Liputan6.com, Jakarta Kritikan pedas disertai emosi marah-marah terus mengalir dalam beberapa waktu belakangan terkait banyak warga Indonesia yang berobat ke Malaysia serta negara tetangga.
Rata-rata mengeluh pelayanan rumah sakit dan tenaga kesehatan di Indonesia kurang optimal. Alasan ini membuat sebagian masyarakat kita mencari pengobatan ke luar negeri.
Baca Juga
Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia Budi Gunadi mengakui pelayanan rumah sakit di Indonesia masih kurang, baik dari sisi produksi dokter spesialis maupun alat kesehatan juga obat-obatan. Tak heran, kondisi ini membuat masyarakat harus berobat ke luar negeri.
Advertisement
Walau begitu, ia menilai sebenarnya tidak perlu marah-marah menyikapi permasalahan berobat ke luar negeri. Sikap yang perlu diterapkan saat ini adalah bagaimana kita bisa memperbaiki pelayanan rumah sakit.
“Misalnya, kok pelayanan cancer-nya (kanker) begini, enggak bisa akses. Terus masyarakat ke mana? Ya memilih ke Malaysia. Nah, banyak yang berobat ke Malaysia ini kemudian masuk di pojok berita, lalu orang-orang kita marah,” terang Menkes Budi saat acara 'Public Hearing RUU Kesehatan Bersama dengan Organisasi Profesi' yang diikuti Health Liputan6.com di Gedung Kementerian Kesehatan RI Jakarta, Rabu (15/3/2023).
“Lha kok marah? Kalau orang kritik, ada kenyataan gitu. Itu kan masyarakat memang menderita gitu ya, kita dengar, kita perbaiki diri."
"Enggak usah marah-marah, mendingan diperbaiki supaya waktu daftar rumah sakitnya mana sih di Indonesia atau yang pergi ke Malaysia itu kenapa sih?”
Ketersediaan Radioterapi untuk Kanker Kurang
Budi Gunadi memberikan contoh sejumlah layanan yang kurang di Indonesia. Misalnya, radioterapi untuk penanganan kanker.
“Oh, misalnya, layanan radioterapi kenapa sih kurang? Dari 514 kabupaten/kota, yang masih ada 20 daerah, ya pantes aja masyarakat keluar (berobat ke luar negeri). Enggak usah marah-marah gitu, mendingan energi dipakai buat list (daftar) gitu ya,” jelasnya.
“Kita beli ini, ada main case-nya nih kurang nih dari 20 daerah, bisa enggak dinaikkan jadi 100 kabupaten/kota yang populasi terbanyak dan cancer-nya (kanker) tertinggi.”
Kekurangan Dokter Spesialis
Hal lain yang menjadi perhatian adalah produksi dokter spesialis kurang. Untuk onkologi radiasi dalam penanganan pasien kanker masih kurang. Dikatakan, onkologi radiasi hanya ada di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
“Kalau alatnya ada (radioterapi), dokternya kurang tuh. Onkologi radiasi kurang banget kan, cuma ada di RSCM, enggak ada di tempat lain, itu gimana pendidikan dokter spesialis. Kenapa hanya di RSCM, buka dong di tempat-tempat lain,” Budi Gunadi Sadikin menuturkan.
“Radio nuklir cuma ada di Bandung, kenapa di Bandung aja? bikin dong di Unair (Universitas Airlangga Surabaya), di UGM (Universitas Gadjah Mada Yogyakarta) atau gimana supaya bisa lebih banyak. Di Unhas (Universitas Hasanuddin Makassar) gitu, supaya ada di luar Jawa.”
Masyarakat Didorong Cek Kesehatan
Sebagai Menteri Kesehatan, lanjut Budi Gunadi, dirinya bertanya hal-hal di atas demi memperbaiki layanan rujukan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga tengah berfokus pada pelayanan promotif dan preventif.
Upaya tersebut mendorong masyarakat untuk cek kesehatan di fasilitas kesehatan pelayanan primer seperti Puskesmas. Apalagi dalam penanganan penyakit tidak menular, yakni diabetes dan hipertensi yang bisa dicek ke Puskesmas.
“Kami ada beberapa program, gimana caranya yang sudah selesai (pasien dirawat), harus didorong balik ke Puskesmas, misalnya diabetes. Sudah jelas ini, jangan dia datang ke poliklinik rumah sakit terus. Saya pengen perbaiki ini,” pungkas Menkes Budi Gunadi.
Advertisement
Satu Juta Orang Indonesia Berobat ke Malaysia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, masih banyak masyarakat yang sakit berobat ke luar negeri. Menurutnya, Indonesia sudah memiliki banyak rumah sakit (RS) dengan fasilitas kesehatan yang mumpuni.
“Karena informasi yang saya terima, hampir 2 juta masyarakat kita itu masih pergi berobat ke luar negeri apabila sakit. Padahal, kita memiliki rumah sakit seperti ini," kata Jokowi saat meresmikan Rumah Sakit Mayapada Bandung, Jawa Barat, pada 6 Maret 2023.
Dari data yang diperoleh Jokowi, hampir 1 juta masyarakat Indonesia datang berobat ke Malaysia, sedangkan ada 750.000 orang pergi ke Singapura. Sisanya, banyak juga yang pergi ke Jepang, Amerika Serikat hingga Jerman.
"Apa mau kita terus teruskan? Rp165 triliun devisa kita hilang gara-gara itu. Itu karena ada modal keluar, capital outflow," tuturnya.
Pendidikan Dokter Spesialis Mesti Diperbanyak
Pemerintah sangat mendukung pembangunan rumah sakit seperti Mayapada. Meski masih harus diakui ada masalah seperti kekurangan dokter spesialis dan dokter sub spesialis.
Jokowi juga memberi penugasan khusus kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim untuk mengatasi masalah kekurangan ini.
"Alkes dan fisik sudah bagus, tapi masih banyak yang belum bagus. Itu harus diperbaiki sehingga layanan RS ke masyarakat semakin baik,” tutupnya.
“Saya minta ke Pak Menkes dan disampaikan ke Pak Mendikbud agar pendidikan dokter spesialis agar diperbanyak dan dimudahkan sehingga masyarakat kita untuk semuanya yang sakit dapat tertangani.”