Liputan6.com, Jakarta - Kini, penyakit stroke tak hanya menyerang orang-orang lanjut usia. Penyakit pembuluh darah otak ini juga dapat mengintai masyarakat di usia 30-an.
Maka dar itu, untuk dapat melakukan pertolongan yang cepat, penting untuk mengetahui gejala stroke yang mudah diingat.
Baca Juga
Menurut dokter spesialis neurologi di RS EMC Alam Sutera, Kevin , gejala stroke yang paling mendasar ada dua, yakni adanya perubahan dan mendadak.
Advertisement
“Umumnya ada dua, yaitu mendadak dan berubah. Artinya, tidak diprediksi sebelumnya dan ada perubahan,” ungkapnya dalam Healthy Monday Liputan6.com bertajuk ‘Kenali Penanganan Stroke Ringan’ pada Senin, (26/6/2023).
Kevin mengungkap, hal tersebut terdapat pada enam hal yang dapat berubah pada tubuh ketika mengalami stroke. Keenam gejala dapat disingkat sebagai ‘SeGeRa ke RS’, seperti juga disampaikan sebagai rekomendasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
“Se, artinya ketika senyumnya agak mencong. Jadi, tersenyum tetapi ada mencong ke salah satu sisi,” tutur pria lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut.
Selanjutnya, adalah Ge yang berarti setengah badan, yakni lengan dan tungkai, sulit untuk digerakkan.
“Beda dengan kelelahan, kalau kelelahan itu empat-empatnya (kedua lengan dan kedua kaki) yang mengalami kesulitan. Tapi, kalau stroke umumnya itu setengah badan,” kata Kevin.
Bicara Menjadi Pelo
Kemudian, Kevin mengungkap bahwa Ra berarti bicara yang berubah menjadi pelo atau tidak dapat berbicara sepenuhnya.
“Bicara menjadi pelo atau tidak bisa berkomunikasi sama sekali, baik dalam mengerti maupun membalas komunikasi,” lanjutnya.
Hal ini, tambah Kevin, disebabkan oleh otak yang mengalami diskoneksi atau gangguan pada orang dengan stroke.
“Jadi, otak itu kan sebagai generator. Perintah untuk menggerakan itu ada di otak. Jika otak diganggu, maka akan terjadi diskoneksi, sehingga orang itu jadi bingung, atau tidak bisa berfungsinya dengan maksimal,” ujar Kevin.
Advertisement
Terasa Kebas di Setengah Badan
Lebih lanjut, Kevin mengungkap, Ke artinya terasa kebas atau baal (mati rasa) di separuh tubuh.
“Setengah badannya mengalami kebas (mati rasa), atau ada yang mengalami kebas di sekitar mulut. Rasanya, mulut seperti dicabein,” ungkapnya.
Kemudian, R artinya ialah rabun, mengutip Kevin. Hal ini umumnya juga terjadi tiba-tiba dan pada satu mata saja.
“Jadi, matanya seperti hilang, seperti ditutup salah satu mata, atau tidak bisa melihat ke satu sisi,” terang Kevin.
Terakhir, Kevin mengungkap bahwa S adalah singkatan untuk sakit kepala.
“Sakit kepala apa yang dicurigai sebagai stroke? Nah, sakit kepala yang muncul pertama kali, hebat, seperti tersambar petir,” ungkapnya.
Faktor Risiko Stroke
Pada kesempatan yang sama, Kevin juga mengungkap faktor risiko stroke. Ia menjelaskan, faktor risiko stroke ada yang bisa diubah, ada juga yang tidak.
“Yang tak bisa diubah, contohnya penuaan. Kedua, beberapa orang yang mengalami kerentanan. Ada beberapa orang dengan penyakit bawaan, seperti bentuk pembuluh darahanya itu berbeda dengan orang pada umumnya,” ungkap Kevin.
Bentuk pembuluh darah yang mengkerut dan mudah tersumbat adalah contohnya.
“Atau, ada penyakit yang lebih memungkinkan untuk lebih mudah pecah (pembuluh darah), atau beberapa malformasi pembuluh darah,” katanya.
Kemudian, kondisi atau faktor risiko yang bisa diubah adalah gaya hidup, mengutip Kevin. Ia mengungkap, gaya hidup yang dapat menyebabkan penyakit lain juga bisa sekaligus memicu stroke.
“Ada darah tinggi, gula, kolestrol, obesitas, kemudian makan makanan yang tidak sehat, seperti tinggi garam, gula, lemak. Kemudian begadang, terutama untuk pekerja shift malam. Kemudian, juga merokok,” pungkasnya.
Advertisement