Liputan6.com, Jakarta Usai gugatan cerainya untuk Indra Bekti mencuat ke publik, curahan hati Aldila Jelita ramai dibicarakan warganet. Aldila Jelita mengungkapkan bahwa Indra Bekti memiliki emosi naik turun usai keluar dari rumah sakit.
Tak sedikit pihak yang menyudutkan Aldila Jelita atas keputusannya menggugat cerai Indra Bekti. Padahal, menjadi pengasuh (caregiver) untuk seseorang yang mengalami penyakit kronis memang tidaklah mudah.
Baca Juga
Lantas, bagaimana bijaknya caregiver seperti Aldila Jelita harus bersikap dalam menyikapi emosi Indra Bekti usai mengalami sakit kronis?
Advertisement
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia sekaligus Pengurus Asosiasi Psikologi Kesehatan Indonesia (APKI), Adhityawarman Menaldi, M.Psi mengungkapkan bahwa dalam konteks pernikahan dan keluarga, ada batasan yang memang harus dibuat lebih lentur atau longgar.
"Bahasan ini menjadi lebih ke konteks pernikahan dan keluarga. Bagaimanapun, tidak ada yang mau di dunia ini mengalami sakit, apalagi sakit berat. Ketika kita berkeluarga, susah dan sedih semestinya sudah menjadi 'urusan' bersama," ujar psikolog yang akrab disapa Iman pada Health Liputan6.com ditulis Kamis, (2/3/2023).
"Tentu juga kita tidak mau mengalami kesusahan, itu pasti. Akan tetapi pertimbangannya menjadi sedikit berbeda ketika situasinya dalam pernikahan. Ada batas-batas lain yang perlu dibuat lebih lentur atau longgar terkait dengan abnormalitas atau kondisi tidak baik dari pasangan," tambahnya.
Namun, Iman menegaskan, hal ini akan berbeda jika yang terjadi merupakan sebuah tindak kekerasan atau manipulasi dengan bukti yang kuat. Maka, tidak perlu ada kelonggaran dalam memaklumi sikap pasangan.
Caregiver Perlu Dapat Pendampingan Psikologis
Lebih lanjut Iman mengungkapkan bahwa saat Anda berada di posisi caregiver, maka sebenarnya penting untuk mendapatkan pendampingan psikologis. Sama halnya dengan pasien yang membutuhkan.
"Caregiver utama perlu juga mendapat pendampingan yang baik, yang utuh, juga perlu dibantu untuk melakukan living arrangement yang berbeda dengan situasi yang juga berbeda. Ini suatu bentuk komitmen," kata Iman.
Iman menjelaskan, caregiver perlu memiliki suatu sistem pendampingan soal siapa, kapan, dan untuk urusan apa. Misalnya, saat caregiver bekerja, maka sebaiknya pendampingan harus digantikan oleh orang lain.
"Lalu, misalnya apakah pekerjaannya bisa dilakukan secara WFH? Ataukah ia perlu berganti pekerjaan? Lalu pengasuhan anak, mungkin bisa meminta bantuan orangtua atau keluarga yang lain," ujar Iman.
"Memang ini berat, dan bukan hal yang sederhana. Tetapi inilah yang perlu disadari bersama bahwa memiliki keluarga dengan stroke ada tantangannya tersendiri," tegasnya.
Advertisement
Indra Bekti Sempat Membuat Anaknya Trauma
Saat berbincang bersama Melaney Ricardo, Aldila Jelita mengungkapkan bahwa Indra Bekti menjadi lebih emosional usai keluar dari rumah sakit. Indra Bekti kerap marah terhadap hal-hal kecil, bahkan hingga membuat anaknya trauma.
Perubahan sikap Indra Bekti lebih tepatnya terjadi usai dirinya menjalani operasi. Seperti diketahui, Indra Bekti mengalami pendarahan otak dan stroke yang memengaruhi penglihatannya.
"Pertama kali, wow, luar biasa. Emosi banget. Sampai anak-anak sempat agak trauma sama dia. Dia (Indra Bekti) sampai minta maaf sama anak-anak," ujar Aldila Jelita mengutip ucapannya dalam video yang tayang di kanal YouTube Melaney Ricardo.
Penjelasan Aldila Jelita Soal Emosi Indra Bekti
Aldila Jelita menjelaskan, saat keluar dari rumah sakit dan pulang ke rumah, Indra Bekti terus menanyakan keberadaan ponselnya. Padahal, penglihatan Indra Bekti kala itu belum kembali normal.
"Setiap malam emosi dia lebih tinggi. Suatu saat dia tanya sama anak-anak, 'where is my handphone?' terus anak-anak bilang 'ini lagi dicas, buat apa Ayah?', tiba-tiba dia marah, terus dia (bilang) 'you wanna fight me?'," ujar Aldila Jelita.
"Wah aku agak sewot, aku bilang 'Yang, kenapa kamu jadi harus marah sama anak-anak?' Dia sampai mukul. Kan dia duduk di bawah kan sambil makan, dia mukul," lanjut Aldila Jelita.
Advertisement