masalah Tidur yang Disebabkan oleh Kanker Paru
Selain bagaimana insomnia dan apnea tidur obstruktif dapat berkontribusi pada perkembangan kanker paru, hal sebaliknya juga bisa terjadi. Kanker paru dapat menyebabkan dan memperburuk kedua kondisi ini.
1. Insomnia
Gejala tertentu kanker paru dan efek samping pengobatan dapat membuat orang sulit untuk tertidur atau mendapatkan tidur nyenyak.
Misalnya, kanker paru dapat menyebabkan kesulitan bernapas, dan kesulitan bernapas dapat mengganggu tidur. Selain itu, ada juga aspek lain dari kanker paru yang dapat membuat sulit untuk tertidur, tetap tertidur, kembali tidur, atau mendapatkan tidur yang berkualitas.
Gejala kanker paru dan efek samping pengobatan yang dapat mengganggu tidur meliputi:
-Kecemasan
-Kemoterapi
-Nyeri dada
-Batuk
-Depresi
-Sulit bernapas
-Sakit kepala
-Obat untuk mengobati gejala
-Pemulihan setelah operasi.
2. OSA
OSAÂ adalah suatu kondisi di mana aliran udara tersumbat selama tidur, yang terjadi saat otot-otot rileks dan mengendur ketika tidur.
Ketika tumor kanker paru tumbuh, pernapasan bisa menjadi lebih sulit. Terkadang, ini disebabkan oleh peradangan (iritasi atau pembengkakan lokal). Tumor juga dapat menekan saluran udara, memberinya lebih sedikit ruang untuk bergerak dan membuat Anda sulit untuk bernapas.
Perubahan Gaya Hidup
Gaya hidup juga berhubungan dengan masalah tidur. Membuat perubahan gaya hidup menjadi lebih baik dapat meningkatkan kualitas tidur. Misalnya, penurunan berat badan yang dibarengi dengan perawatan lain dari apnea tidur obstruktif dapat membantu mengendalikan gejala.
Sementara itu, Insomnia dapat diobati dengan kombinasi terapi perilaku kognitif khusus insomnia dan beberapa perubahan gaya hidup. Beberapa penyesuaian sederhana seringkali bisa sangat membantu.
Menurut Verywell Health, perubahan gaya hidup yang perlu dilakukan meliputi:
1. Mempertahankan jadwal tidur yang teratur.
2. Meredupkan lampu 30 menit sebelum tidur.
3. Mengelola stres sepanjang hari.
4. Memindahkan perangkat elektronik dari kamar tidur.
5. Berolahraga di pagi atau sore hari.
6. Menata tempat tidur dan kamar tidur agar nyaman ditempati.
7. Membatasi asupan kafein yaitu maksimal satu cangkir di pagi hari atau tidak mengonsumsinya sama sekali.
8. Menjauhi alkohol atau membatasi maksimal satu gelas sebelum atau selama makan malam.
9. Membuat rutinitas waktu tidur yang santai.
Â
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement