Obesitas pada Bayi Kenzi Terkait Genetik, dr Tan Shot: Tak Bisa Hanya Diatasi Pola Makan

Kasus obesitas yang terjadi pada bocah 16 bulan di Bekasi, Kenzi, bukan kasus obesitas biasa.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 04 Mar 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2023, 16:00 WIB
Tan Shot Yen
Dokter Ahli Gizi komunitas Tan Shot Yen usai Talk Show Obesitas bersama Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) di Jakarta, Sabtu (4/3/2023). Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta Kasus obesitas yang terjadi pada bocah 16 bulan di Bekasi, Kenzi, bukan kasus obesitas biasa.

Menurut Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono, kasus obesitas yang terjadi pada Kenzi disebabkan kelainan genetik.

“Jadi obesitas itu sudah kita tangani dengan baik, sebabnya adalah karena kelainan genetik. Kita akan melakukan evaluasi apakah diperlukan tindakan bedah,” kata Dante saat ditemui di RSCM usai peresmian Gedung Kanigara, Jumat 3 Maret 2023.

Terkait hal ini ahli gizi komunitas Tan Shot Yen mengatakan bahwa obesitas karena genetik tidak dapat diatasi dengan pola makan saja.

“Enggak bisa (diatasi dengan pola makan) karena kita harus lihat bahwa genetiknya itu karena apa saja. Karena genetik kan macam-macam ya, genetiknya apa kita enggak tahu kan jadi kita enggak boleh suudzon, makanya kita selesaikan masalah dari perkaranya,” ujar Tan usai Talk Show Obesitas bersama Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) di Jakarta, Sabtu (4/3/2023).

“Kadang-kadang kalau dari genetik saja kita enggak bisa menjadikan pola makan itu menjadi dewa satu-satunya untuk menyelesaikan masalah,” tambahnya.

Pengaturan pola makan atau diet bagi orang dengan obesitas pun perlu diketahui terlebih dahulu terkait penyebab obesitasnya.

“Obesitasnya sebabnya karena apa, kalau sebabnya karena gangguan kongenital atau genetik tentu ada tindakan medis tertentu yang harus dilaksanakan,” kata Tan.

Ia menambahkan, obesitas bisa merupakan  hasil kontribusi kompleks antara gen, perilaku dan lingkungan. Perilaku makan individu yang bersangkutan, lingkungan yang membuat pilihan-pilihan tidak sehat termasuk iklan juga berkontribusi pada kondisi obesitas.

Intervensi Kenzi

Sebelumnya, Dante menyampaikan, mengingat bayi tersebut memiliki kelainan genetik maka bakal dilakukan intervensi agar berat badan Kenzi tidak terus melonjak naik.

“Kelainan genetik ini sudah pasti karena ini kelainannya super overweight dan kita akan melakukan tindakan operatif, mungkin kita akan melakukan tindakan operatif misalnya memendekkan panjang ususnya supaya serapan makanan menjadi lebih rendah, ini salah satu yang akan kita lakukan,” jelasnya.

Kenzi juga akan diberikan terapi dengan diet dan terapi bedah bila diperlukan.

“Terapi pendekatannya untuk terapi diet dan terapi bedah bila diperlukan. Kita sedang evaluasi apakah cukup umurnya untuk dilakukan tindakan bedah dan evaluasi edukasi untuk keluarganya nanti setelah  ada perkembangan.”

Dokter yang Menangani

Terkait dokter yang menangani Kenzi, Dante mengatakan bahwa balita tersebut ditangani oleh satu tim dokter.

“Ditangani satu tim, banyak dokternya, lebih dari sepuluh.”

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Lies Dina Liastuti menambahkan soal dokter yang menangani Kenzi.

“Ada beberapa divisi, karena kan  ada dokter spesialis dan dokter subspesialis. Misalnya gini, ada dokter anak, ginjal, ada dokter gizi, dari divisi penyakit langka masih berkolaborasi untuk mengetahui penyebabnya.”

Bukan Hanya Karena Kebanyakan Makan

Obesitas pada anak dari pasangan Pitriah dan Sopiyan ini juga sedang diperiksa. Pasalnya, kondisi ini tidak biasa dan bukan hanya akibat kebanyakan makan. Pengecekan pun tengah dilakukan, bahkan ada sampel yang dikirim ke lab di luar negeri.

“Obesitas itu lagi dicek kan, itu kan kondisi tidak biasa, bisa jadi bukan hanya karena kebanyakan makan, jadi harus kita cek lagi, hasil labnya 28 hari,” jelas Lies.

Sebelumnya, bayi asal Tarumajaya, Kabupaten Bekasi ini viral di media sosial. Di usianya yang baru menginjak 16 bulan, bayi ini memiliki berat badan 27 kg.

Saking besarnya, terkadang bayi laki-laki itu memakai baju ayahnya, Sopiyan.

"Bapaknya kan badannya juga kecil. Baju bapaknya saja muat sama dia, kadang dipakaikan juga ke anak saya," kata sang ibu, Pitriah.

 

Infografis Obesitas
Arya Permana, salah satu contoh kasus obesitas yang mengkhawatirkan (liputan6.com/Tri yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya