RSDC Wisma Atlet Tutup, Menkes Budi: RS Indonesia Masih Cukup

Rumah Sakit (RS) di Indonesia masih cukup tangani pasien COVID-19 walau RSDC Wisma Atlet Kemayoran tutup.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 06 Jan 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2023, 06:00 WIB
RSDC Wisma Atlet Berhenti Operasi 31 Desember 2022
Suasana Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Jakarta, Minggu (25/12/2022). Pemerintah menghentikan operasional Wisma Atlet Kemayoran sebagai Rumah Sakit Darurat COVID-19 mulai akhir tahun ini seiring dengan semakin rendahnya kasus COVID-19 secara nasional dalam beberapa waktu terakhir. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran Jakarta telah resmi tutup pada 31 Desember 2022, yang kini hanya menyiagakan satu tower. Lantas, dengan tutupnya Wisma Atlet, apakah cukup rumah sakit lain antisipasi kenaikan pasien COVID-19 bila sewaktu-waktu terjadi?

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, kapasitas rumah sakit (RS) di Indonesia untuk penanganan pasien COVID-19 masih mencukupi. Bahkan jauh mencukupi karena keterisian tempat tidur (Bed Occuppancy Ratio/BOR) terus menurun.

Data Laporan Harian COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 4 Januari 2023, tren BOR dalam dua pekan terakhir menurun, dari 6,33 persen menjadi 3,76 persen. Pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit juga menurun, dari 3.565 menjadi 2.055.

"Rumah sakit di Indonesia masih sangat siap. Dengan kapasitas 120.000 (tempat tidur) ya, (sekarang) diisinya baru 5.000-an. Jadi, kita masih siap sekali (kebutuhan mencukupi)," ujar Budi Gunadi usai acara 'Peringatan Hari Ulang Tahun Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional RSAB Harapan Kita ke-43' di RSAB Harapan Kita Jakarta, ditulis Kamis (5/1/2023).

Adapun penutupan RSDC Wisma Atlet juga seiring pasien COVID-19 sendiri sudah tidak ada yang dirawat di sana sejak Kamis, 29 Desember 2022. Artinya, hingga per 31 Desember 2022, pasien di RSDC Wisma Atlet nol pasien.

"Hunian Wisma Atlet pada 31 Desember 2022, pasiennyaa sudah kosong sejak hari Kamis kemarin," kata Koordinator Humas RSDC Wisma Atlet Kemayoran Mintoro Sumego di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Sabtu (31/12/2022).

BOR Isolasi dan ICU di Bawah 30 Persen

FOTO: Perjuangan Paramedis Merawat Pasien COVID-19 di RSUD Kota Bogor
Paramedis merawat pasien COVID-19 di Ruang ICU RSUD Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (18/6/2021). Tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) RSUD Kota Bogor saat ini mencapai 73 persen. (merdeka.com/Arie Basuki)

Berdasarkan laporan Analisis Data COVID-19 di Indonesia yang diterbitkan Satgas Penanganan COVID-19 per 25 Desember 2022, persentase BOR Isolasi dan ICU di seluruh provinsi di Indonesia rata-rata kurang dari 30 persen.

Angka keterpakaikan tempat tidur RS rujukan COVID-19 menunjukkan penurunan dan saat ini di angka 4,86 persen. Satgas COVID-19 menekankan, pengendalian kasus serta peningkatan efektivitas pelayanan kesehatan perlu dilakukan untuk mencegah keterisian BOR kembali meningkat.

Secara rinci, BOR isolasi di seluruh rumah sakit di bawah 15 persen. Lima provinsi teratas dengan BOR di bawah 10 persen, antara lain: (dalam persen)

  • Sulawesi Utara 9,50
  • Yogyakarta 9,09
  • Kalimantan Selatan 7,69
  • Sulawesi Tengah 7,36
  • Jawa Barat 7,18

Untuk BOR ICU di seluruh provinsi di bawah 25 persen. Lima provinsi teratas dengan BOR di bawah 21 persen, antara lain: (dalam persen)

  • Kalimantan Tengah 20,45
  • Riau 14,61
  • Yogyakarta 12,75
  • DKI Jakarta 11,90
  • Jawa Barat 8,38

