Hati-Hati, Anak Berisiko Empat Kali Alami Gangguan Pernapasan Jika Orangtua Perokok

Anak yang tinggal dengan orangtua perokok, bisa disebut sebagai Third Hand Smoker.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Mei 2023, 15:05 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2023, 15:04 WIB
3 Cara Mengurangi Risiko Kesehatan pada Perokok
3 Cara Mengurangi Risiko Kesehatan pada Perokok. foto: istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Dampak merokok tidak hanya dirasakan oleh perokok saja, melainkan juga orang-orang di sekitarnya.

Anak yang hidup dengan orangtua atau anggota keluarga perokok berisiko empat kali lebih besar mengalami gangguan pernapasan ketimbang anak yang tidak tinggal dengan perokok. Hal ini disampaikan dokter spesialis anak RSCM Dr dr Nastiti Kaswandini, Sp.A(K).

"Anak yang hidup dengan perokok itu empat kali lebih tinggi kemungkinan untuk masuk ke rumah sakit karena gangguan pernapasan dibandingkan anak yang tidak tinggal dengan perokok. Jadi itu patut menjadi perhatian," ujar Nastiti, Kamis (4/5), dilansir Antara.

Anak yang tinggal dengan orangtua perokok, kata Nastiti, bisa disebut sebagai Third Hand Smoker. Meski orangtua tidak pernah merokok di depan anak, penelitian menunjukkan partikel-partikel dari asap rokok bisa menempel di meja, sofa, hingga dinding tembok.

Hal yang sama juga berlaku dengan rokok elektrik atau vape. Menurutnya, paparan asap rokok elektrik sama berbahayanya dengan asap rokok biasa.

Pencetus asma bukan hanya asap rokok saja melainkan juga paparan alergen udara lainnya seperti debu, udara dingin dan paparan asap lainnya. Hal-hal tersebut bisa menjadi pencetus asma pada anak kambuh atau tambah parah.

"Sebetulnya masih banyak asap-asap yang lain yang juga bisa mencetuskan serangan. Seperti asap kendaraan bermotor ketika memanaskan mobil atau motor asapnya masuk ke dalam rumah, itu bisa menjadi pencetus. Kemudian asap masakan yang bisa sangat iritatif. Misalnya membuat masakan yang sangat tajam aromanya dan menusuk hidung. Misalnya menumis sambal," jelas Nastiti.

 

Penanganan Asma pada Anak Harus Benar

Dokter spesialis pulmonologi lulusan FKUI ini kemudian mengatakan, anak dengan asma harus bisa ditangani dengan benar. Serangan asma yang berat dengan kondisi sesak napas hingga penurunan kesadaran akan bisa mengancam jiwa. Hal ini meskipun angka kematian asma pada anak masih lebih rendah dibandingkan dengan penyebab kematian lainnya seperti pneumonia dan infeksi pernapasan lainnya.

Penanganan yang tidak benar, kata Nastiti, juga bisa memengaruhi kualitas hidup anak sehingga tidak sebaik anak-anak normal lainnya.

"Karena kalau misalnya asmanya tidak tertangani, anak asma jadi takut berolahraga karena berolahraga bisa menyebabkan serangan misalnya. Dia takut beraktivitas dengan leluasa, kemudian dia juga sering mengalami gangguan tidur ketika serangan asma terjadi pada malam hari. Itu adalah hal-hal yang seringkali membuat kualitas hidup anak dengan asma terganggu," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya