Liputan6.com, Jakarta Tanggal 14 Februari biasa diperingati sebagai Hari Valentine. Di hari kasih sayang ini, orang yang merayakan biasanya memberi hadiah pada kekasihnya. Berupa bunga, coklat, atau hal lain yang dianggap romantis.
Valentine’s Day juga menjadi momen yang tepat untuk para pasangan mengenal soal bahasa cinta.
Baca Juga
Lika-liku Ridwan Kamil dalam Pilgub Jakarta 2024, Sering Dihujat karena Rendahkan Martabat Perempuan hingga Cuitan Lawasnya Dibongkar
3 Pemain yang Wajib Direkrut Ruben Amorim buat Tambal Kelemahan Manchester United
Cek Hasil Quick Count Pilkada Sumatera Utara 2024, Bobby Nasution Ungguli Edy Rahmayadi
Menurut dosen senior psikologi hubungan dari University of South Wales, Martin Graff, teori bahasa cinta berawal dari sebuah buku terbitan tahun 1992, The Five Love Languages. Buku ini ditulis oleh pendeta Amerika Gary Chapman.
Advertisement
Chapman mulai memerhatikan tren pada pasangan yang dia konseling, menganggap mereka salah memahami kebutuhan satu sama lain.
Lima bahasa cinta yang kemudian dia usulkan adalah:
- Kata-kata penegasan
- Waktu berkualitas
- Sentuhan fisik
- Tindakan pelayanan
- Hadiah.
Preferensi untuk mengungkapkan dan menerima cinta dengan salah satu cara di atas akan menjadi indikasi bahasa cinta utama seseorang.
Jadi, apa yang bisa kita dapatkan dari teori bahasa cinta? Apakah ada bukti di balik itu?
“Setiap orang menggunakan kata "cinta", tetapi dalam banyak hal, cinta romantis tidak memiliki definisi yang tepat,” kata Graff mengutip Channel News Asia, Selasa (14/2/2023).
“Ini adalah konstruksi yang agak kabur, terdiri dari berbagai komponen yang ditampilkan dan dialami dalam berbagai cara,” tambahnya.
Dikembangkan Berdasarkan Pengamatan
Graff menambahkan, meski model bahasa cinta semakin populer, model ini dikembangkan berdasarkan pengamatan, bukan penelitian yang ketat.
Dan hingga saat ini, hanya sedikit bukti ilmiah yang diterbitkan untuk mendukung gagasan bahwa orang umumnya lebih suka mengungkapkan dan menerima cinta dengan salah satu dari lima cara ini. Dan hanya sedikit yang mengeksplorasi bagaimana bahasa cinta ini memengaruhi hubungan.
Demikian pula, pengamatan dengan cara kuis. Apapun yang digunakan untuk menentukan bahasa cinta seseorang tidak memiliki integritas sebagai tes yang valid secara ilmiah.
“Semua ini mengatakan, tampaknya orang memiliki daya tarik untuk mengidentifikasi bahasa cinta mereka sendiri dan bahasa cinta orang lain.”
Advertisement
Kompatibilitas dan Bahasa Cinta
Kompatibilitas atau kesesuaian dalam hubungan itu penting. Pasangan yang sesuai, bukan berlawanan, cenderung lebih tertarik satu sama lain dan memiliki hubungan yang lebih berkelanjutan.
Chapman berpendapat bahwa ketika pasangan memiliki bahasa cinta yang berbeda dalam hubungan, maka hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman.
Contohnya, jika salah satu pasangan suka berpegangan tangan (sentuhan fisik) dan yang lainnya tidak, atau jika salah satu pasangan suka menerima pujian (kata-kata penegasan) dan yang lainnya tidak memberikannya.
Demikian pula, Chapman mengatakan bahwa pasangan yang memiliki bahasa cinta yang sama, maka hubungannya cenderung lebih baik.
Penelitian Soal Bahasa Cinta
Meski pendapat Chapman disetujui sebagian orang, tapi penelitian tentang ini beragam.
Misalnya, sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2017. Penelitian ini tidak menemukan bahwa pasangan yang memiliki bahasa cinta yang sama dikaitkan dengan peningkatan kepuasan hubungan.
Namun, sebuah studi tahun 2022 menemukan bahwa ketika pasangan berbagi bahasa cinta yang sama, mereka melaporkan tingkat kepuasan hubungan dan kepuasan seksual yang lebih tinggi.
Chapman juga menyarankan bahwa untuk pasangan yang bahasa cintanya tidak cocok, mempelajari bahasa cinta pasangan dapat memfasilitasi komunikasi dan mengurangi kesalahpahaman.
Dia berpendapat bahwa jika seseorang dapat menentukan dan menerapkan bahasa cinta pasangannya, ini akan membuka jalan bagi kepuasan hubungan yang lebih besar.
“Hari Valentine ini, mungkin saat yang tepat untuk merenungkan bahasa cinta pasangan Anda dan bagaimana Anda dapat dipandu olehnya dalam merayakan hari ini.”
“Misalnya, jika mereka menyukai kata-kata penegasan, pertimbangkan baik-baik apa yang Anda tulis di kartu mereka. Jika bahasa cinta mereka adalah tindakan melayani, Anda mungkin ingin memasak makanan favorit mereka,” kata Graff.
Ia menambahkan, ada atau tidaknya sains dalam teori ini mungkin tidak penting. Selama semua orang bisa menyampaikan rasa cinta dengan bijaksana.
Advertisement