Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin sedang mengejar pemenuhan 10.000 USG di Puskesmas seluruh Indonesia. Upaya ini termasuk salah satu intervensi yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam penanganan stunting.
Agar mencegah anak stunting, intervensi kesehatan dilakukan semenjak ibu hamil. Pemeriksaan rutin USG dan pemberian tablet tambah darah bila sang ibu hamil mengalami anemia dapat dilakukan.
Baca Juga
"Intervensi kesehatan itu harus dilakukan adalah pada saat ibunya hamil. Karena faktor-faktor stunting yang paling besar. Ibu hamil enggak boleh kurang darah, anemina. Mesti dicek darahnya," tutur Budi Gunadi saat menghadiri Rakernas Program Banggakencana dan Penurunan Stunting di Kantor BKKBN, Jakarta pada Rabu, 25 Januari 2023.
Advertisement
"Kalau di bawah 12 Hb, cepet dikasih tablet tambah darah. Cek USG, kalau bayi tubuhnya kurang, harus dikasih makanan khusus. Itu sebabnya kami sekarang melengkapi 10.000 Puskesmas dengan USG."
Target pemenuhan USG di 10.000 Puskesmas diharapkan dapat tercapai tahun 2024. Saat ini, sudah ada 5.000 Puskesmas yang sudah mempunyai alat USG, tinggal 5.000 Puskesmas lagi yang akan dialokasikan USG.
"Mudah-mudahan, target 2024 selesai. Bapak Presiden tanya, target bisa dipercepat enggak? Ya diupayakan tahun 2023 selesai, (sekarang) sudah 5.000 Puskesmas -- yang punya USG," ucap Budi Gunadi.
"(Dulu) saya masuk (sebagai Menteri Kesehatan tahun 2020), sekitar 1.800 Puskesmas punya USG."
Tak Semua Ibu Hamil Periksa USG
Budi Gunadi Sadikin menuturkan dirinya juga baru mengetahui ternyata tidak semua ibu hamil melakukan pemeriksaan USG. Ini juga terkendala dengan keterbatasan USG yang ada di Puskesmas sehingga tidak semua Puskesmas mempunyai alat tersebut.
"Saya baru tahu juga, dari 4,8 juta kelahiran (persalinan), (ibu hamil) yang USG sedikit sekali. Saya pikir ibu hamil sebelum melahirkan ya pasti USG gitu, ternyata tidak," ucapnya.
"Sekarang sudah 5.000 Puskesmas punya USG. Mudah-mudahan, tahun depan bisa kita lengkapi semua (USG di Puskesmas), supaya bisa diukur, ibunya jangan sampai kurang gizi."
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) secara bertahap akan memenuhi kebutuhan USG di semua Puskesmas di Indonesia untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI). Ditargetkan sampai tahun 2024 akan terpenuhi sebanyak 10.321 USG di 10.321 Puskesmas di seluruh Indonesia.
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, sampai akhir tahun 2022, sebanyak 66,7 persen Puskesmas atau sebanyak 6.886 Puskesmas telah tersedia USG dan pelatihan dokter terpenuhi di 42 persen Puskesmas atau sebanyak 4.392 Puskesmas.
"Tentunya pemeriksaan USG ini perlu didukung dengan penguatan kolaborasi layanan perawatan kehamilan (ANC) antara bidan, dokter umum dan dokter spesialis kebidanan serta jejaring Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar/ Komperhensif (PONED/PONEK)," katanya dalam pernyataan resmi keterangannya, Senin (16/1/2023).
Advertisement
Pemeriksaan Ibu Hamil 6 Kali Selama 9 Bulan
Salah satu agenda utama SDGs adalah menurunkan angka kematian ibu dan kematian Balita. Pemeriksaan antenatal yang berkualitas dan teratur selama kehamilan akan menentukan status kesehatan ibu hamil dan bayi yang dilahirkan.
Hingga saat ini, angka kematian ibu masih dikisaran 305 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), belum mencapai target yang ditentukan, yaitu 183 per 100.000 KH di tahun 2024. Demikian juga bayi dan balita yang masih harus kita selamatkan dari kematian.
Target kematian Ibu dan anak, lanjut Menkes Budi Gunadi Sadikin, dilakukan melalui intervensi spesifik yang dilakukan saat dan sebelum kelahiran. Kemenkes menetapkan pemeriksaan ibu hamil dilakukan minimal sebanyak 6 kali selama 9 bulan sebagai bentuk komitmen untuk penyediaan layanan esensial bagi Ibu hamil.
Untuk itu pemenuhan USG di seluruh puskesmas seluruh Indonesia menjadi urgent untuk dilakukan. Seperti diketahui, sebelumnya pemeriksaan USG hanya dapat dilakukan di RS atau klinik, dengan program ini ibu hamil sudah dapat melakukan pemeriksaan di Puskesmas terdekat.