Liputan6.com, Jakarta Demam berdarah dengue (DBD) dan demam tifoid (sering disebut tipes) merupakan dua penyakit yang kerap mendera penduduk Indonesia, terutama usia anak.
Salah satu gejala dari kedua penyakit tersebut adalah demam tinggi. Tak jarang orangtua kebingungan ketika anak demam, apakah sang buah hati mengalami DBD atau tipes?
Baca Juga
Agar orangtua tak bingung lagi dan tepat dalam melakukan penanganan pertama, seorang dokter spesialis anak di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Mulya Rahma Karyanti menjelaskan perbedaan DBD dan tipes.
Advertisement
Perbedaan Penyebab
Karyanti mengungkap, sebenarnya infeksi dengue atau DBD memiliki perbedaan mendasar dengan tipes, yakni dari penyebabnya.
“Infeksi dengue itu penyebabnya virus, sedangkan infeksi demam tifoid itu penyebabnya bakteri Salmonella typhi,” tuturnya saat ditemui seusai acara konferensi pers bertajuk ‘Peringatan ASEAN Dengue Day 2023’ oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI di Jakarta Selatan pada Senin, (12/6/2023).
Perbedaan Demam pada DBD dan Tipes
Karyanti mengungkap, demam memang merupakan kesamaan gejala kedua penyakit. Namun, ternyata DBD dan tipes memiliki perbedaan demam yang dapat dideteksi sendiri oleh orangtua.
“Biasanya, demam pada virus (dengue) itu mendadak tinggi. Jadi, bisa tadinya anaknya (suhu tubuh) normal, tiba-tiba bisa 39 derajat Celsius,” lanjutnya.
Sementara itu, untuk tipes, Karyanti mengungkap bahwa suhu demam umumnya mengalami kenaikan secara bertahap.
“Tetapi kalau bakteri, demamnya biasa bertahap. Misalnya, hari pertama 36 (derajat Celsius), hari kedua 37, setelah hari ketiga bisa 38. Jadi, suhunya seperti naik tangga,” jelas wanita tamatan Utrecht University, Belanda tersebut.
Durasi Demam Juga Berbeda
Karyanti juga menjelaskan, perbedaan DBD dan tipes juga terdapat pada durasi demam.
“Biasanya kalau virus dengue, demamnya kurang dari satu minggu. Virus itu sebenarnya self limiting disease, artinya bisa sembuh dengan sendirinya,” katanya.
“Tapi kalau tidak tertangani di fase kritis, yang kita takutkan adalah bisa mengancam nyawa,” lanjut Karyanti.
Sementara itu, pada tipes, demam dapat berlangsung selama lebih dari satu minggu.
“Jika dibiarkan terus sampai minggu ketiga, yang bahaya adalah akan terjadi komplikasi, sampai bisa terjadi peradangan usus atau kebocoran usus,” tutur Karyanti.
Advertisement
Demam Turun pada DBD Belum Tentu Pertanda Baik
Tak hanya itu, Karyanti juga menegaskan bahwa banyak orangtua yang kerap salah persepsi. Hal ini tak lain ketika demam anak sudah membaik, tetapi diikuti oleh kecenderungan untuk tidur terus menerus.
“Banyak orangtua yang suka salah persepsi ketika ditanya kabar anaknya. ‘Oh bagus, Dok, demamnya sudah turun, tapi tadi tidur terus, lalu muntah darah’. Wah, padahal kalau seperti itu sudah bahaya,” tuturnya.
Menurutnya, hal ini terutama ketika diikuti dengan nadi anak yang sulit teraba.
“Jika kita periksa nadinya susah teraba, tekanan darah tidak terukur, artinya dia sudah mengalami dengue shock syndrom,” jelas Karyanti.
Dengue shock syndrom adalah kondisi dari demam berdarah yang sudah masuk kepada tahapan syok atau gawat, seperti melansir laman Kemenkes.
Fase yang Dapat Dialami Anak Sakit DBD
Karyanti menambahkan, ada fase yang dialami anak selama seminggu menderita DBD.
Adapun fase tersebut terdiri dari tiga fase, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase penyembuhan, mengutip Karyanti.
“Kalau infeksi dengue itu tujuh hari, terdiri dari fase demam selama 1–3 hari, fase kritis selama hari ke-3 sampai hari ke-6, dan fase penyembuhan di hari ke-6 dan ke-7,” jelasnya.
“Akan tetapi, yang harus diwaspadai ialah saat fase kritis, ini yang sering kecolongan oleh masyarakat,” Karyanti menambahkan.
Advertisement
Perbedaan Cara Penularan pada DBD dan Tipes
Lebih lanjut, Karyanti menerangkan bahwa cara penularan DBD dan tipes pun berbeda.
Untuk tipes, Karyanti mengungkap, proses penularan berasal dari makanan dan air minum yang tercemar. Sedangkan DBD, seperti diketahui, merupakan penularan virus dengue dari nyamuk Aedes aegypti.
“Kalau tadi infeksi dengue, itu dari nyamuk Aedes aegypti betina ke orang sekitarnya dengan radius 100 meter,” katanya.
“Kalau demam tifoid, dari makanan dan air minum yang tercemar dengan Salmonella typhi,” pungkas Karyanti.