Satu Tower Siaga sampai 3 Bulan ke Depan

RSDC Wisma Atlet Berhenti Operasi 31 Desember 2022
Dua ekor kucing berada di atas kursi di luar Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Jakarta, Minggu (25/12/2022). Pemerintah menghentikan operasional Wisma Atlet Kemayoran sebagai Rumah Sakit Darurat COVID-19 mulai akhir tahun ini seiring dengan semakin rendahnya kasus COVID-19 secara nasional dalam beberapa waktu terakhir. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kembali ke RSDC Wisma Atlet Kemayoran, kendati sudah nol pasien, Tower 6 tetap disiagakan untuk mengantisipasi apabila ada lonjakan kasus COVID-19. Tower 6 dipilih karena akses yang paling mudah untuk masuk ke Wisma Atlet.

Selain itu, Tower 6 juga memiliki Unit Gawat Darurat (UGD) dengan 30 tempat tidur dan ruang Intensive Care Unit (ICU), dan Intermediate Care Unit. Kemudian ada Highcare Unit dengan 97 tempat tidur.

"Di tempat ini juga kita akan mengupayakan cuma satu tower saja di Wisma Atlet ini dalam 3 bulan ke depan," Mintoro Sumego melanjutkan.

Menurut Mintoro, jumlah relawan yang ada di Wisma Atlet berjumlah 214 orang. Sebanyak 155 orang adalah tenaga medis, sedangkan sisanya tenaga non medis.

"Ini masih standby sampai 3 bulan ke depan," ucapnya.

Untuk jumlah pasien COVID-19 yang pernah dirawat di RSDC Wisma Atlet sebanyak 131.195 orang. Tenaga medis atau relawan yang pernah menjadi relawan di Wisma Atlet sekitar 16.000 orang yang terdiri dari dokter spesialis, dokter umum, perawat, dan tenaga medis yang lainnya.

"Sampai saat ini sesuai dengan arahan pimpinan kami tetap standby sesuai dengan kebutuhan nantinya. Mudah-mudahan, ke depan pasien COVID-19 ini akan turun dengan drastis," tutur Mintoro.

RS Swasta Siap Bantu

Kesiapan RS Swasta Hadapi Virus Corona
Pengunjung mengisi formulir pernyataan kesehatan sebelum memasuki Rumah Sakit Siloam, Jakarta, Sabtu (7/3/2020). RS Siloam menyediakan fasilitas tenda isolasi sementara, ruangan dekontaminasi dan pengecekan suhu tubuh guna mengantisipasi penyebaran virus corona. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Terkait penutupan RSDC Wisma Atlet, Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Iing Ichsan Hanafi menyatakan rumah sakit swasta siap membantu menangani pasien COVID-19 bila dibutuhkan.

“Rumah sakit swasta mendukung program ini. Kami siap membantu, walaupun Wisma Atlet tutup, rumah sakit swasta siap membantu pasien-pasien COVID-19,” kata Iing menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat ditemui di Jakarta Pusat, Jumat (30/12/2022).

Iing juga menyampaikan bahwa tren COVID-19 sekarang ini relatif menurun. Meski begitu, rumah sakit swasta tetap menyiapkan ruang isolasi untuk pasien COVID-19.

“Ruang isolasi itu ada di rumah sakit swasta karena ini mengikuti peraturan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jadi ruang isolasi harus ada," sambungnya.

Menurutnya, ARSSI memprioritaskan pasien COVID-19 untuk dibawa ke rumah sakit tertentu saja supaya pasien tidak terlalu menyebar di beberapa rumah sakit. Pasien yang dirawat di rumah sakit pun hanya pasien dengan gejala berat.

Bagi pasien dengan gejala ringan atau tanpa gejala, maka bisa isolasi mandiri di rumah masing-masing.

Soal tingkat keterisian tempat tidur, jumlah pasien COVID-19 yang mengisi tempat tidur rumah sakit cenderung turun.

“BOR memang mungkin penuh, tapi bukan oleh pasien COVID-19, sudah mulai banyak pasien-pasien non-COVID, pasien BPJS, dan pasien umum,” jelas Iing.

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya