Liputan6.com, Jakarta - Bayi dalam kandungan seringkali menendang perut ibunya. Misteri tentang mengapa bayi melakukan hal ini akhirnya terpecahkan, menurut sebuah studi baru yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Rata-rata tendangan berkekuatan lebih dari 4,5 kg membuat para ilmuwan kebingungan selama berabad-abad, menurut penelitian sebelumnya yang diterbitkan dalam Journal of the Royal Society Interface.
Baca Juga
Cara Akses Link Live Streaming Babak Kedua Timnas Indonesia vs Arab Saudi 19 November
Jadwal dan Cara Nonton Siaran Langsung Bola di RCTI Pertandingan Timnas Indonesia vs Arab Saudi
Link Live Streaming Timnas Indonesia vs Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Hari Ini 19 November 2024 Pukul 19.00 WIB
Bayi dalam kandungan mulai bergerak, bergoyang, berguling-guling dan menendang di dalam rahim sejak usia 16 minggu kehamilan. Gerakan spontan ini telah lama diyakini terjadi secara acak—hingga penelitian baru mengungkapkan bahwa latihan ini membantu si bayi melatih tubuh kecilnya.
Advertisement
Dilansir dari situs New York Post, para ilmuwan dari University of Tokyo menemukan bahwa olahraga menendang di dalam rahim memainkan peran penting dalam perkembangan anak usia dini, termasuk koordinasi tangan dan mata.
"Kami terkejut bahwa selama gerakan spontan, gerakan bayi 'mengembara' dan ia mengejar berbagai interaksi sensorimotor," ucap penulis utama studi sekaligus seorang profesor di Universitas Tokyo Hoshinori Kanazawa. "Kami menamai fenomena ini 'sensorimotor wandering'."
Untungnya, studi kasus baru telah mengungkapkan bagaimana aktivitas fisik ini sebenarnya membantu bayi belajar mengendalikan tubuhnya.
Tim peneliti menggunakan teknologi motion capture untuk merekam gerakan sendi 22 bayi. Terdiri dari 12 bayi baru lahir berusia kurang dari 10 hari yang sehat serta 10 bayi yang berusia sekitar 3 bulan.
Alasan Bayi Suka Menendang Perut Ibu
Model komputer muskuloskeletal melacak aktivitas otot dan input sensorik ke seluruh tubuh bayi. Para peneliti menemukan bahwa pola interaksi otot berkembang berdasarkan perilaku eksplorasi acak bayi yang membantunya melakukan gerakan berurutan.
"Sering diasumsikan bahwa pengembangan sistem sensorimotor bergantung pada terjadinya interaksi sensorimotor berulang, yang berarti semakin sering Anda melakukan tindakan yang sama, semakin besar kemungkinan untuk belajar dan mengingatnya," jelas Kanazawa.
"Namun, hasil (penelitian) kami menyiratkan bahwa bayi mengembangkan sistem sensorimotornya sendiri berdasarkan perilaku eksplorasional atau rasa ingin tahu, sehingga ia tidak hanya mengulangi tindakan yang sama tetapi berbagai macam tindakan."
Selain itu, temuan tersebut juga memberikan hubungan konseptual antara gerakan spontan awal dengan aktivitas saraf spontan.
Ini hanyalah penemuan terbaru tentang bagaimana tubuh bayi dan otak berkembang di dalam rahim.
Pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana sistem sensorimotor berkembang dapat membantu mendapatkan wawasan tentang asal usul pergerakan manusia, ujar para peneliti.
Advertisement
Tendangan Bayi Dapat Menyebabkan Uterine Rupture
Meski tendangan bayi dalam perut ibu bermanfaat bagi perkembangan si bayi, hal ini dapat menyebabkan uterine rupture. Kasus langka yang muncul hanya pada 0,07 persen dari seluruh kehamilan ini menimpa seorang wanita yang dikenal dengan nama samaran "Zhang".
Zhang tengah hamil 35 minggu ketika dia pergi ke rumah sakit karena merasakan sakit perut yang ekstrem, menurut situs New York Post.
Ketika dokter di Peking University Shenzhen Hospital memeriksa perutnya dengan USG, ia melihat bahwa wanita itu mengalami uterine rupture, robekan di rahim yang menyebabkan bayi menonjol ke perut. Kaki bayi berada di rongga perut, sementara pahanya tersangkut di dinding rahim.
Direktur kebidanan dari Maternal Cardiac Disease in Pregnancy Program di The Ohio State University Wexner Medical Center Dr. Michael Cackovic mengatakan bahwa kemungkinan besar rahim pecah dengan sendirinya sebelum kemudian kaki bayi yang asyik menendang menembus keluar.
Penyebab
Menurut Cackovic, seorang wanita bisa saja memiliki titik lemah di rahimnya, misalnya bekas luka dari operasi caesar sebelumnya atau operasi pengangkatan fibroid.
Pada beberapa wanita yang telah beberapa kali menjalani operasi caesar, rahimnya sangat tipis hingga Anda dapat melihat bayi melaluinya," ujar Cackovic kepada Live Science. Penipisan ini menyebabkan rahim pecah dengan sendirinya.
Namun, masih ada kemungkinan kecil bahwa tendangan bayi bisa berperan dalam pecahnya rahim, Cackovic menambahkan.
"Mungkin saja tendangan menjadi dorongan terakhir untuk melewati lapisan rahim itu," tuturnya.
Uterine rupture dapat mengancam jiwa, berpotensi mengakibatkan pendarahan parah dan kegagalan organ pada ibu serta mati lemas pada janin. Umumnya, dalam kasus ini, dokter hanya memiliki waktu 10 hingga 40 menit untuk melahirkan bayi sebelum kerusakan serius pada janin menjadi tak terhindarkan.
Untungnya, dokter Zhang bertindak cepat, melahirkan bayi dalam operasi yang memakan waktu kurang dari 10 menit. Selama operasi, dokter menemukan robekan 2,8 inci (7 sentimeter) di rahim. Alhasil, baik Zhang dan bayinya berhasil diselamatkan.
Â
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement