Liputan6.com, Jakarta Satu dari tiga orang kelompok usia dewasa di Indonesia memiliki risiko terkena osteoporosis.
Hal ini dapat terjadi akibat kurangnya kesadaran mengenai tanda-tanda osteoporosis. Seperti sakit punggung, postur tubuh yang membungkuk, hingga tinggi tubuh yang lambat laun semakin pendek.
Baca Juga
Menurut Perwakilan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI), Dr. dr. Tirza Tamin, Sp.KFR (K), umumnya kelompok usia dewasa merasa bahwa gejala tersebut adalah karena kelelahan biasa. Dan bukan tanda penuaan, melainkan hanya satu dari berbagai risiko fisik seiring dengan bertambahnya usia.
Advertisement
Padahal, mencegah osteoporosis dengan menjalani gaya hidup sehat dan memenuhi nutrisi sehat untuk tubuh.
“Salah satu nutrisi utama yang dapat menjawab hal tersebut sekaligus mencegah osteoporosis adalah kalsium yang bisa diperoleh salah satunya melalui produk susu orang dewasa,” kata Tirza mengutip keterangan pers, Kamis (16/3/2023).
Asupan kalsium disebut cukup jika takaran konsumsinya 1.000 miligram setiap hari untuk wanita berusia di bawah 50 tahun dan pria berusia di bawah 70 tahun. Atau serta 1.200 miligram setiap hari untuk wanita berusia di atas 50 tahun dan pria berusia di atas 70 tahun.
Tak lupa perlu pula mendapatkan asupan vitamin D yang cukup untuk membantu penyerapan kalsium ke dalam tulang.
“Kita perlu juga melakukan olahraga dengan menahan beban secara teratur. Ini bisa dimulai dengan berjalan 15-20 menit setiap harinya,” kata Tirza.
Setop Rokok
Tirza menambahkan, pemenuhan nutrisi perlu disertai dengan pengurangan konsumsi kafein, alkohol, dan berhenti merokok.
Perlu pula mencukupi kebutuhan nutrisi lainnya seperti kalium, protein, dan mineral agar penyerapan kalsium dan pembentukan tulang baru berlangsung optimal dalam tubuh.
“Kombinasi antara asupan gizi seimbang dan gaya hidup aktif ini lah yang membantu menjaga kondisi tubuh tetap bugar, memiliki endurance yang lebih baik, dan jadi lebih ‘awet muda’ dibandingkan orang-orang sebayanya,” katanya mengutip keterangan pers Anlene.
Advertisement
Korelasi Kesehatan Fisik dan Mental
Dalam keterangan yang sama, psikolog Tara de Thouars, BA, M.Psi mengatakan bahwa keadaan fisik dan kesehatan mental memiliki korelasi yang sangat kuat.
“Kesehatan fisik memengaruhi kesehatan mental dan begitu juga sebaliknya, kesehatan mental memengaruhi kesehatan fisik. Jika tidak dikelola, perubahan fisik pada seseorang yang lanjut usia berpotensi menimbulkan kekhawatiran dan perasaan tidak berdaya,” kata Tara.
Seseorang bisa merasa frustrasi ketika tidak lagi bisa melakukan aktivitas fisik yang bisa mereka lakukan waktu muda, lanjutnya. Untuk itu, sangat penting bagi seseorang yang memasuki usia lanjut untuk tetap aktif sambil menjaga interaksi sosialnya.
“Inilah kunci bahagia. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan terus melakukan hobi atau mempelajari hal baru yang dapat merangsang kemampuan kognisi sehingga dapat mendukung kesehatan mental.”
“Dengan fisik yang sehat dan motivasi diri yang baik, usia tidak menjadi halangan untuk tetap produktif dan berkarya,” jelas Tara.
Tetap Aktif dengan Taekwondo
Sementara, aktor Ari Wibowo yang dikenal selalu menjalankan gaya hidup sehat turut menekankan pentingnya pola hidup yang aktif sekaligus tetap terhubung secara sosial.
“Saya percaya usia itu hanyalah angka yang tidak dapat membatasi aktivitas saya, pencapaian yang ingin saya kejar, dan bahkan hobi baru yang ingin saya coba,” katanya.
“Semasa kecil, saya aktif belajar bela diri taekwondo yang akhirnya memungkinkan saya banyak dapat peran di film atau sinetron laga.”
Setelah lama berhenti, beberapa tahun terakhir ini ia memutuskan untuk latihan taekwondo lagi.
“Percaya enggak percaya, saya belajar lagi dengan sabeum (guru) saya waktu kecil itu, yang kini usianya sudah 60-an lebih. Kalau sabeum saya saja masih semangat mengajar, kenapa saya tidak? Jadi sekarang taekwondo ini saya lakukan rutin, bareng dengan olahraga lain bersama teman-teman dan komunitas,” katanya.
Advertisement